PEMANFAATAN AGENSI HAYATI Aspergiluus sp. YANG TERDAPAT PADA LIMBAH DAUN BAMBU MENJADI EFFECTIVE MICROORGANISM BAMBOO (EMB) SEBAGAI DEKOMPOSER PUPUK ORGANIK ALTERNATIF

Published Juli 5, 2012 by nopriastor1111

PEMANFAATAN AGENSI HAYATI Aspergiluus sp. YANG TERDAPAT PADA LIMBAH DAUN BAMBU MENJADI EFFECTIVE MICROORGANISM BAMBOO (EMB) SEBAGAI DEKOMPOSER PUPUK ORGANIK ALTERNATIF

Oleh :
RATRI Y. ANGGRAINI
MISAEL MEMBILONG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLARAGA PAPUA
SMK NEGARI 7 JAYAPURA
2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Siswa untuk memenuhi persyaratan lomba Karya Tulis dan Karya Inovasi Teknologi Pertanian. Kegiatan merupakan percobaan yang sederhana
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada Departemen Pertanian,. Kepada Lembaga Penelitian dan Pengembangan. Bapak kepala Dinas P dan P Kota Jayapura Khususnya Kabid Sekolah Menengah dan Kejuruan.
Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi pada Bapak kepala Sekolah SMK anegeri 7 Jayapura, Bapak Ketua Jurusan Tanaman, Bapak Pembimbing , Bapak/Ibu Guru yang telah memberi masukan dan dorongan serta teman-teman ku dan semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak.
Penulis menyadari bahwa Karya Inovasi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari baik dewan juri maupun bapak / ibu guru, serta pembaca demi menyempurkan Karya Ilmiah Siswa tersebut. semoga Karya Ilmiah saya dapat bermanfaat bagi kita.
Jayapura, 01 Juni 2011
Penyusun KIS

Ratri Y. Anggraini Misael Membilong

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Pupuk Organik 4
2.2 Pengertian Dekomposer 9
2.3 Hubungaan Antara Dekomposer dengan Mikroorganisme 10
BAB III METODE PERCOBAAN 14
3.1 Waktu dan Tempat 14
3.2 Alat dan Bahan 14
3.3 Prosedur Kerja 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17
BAB V PENUTUP 18
5.1 Kesimpulan 18
5.2 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1. Daftar gambar Proses Pembuatan EMB 21
Lampiran 2. Alat dan Bahan 23

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pupuk sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan produksi pertanian. Tanaman yang tidak dipupuk tidak akan menghasilkan produksi yang tinggi walaupun menggunakan varietas unggul dan mengikuti kaidah-kaidah pertanian yang baik. Secara garis besar pupuk terdiri atas pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik berasal dari bahan tumbuhan yang sengaja dilapukkan baik secara alamiah maupun buatan menggunakan organisme pengurai (dekomposer), sedangkan pupuk anorganik berasal dari bahan kimiawi yang dibuat di pabrik.
Penggunaan pupuk anorganik atau pupuk kimia dalam jangka waktu lama menurut para ahli pertanian menyebabkan tanah menjadi “sakit”, miskin hara dan tidak subur, sehingga penggunaan pupuk tersebut pada masa mendatang akan semakin berkurang, sebaliknya pengunaan pupuk organik semakin digalakan dan ditingkatkan karena telah terbukti bahwa penggunaan pupuk tersebut dapat menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Bahkan pabrik pupuk nasional telah memproduksi pupuk organik atau campuran pupuk kimia dan pupuk organik.
Dalam skala kecil pembuatan pupuk organik dapat dilakukan oleh petani karena tersedia bahan-bahan organik yang cukup banyak di Papua termasuk limbah tanaman pangan seperti jerami, jagung, kedelai, atau limbah perkebunan seperti pod kakao (kulit buah), limbah kelapa sawit dan limbah pertanian lainya. Pembuatan pupuk organik membutuhkan waktu yang lama, karena bahan organik tersebut harus mengalami pelapukkan terlebih dahulu secara alamiah. Namun dengan menggunakan dekomposer, bahan-bahan organik tersebut lebih cepat mengalami pelapukan dan hanya beberapa hari saja pupuk organik tersebut sudah dapat digunakan untuk memupuk tanaman.
Dekomposer atau organisme pengurai di alam seperti aspergillus cukup tersedia. Kapang jenis ini memiliki kemampuan yang handal untuk menguraikan bahan-bahan organik seperti limbah pertanian. Aspergillus banyak terdapat di alam terutama di daun bambo. Dengan teknik tertentu kapang ini dapat dikumpulkan dari alam dan dapat dijadikan sebagai dekomposer. Prinsip dalam mengumpulkan aspergillus tersebut sebagai decomposer adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kemampuan agar cepat dalam proses penguraian menjadi pupuk organik. Salah satu antara lain makanan yang diperlukan oleh aspergillus tersebut sehingga bisa berkembangbiak.
Aspergillus tersebut dapat dipreservasi menggunakan gula aren (gula merah). Dengan media tersebut aspergillus dapat dipertahakan dan dapat dijadikan dekomposer. Pengumpulan aspergillus di alam dan dipreservasi dengan menggunakan gula aren dapat dibuat effective Microorganisme bamboo (EMB). EMB tersebut kemungkinan dapat digunakan sebagai decomposer sebagai alternative pembuatan pupuk organik terutama pada daerah yang sulit dijangkau untuk memperoleh sumber pupuk buatan. Selain itu bahan baku cukup tersedia di lokasi.

1.2. Batasan Masalah
Dekomposer komersial yang dijual di pasar tergolong cukup mahal sehingga petani tidak mampu untuk membeli produk tersebut. Selain itu, khusus daerah yang terisolir seperti Papua, produk dekomposer tersebut sangat sulit diperoleh. Sedangkan dekomposer alam seperti aspergillus cukup tersedia sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan Effective Microorganism Bamboo (EMB). Oleh karena itu perlu dilakukan percobaan untuk membuat EMB yang meliputi kegiatan proses pengumpulan Aspergillus yang diperoleh dari daun bambu yang kering dan kegiatan selanjutnya adalah pembuatan Effective Microorganism Bamboo (EMB).
1.3. Tujuan
Tujuan dari pecobaan ini adalah untuk mengambil microorganisme dari tumpukan daun bambu yang sudah gugur, dan membuatnya menjadi larutan Effective Microorganisme Bamboo (EMB) yang berfungsi sebagai bahan pembuat pupuk organik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik
Menurut Sutanto Rachman (2002) pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah) (Suriadikarta dkk, 2006).
a. Jenis Pupuk
a) Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam. Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urine) hewan. Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat (makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum. Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat. Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh mikroorganime sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.
2. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam. Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan – bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bia optomal (Parnata, dkk., 2004).
b) Pupuk Hijau
3. Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air (Azolla). Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat. Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi (Parnata, dkk., 2004). Pupuk hijau digunakan dalam:
1. Penggunaan tanaman pagar, yaitu dengan mengembangkan sistem pertanaman lorong, dimana tanaman pupuk hijau ditanam sebagai tanaman pagar berseling dengan tanaman utama.
2. Penggunaan tanaman penutup tanah, yaitu dengan mengembangkan tanaman yang ditanam sendiri, pada saat tanah tidak ditanami tanaman utama atau tanaman yang ditanam bersamaan dengan tanaman pokok bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan.
c) Kompos
Menurut Djuarni, dkk., (2006) kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola. Beberapa kegunaan kompos adalah:
1. Memperbaiki struktur tanah.
2. Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
4. Memperbaiki drainase dan pori – pori dalam tanah.
5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.
Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos (di bawah 400 c) (Djuarni, dkk., 2006).
d) Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, industri makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah padat perkotaan. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik. Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos (FNCA, 2006) .
e) Pupuk Organik Buatan
Menurut Subba Rao (1982) pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik dengan menggunakan peralatan yang modern. Beberapa manfaat pupuk organik buatan, yaitu:
1. Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
2. Meningkatkan produktivitas tanaman.
3. Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.
4. Menggemburkan dan menyuburkan tanah.
Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi pupuk organik tersebut (Subba Rao, 1982).
b. Manfaat Pupuk Organik
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos (Kloepper, 1993). Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti:
1. Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif sedikit.
2. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.
3. Membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan.
2.2 Pangertian Dekomposer
Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan bagi kehidupan mahkluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan makhluk –makhluk alami. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada id.shvoong.com., (2011) populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi membentuk suatu system kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral dan sisa –sisa bahan organic yang ada dalam tanah.
Komposisi kuantitatif populasi dalam tanah dan kualitatif alam lingkungannya dapat dikatankan adalah sangat tergantung pada sumber dan kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relative dari unsure- unsure organic dan anorganik.
Decomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia.
2.3 Hubungan Antara Dekomposer dengan Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniselular) meskipun beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada id.shvoong.com., (2011) ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiologi.
Decomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia.
Beberapa kemajuan telah tercapai oleh para pakar yang mempelajari tentang populasi mikroorganisme didalam tanah, diantara mereka beberapa orang mencurahkan perhatiannya pada komposisi kuantitatif populasi mikroorganisme didalam tanah. Golongan – golongan utama yang menyusun populasi mikrobiologis tanah terdiri dari golongan flora dan fauna, golongan flora meliputi bekteri, aktinomisetes, fungi, dan ganggang, sedangkan golongan fauna meliputi protozoa, binatang yang berderajat agak lebih tinggi, nematoda, dan cacing tanah.
a. Bakteri
Bakteri yang hidup dalam tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dengan me ngikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat.
b. Aktinomisetes
Tiga genus dari aktinomisetes yang baik berada dalam tanah, yaitu species nokardia, yang sangat berhubungan dengan bekteri, terutama pada mycobakteria, crynebakteri, specis yang termasuk genus streptomyces dan micromonospora adalah lebih rapat hubungannya pada fungi.

c. Fungi(ganggang)
Termasuk ke dalamnya golongan- golongan besar antara lain golongan fikomisetes, askomisetes, hipomisetes atau cendawan imperfekti dan basidiomisetes.
d. Algae(ganggang)
Algae merupakan tanaman mikroskopis, tanaman tingkat rendah yang mempunyai klorofil dengan jaringan tubuh yang tidak berderferensiasi, tidak membentuk akar, batang dan daun.
e. Protozoa
Protozoa adalah sejenis binatang yang paling rendah derajatnya, uniseluler, dengan ukuran yang beragam 3 sampai 1000 mikron.
f. Cacing tanah
Cacing tanah ( terutama cacing hujan ) dari yang terkecil hingga yang terbesar , yang menghuni tanah tanah perkarangan , sawah tegalan , tanah tanah hutan dan lain lainnya .
Banyak sekali spesiesnya ada yang bermanfaat bagi penyuburan tanah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dapat mempercepat pelapukan sisa sisa tanaman.
2. Kotoran cacing dapat meningkatkan kesuburan tanah atau kadar NPK pada tanah yang di huninya
3. Lorong lorong yang dibuatnya dalam tanah ( terutama pada lapisan top soil ) memungkinkan masuknya udara sehat ke dalam tanah dan terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar dalam tanah.

Kesuburan salah satu modal bagi suksesnya pembangunan pertanian yang berkelanjutan di indonesia. Usaha yang dapat di lakukan untuk memperbaiki dan memulikan kesuburan tanah agar tetap terjaga salah satunya adalah menerapkan teknologi yang ramah lingkungan dengan menambah bahan organik melalui pengunaan pupuk organik padat (kompos, bokasi) yang kaya akan bermacam macam microorganisme yang menguntukan bagi tanaman (Anonymous, 2005).
Dari sekian banyak microorganisme, ada lima golongan yang dapat bekerja secara efectife dalam memfermentasikan bahan organik. Microorganisme yang dimaksud adalah : Bacteri fotosintetik, Lactobacillus Sp, Streptomyces Sp, ragi (yeast), dan Actinomycetes (Indriyani, 2003).
Aspergillus Sp dan Bacillus Sp, merupakan salah satu jenis kapang yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguraian gula dan karbohidrat lain yang bekerja sama dengan bakteri fotosintetik dan ragi, asam laktat ini merupakan bahan sterilisasi yang kuat dan dapat menekan microorganisme berbahaya serta dapat menguraikan bahan organik dengan cepat (Indriyani, 2004).
Umumnya kapang tumbuh pada media yang mengandung banyak karbon seperti monosakarida (glukosa), dan polisakarida (amilosa). Aspergillus banyak terdapat pada bahan makanan seperti roti, nasi dan kentang, serta berkembang dengan baik ditanaman. Bahkan aspergillus dapat tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang tidak memiliki sumber nutrisi seperti pada dinding yang lembab dan bahan yang berkulit (Fardiaz, 2003).

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan percobaan pembuatan larutan Effective Microorganisme Bamboo (EMB) dilakukan selama 7 hari, yang dimulai dari tanggal 19 sampai 25 Februari 2011, sedangkan tempat pelaksanaanya dilakukan di laboratorium hama dan penyakit SMK Negeri 7 Jayapura, pengamatan mikroorganisme dilakukan di laboratorium universitas Cenderawasih Jayapura Papua.
3.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan Effective Microorganisme Bamboo (EMB) ini adalah timbangan analitik, mikroskop. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Effective Microorganism Bamboo (EMB) ini adalah :
1. Kapang yang terdapat pada tumpukan daun Bamboo yang sudan melapuk.
2. Nasi
3. Gula Merah
4. Air
5. Peti/kotak kayu dengan ukuran 40 cm x 60 cm
6. Botol Kaca
7. Toples
8. Karung
9. Saringan
10. Corong Plastik

3.3. Prosedur Kerja
Pembuatan Effective Microorganism Bamboo (EMB) dilakukan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut :
 Mikroorganisme yang diperoleh berasal dari daun bambu. Daun bamboo yang dipilih adalah daun bambu yang mempunyai mikroorganisme yang cukup banyak.
 Daun bambu yang yang mengandung mikroorganisme tersebut dimasukan ke dalam kotak kayu yang berukuran 40 x 60 cm. Daun bambo tersebut diisi sekitar separuh dari volume kotak.
 Nasi hangat dikepak beberapa bulatan dan diletakan pada daun bambu yang berada dalam kotak kayu dengan tujuan agar mikroorganisme yang berada di daun bamboo tersebut dapat pindah ke kepalan nasi tersebut.
 Kepalan nasi berada di dalam kotak tersebut selama 3 hari. Kotak kayu tersebut diletakan pada tempat yang gelap dan selalu ditutup rapat untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme dari luar.
 Setelah 3 hari buka kotak yang berisi nasi yang di tutupi daun bambu, kemudian ambil kepalan nasi tersebut dan perhatikan kalau terdapat benang putih menempel pada permukaan nasi, itu adalah kapang, tetapi bila terdapat warna kuning / oranye berati itu adalah bakteri, dan ini harus di buang.
 Letakan nasi yang sudah ditempeli oleh kapang kedalam wadah / toples kaca, tiap toples di isi satu kepalan nasi dan berikan gula merah sebanyak 35 gram tiap toples, kemudian tambahkan air sampai menutupi nasi yang kurang lebih 200 ml / liter air, dan setelah itu tutup yang rapat dan letakan di tempat yang teduh dengan tidak terkena sinar matahari langsung / cahaya, setelah itu disimpan selam 4 hari
 Setelah 4 hari buka penutup wadah / toples secara perlahan kemudian lihat ciri – cirinya adalah terdapat banyak buih – buih atau gelembung – gelembung serta berbau alkhol didalam larutan yang terdapat didalam toples, setelah itu barulah ambil saringan, dan saringlah larutan EMB yang sudah jadi dan masukan kedalam botol dengan mengunakan corong plastik, kemudian simpan di tempat yang teduh dan kering.
 Agar menjaga aspergillus tetap hidup, tambahkan gula merah kedalam larutan secukupnya, ini berfungsi sebagai makanan untuk kapang yang ada dalam botol EMB.
 Untuk mengetahui dan memastikan dalam larutan terdapat aspergillus maka dianalisa di laboratorium Universitas Cenderawasih Jayapura menggunakan media Potato Dekstrose Agar (PDA).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Effective Microorganisme Bamboo (EMB) merupakan larutan yang memiliki kandungan aspergillus sebagai dekomposer untuk pembuatan pupuk organik. Dari hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa aspergillus tersebut (Gambar 1). Gambar bawah merupakan hifa sedangkan gambar atas merupakan miselium atau kumpulan dari hifa.. Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa aspergillus berkembang dan berpotensi untuk digunakan sebagai dekomposer untuk pembuatan pupuk organik.

Gambar 1. Foto aspergillus yang terdapat dalam EMB hasil analisis dari laboratirium Biologi (UNIVERSITAS CENDERAWASIH PAPUA).
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan bahwa kapang aspergillus yang terdapat didaun bambu dapat dikumpulkan dan memilki potensi untuk dimanfaat sebagai Effective Microorganism Bamboo (EMB). Hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa aspergillus berkembang. Disarankan bahwa EMB tersebut dapat diujicoba untuk pembuatan pupuk organik menggunakan bahan organik seperti rumput atau jerami.

5.2 Saran
Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan ketahanan pangan. Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik perlu digalakkan. Sistem pertanian yang disebut sebagai LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) menggunakan kombinasi pupuk organik dan anorganik yang berlandaskan konsep good agricultural practices perlu dilakukan agar degredasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara kelestarian lingkungan. Pemanfaatan pupuk organik dan pupuk anorganik untuk meningkatkan produktivitas lahan dan produksi pertanian perlu dipromosikan dan digalakkan. Program-program pengembangan pertanian yang mengintegrasikan ternak dan tanaman (crop-livestock) serta penggunaan tanaman legum baik berupa tanaman lorong (alley cropping) maupun tanaman penutup tanah (cover crop) sebagai pupuk hijau maupun kompos perlu diintensifkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2003. Materi Pembuatan Pupuk Organik. Tim Lembaga Pertanian Sehat.
Djuarni, Nan.Ir, M.Sc., Kristian.,Setiawan,Budi Susilo.(2006). Cara Cepat Membuat Kompos.
Fardiaz S. 2003. Mikrobiologi Pangan Jilid 1.
FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA). Japan Atomic Industrial Forum, Tokyo.
Indriyani , 2005. Membuat Kompos Secara Kilat. Swadaya. Jakarta.
Parnata, Ayub.S. (2004). Pupuk Organik Cair. Jakarta:PT Agromedia Pustaka.
Subba Rao, N.S. 1982. Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publishing Co., New Delhi.
Suriadikarta, Didi Ardi., Simanungkalit, R.D.M. (2006).Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Sutanto, Rachman. (2002). Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta:Kanisius.

LAMPIRAN 1.
DAFTAR GAMBAR
PROSES PEMBUATAN

LAMPIRAN 2.
ALAT
YANG DIGUNAKAN

BAHAN
YANG DIGUNAKAN

BUDIDAYA TANAMAN SAWI

Published Juni 23, 2012 by nopriastor1111

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Jagad Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran.
Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik..
Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia.
Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard. Orang Jawa, Madura menyebutnya dengan sawi, sedang orang Sunda menyebut sasawi.
B. MANFAAT.
Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
JENIS SAWI
A. KLASIFIKASI BOTANI.
Divisi : Spermatophyta.
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae.
Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Famili : Cruciferae (Brassicaceae).
Genus : Brassica.
Spesies : Brassica Juncea.
B. JENIS-JENIS SAWI.
Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen.
Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.
SYARAT TUMBUH
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.
BUDIDAYA TANAMAN SAWI
Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman.
Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu.
Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.
A. BENIH.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram.
Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.
Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.
B. PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan.
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.
Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).
C. PEMBIBITAN.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
D. PENANAMAN.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm.
Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
E. PEMELIHARAAN.
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.
Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
PENANAMAN VERTIKULTUR
Langkah – angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut :
1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.
2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.
3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm.
4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 – 5 helai.
5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.
PENANAMAN HIDROPONIK.
Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut :
1. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan setebal 3 – 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm.
2. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 – 5 helai (umur 3 – 4 minggu0, bibit dicabut dengan hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting.
3. Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 – 10 cm, selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril setebal 20 cm.
4. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media.
5. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar.
HAMA DAN PENYAKIT
A. HAMA.
1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).
2. Ulat tritip (Plutella maculipennis).
3. Siput (Agriolimas sp.).
4. Ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (cut worm).
B. PENYAKIT.
1. Penyakit akar pekuk.
2. Bercak daun alternaria.
3. Busuk basah (soft root).
4. Penyakit embun tepung (downy mildew).
5. Penyakit rebah semai (dumping off).
6. Busuk daun.
7. busuk Rhizoctonia (bottom root).
8. Bercak daun.
9. Virus mosaik.
PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN.
Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam.
Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penympanan.
5. Pengolahan.
Article:
Budidaya Caisim

K3LH

Published Juni 12, 2012 by nopriastor1111

I.  PENDAHULUAN

 

  1. A.   Deskripsi

 

Unit kompetensi ini berlaku untuk melakukan keselamatan dan kesehatan kerja, meliputi menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja, membuat prosedur kondisi darurat yang sesuai, dan melakukan partisipasi pengaturan pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja semua orang di tempat kerja.  Unit ini merupakan unit yang sangat penting untuk semua kualifikasi pembenihan tanaman.

Unit kompetensi ini berkaitan dengan semua unit–unit kompetensi di bidang pembenihan tanaman.

 

  1. B.   Sub Kompetensi

 

Ruang lingkup kompetensi melakukan keselamatan dan kesehatan kerja ini meliputi:

  1. Menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
  2. Membuat prosedur kondisi darurat yang sesuai.
  3. Melakukan partisipasi pengaturan pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja semua orang di tempat kerja.

 

  1. C.   Tujuan Akhir Pembelajaran

 

Setelah mempelajari unit kompetensi ini peserta diklat mampu melakukan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan persyaratan bila disediakan sarana, prasarana, dan bahan yang dibutuhkan.

 

 

 

  1. II.    Kegiatan Pembelajaran

 

Menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja

 

 

  1. A.   Tujuan Pembelajaran

 

Setelah mengikuti kegiatan ini peserta diklat mampu mengenal konsep dan ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

 

  1. B.   Uraian Materi

 

  1. 1.    Beberapa pengertian/istilah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
    1. a.    Keselamatan dan kesehatan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan dan kesehatan yang berhubungan erat dengan mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja serta lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sasaran program K3 adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, maupun di dalam air. Tempat-tempat kerja tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum jasa dan lain-lain.

  1. b.    Tempat kerja

Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun di udara yang menjadi kewenangan suatu badan usaha atau perusahaan.  Dalam bidang pertanian, maka yang sebut dengan tempat kerja adalah tempat dimana kegiatan pertanian biasa dilaksanakan, dalam hal ini termasuk laboratorium, bengkel pertanian, dan lapangan.

  1. c.    Perusahaan

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang memperkerjakan pekerja dengan tujuan untuk mencari laba atau tidak, baik milik swasta maupun milik negara.

  1. d.    Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam atau diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi standar kebutuhan masyarakat.

  1. e.    Tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan semua unsur-unsur yang terdapat dalam suatu instansi atau perusahan dimana kegiatan kerja dilakukan. Sedangkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah semua personil dari suatu instansi atau perusahaan termasuk didalamnya adalah pihak manajer, tenaga kerja dan orang-orang yang terkait dengan kegaiatan perusahaan tersebut.

  1. f.     Prosedur keselamatan dan kesehatan kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No:Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pasal 2 :

Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit dan akibat kerja wajib menerapkan sistem manajemen K3.

Ayat (2) Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja wajib dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.

  1. g.    Penerapan prosedur K3

Setiap perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

  • Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3
  • Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3
  • Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3
  • Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikandan pencegahan
  • Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.

 

 

  1. 2.    Prosedur di tempat kerja dan instruksi-instruksi bekerja untuk mengendalikan resiko diikuti dengan taat azas

 

2.1. Prosedur dan instruksi-instruksi yang harus dilakukan atau disiapkan

Dalam melaksanakan pekerjaan, kecelakaan bisa saja terjadi. Untuk menghindari dan meminimalkan terjadinya kecelakaan perlu dibuat instruksi-intruksi kerja. Instruksi-instruksi kerja yang dibuat disesuaikan dengan keadaan peralatan yang dipakai. Ada beberapa hal yang harus dilakukan atau disiapkan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja antara lain :

  1.         a.    Pada setiap laboratorium atau bengkel atau ruangan dibuatkan tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua orang yang akan masuk ke dalam lab atau ruangan. Di dalam tata tertib tersebut perlu dijelaskan hal-hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, serta ancaman sanksi yang akan dikenakan jika melanggar tata tertib.
  2.         b.    Setiap alat yang dioperasikan dengan menggunakan mesin harus dibuatkan instruksi kerjanya. Instruksi kerja tersebut langsung ditempelkan pada alat atau di tempat-tempat tertentu sedemikian rupa, sehingga setiap operator alat yang akan menggunakan alat tersebut harus membaca petunjuk pengoperasian alat. Hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahan prosedur dalam pengoperasian alat. Selain itu juga dengan adanya petunjuk pengoperasian maka siapapun yang akan mengoperasikan alat tersebut dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat menyebabkan kecelakaan pada operator sendiri atau kerusakan alat.
  3.         c.    Pada setiap ruangan agar dibuatkan poster-poster tentang keselamatan kerja dan label-label yang menunjukkan bahaya kecelakaan yang mungkin saja terjadi. Pembuatan label dan poster tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibaca bagi setiap orang.

 

Gambar 1.  Poster keselamatan kerja

 

Sedangkan untuk bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, pestisida dan sebagainya, pemasangan lebel dan tanda dengan menggunakan lambang atau tulisan peringatan pada wadah adalah suatu tindakan pencegahan yang sangat penting. Aneka label dan pemberian tanda diberikan sesuai dengan sifat-sibat bahan yang ada. Beberapa label dan pemberian tanda dapat dipakai dengan menggunakan lambang yang sudah dikehui secara umum.

 

Gambar 2. Lambang-lambang gambar bahaya

 

 

2.2.   Dasar-dasar keselamatan kerja dan resiko

Mengingat sangat bervariasinya perkakas, mesin, bahan kimia berbahaya dan cara kerja yang digunakan dalam bidang pertanian (teknologi benih), maka tidak semuanya akan dibicarakan, baik dalam kaitan dengan pemilihan perkakas, mesin dan bahan kimia berbahaya, tetapi prinsip-prinsip umum akan diuraikan.

 

2.2.1.  Syarat-syarat umum

Semua perkakas, mesin dan bahan-kimia berbahaya yang digunakan dalam pertanian (teknologi benih) harus:

  1. Memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana ditentukan dalam standar internasional atau nasional dan rekomendasi, apabila tersedia.
  2. Digunakan hanya untuk pekerjaan yang telah dirancang atau dikembangkan, kecuali jika suatu penggunaan tambahan yang diusulkan telah dinilai oleh seorang yang kompeten yang telah menyimpulkan bahwa penggunaan aman.
  3. Digunakan atau dioperasikan hanya oleh para pekerja yang telah dinilai berkompeten dan/atau memegang sertifikat ketrampilan yang sesuai.

 

Perkakas, mesin dan peralatan harus mempunyai desain dan konstruksi yang baik, dengan mempertimbangkan prinsip kesehatan, keselamatan dan ergonomik, dan mereka harus dipelihara dengan kondisi yang baik.

 

Setiap perkakas, mesin dan peralatan harus secara rutin diperiksa berdasarkan suatu penilaian yang lengkap dari semua kriteria terkait harus digunakan saat pemilihan suatu mesin. Hal ini membantu untuk menciptakan suatu lingkungan kerja yang sehat dan produktif serta memastikan bahwa mesin tersebut tepat untuk tujuan yang dimaksudkan.

 

Pengusaha, pembuat atau agen harus menyediakan instruksi dan informasi yang jelas dan menyeluruh tentang semua aspek pemeliharaan dan penggunaan yang aman dari perkakas, peralatan dan bahan-kimia berbahaya bagi operator/pengguna. Ini harus meliputi syarat-syarat untuk alat keselamatan kerja.

 

Peralatan harus dirancang agar gampang dan aman dalam pemeliharaan dan sedikit perbaikan di tempat kerja. Para pekerja harus dilatih untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan kecil pada mesin dan peralatan mereka. Jika ini tidak bisa dilakukan, seorang yang kompeten harus mudah dihubungi dari tempat kerja.

 

Fasilitas untuk perbaikan dan pemeliharaan peralatan dan perkakas harus disediakan, disarankan penyediaan dekat dengan tempat berteduh atau fasilitas perumahan.

 

Dalam tempat perbaikan (bengkel lapangan), harus disediakan fasilitas bengkel dengan perkakas pemeliharaan yang sesuai, agar pekerjaan pemeliharaan dan reparasi dilaksanakan dalam kondisi aman, tanpa terganggu oleh kondisi cuaca yang buruk.

 

2.2.2.  Peralatan tangan

Penggunaan peralatan tangan banyak digunakan untuk jenis-jenis pekerjaan yang ringan dan memerlukan spesifikasi kerja tertentu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan peralatan tangan, yaitu :

  1. Peralatan tangan untuk memotong dan memisahkan benda harus dibuat dari baja berkualitas baik yang menjaga sisi pemotongan dan efektivitasnya dengan pemeliharaan minimum.
  2. Bagian atas dari suatu alat untuk memotong dan memisahkan harus dipasang dengan aman pada tangkai dengan suatu alat efektif, sebagai contoh baji, paku keling atau baut.
  3. Tangkai harus memberikan suatu genggaman yang kuat dan harus terbuat dari kayu berkualitas baik atau bahan lain yang sesuai untuk maksud ini.
  4. Spesifikasi perkakas, seperti ukuran, panjang tangkai dan berat, harus sesuai untuk memenuhi kebutuhan dari pekerjaan dan keadaan fisik dari pemakai.
  5. Jika tidak digunakan, perkakas bersisi tajam harus diberi sarung dengan alat yang sesuai.

 

      2.2.3.  Mesin mesin portable

  1. Kendali mesin seperti gergaji rantai, gergaji sikat dan pemotong rumput harus ditempatkan dengan nyaman dan fungsi mereka ditandai dengan jelas.
  2. Posisi dan dimensi dari tangkai harus nyaman bagi operator dalam semua sikap kerja normal.
  3. Tingkat kebisingan, getaran dan emisi buangan yang berbahaya harus serendah mungkin sejalan dengan keadaan teknologi. Bahan bakar dan minyak pelumas yang digunakan harus yang dapat dihancurkan secara biologis (ramah lingkungan) dapat mengurangi bahaya polusi dengan gas buangan dan tumpahan.
  4. Mesin-mesin harus seringan mungkin untuk menjaga keseimbangan antara ukuran mesin dan kekuatan yang diperlukan untuk pekerjaan dengan satu tangan, serta menghindari kelelahan operator dan kerusakan pada sistem otot rangka yang lainnya.
  5. Semua alat pelindung harus pada tempatnya dan secara teratur diperiksa terhadap kerusakan timbul. Alat penyetop mesin harus mempunyai aksi positif dan ditandai dengan jelas.

 

2.2.4.  Permesinan Otomatis atau Mesin Konvensional

  1. Mesin harus dilengkapi dengan alat penahan goncangan, tempat duduk dapat disetel sepenuhnya untuk pengemudi dan dipasang dengan sabuk pengaman yang sesuai dengan syarat-syarat ISO 8797 atau semacamnya secara nasional.
  2. Ruang operator harus dirancang dan ditempatkan sehingga sesuai dengan ukuran badan operator yang kemungkinan besar menggunakan mesin seperti itu.
  3. Cara-cara masuk dan keluar dari mesin, seperti anak tangga, tangga dan pintu, harus dirancang untuk menyediakan tumpuan tangan dan kaki dengan suatu ketinggian dan jarak yang nyaman.
  4. Mesin harus dilengkapi dengan struktur perlindungan berguling, sesuai dengan ISO 3471 dan ISO 8082 atau suatu standar nasional yang sesuai.
  5. Kabin harus tempat operator bekerja harus memenuhi persyaratan :

(i)   Dilindungi dari obyek yang jatuh, sesuai dengan ISO 8083 atau suatu standar nasional yang sesuai:

(ii)  Dilengkapi dengan struktur yang melindungi operator setidaknya memenuhi syarat-syarat ISO 8084 atau semacamnya secara nasional.

  1. Mesin harus dilengkapi dengan suatu alat penyetop yang tidak dapat kembali sendiri, mudah dicapai, dan ditandai dengan jelas dari posisi kerja normal operator.
  2. Untuk mesin-mesin yang menggunakan sistem transmisi atau kopling, maka jika tidak dipakai, persneling harus dalam keadaan tersambung.
  3. Rem parkir harus mampu untuk menjaga mesin dan beban lajunya pada saat diooperasikan pada lahan yang miring.
  4. Pipa pembuangan harus dilengkapi dengan penangkap percikan. Mesin yang dilengkapi dengan turbochargers tidak memerlukan penangkap percikan.

 

2.3.   Pakaian/peralatan pelindung yang dibutuhkan untuk bekerja diidentifikasi dan digunakan sesuai peraturan perusahaan yang berlaku

 

2.3.1.  Pakaian Kerja

Pakaian kerja yang dipakai bagi pekerja dalam bidang pertanian untuk di lapangan harus memenuhi beberapa kriteria, secara umum adalah sebagai berikut :

  1. Pakaian kerja harus dibuat dari bahan yang menjaga badan pekerja tetap kering dan berada pada temperatur yang nyaman. Untuk bekerja di daerah yang beriklim panas dan kering, pakaian yang sesuai harus digunakan untuk menghindari radiasi panas yang berlebihan dan memudahkan pengeluaran keringat. Pakaian pelindung yang sesuai harus disediakan jika ada suatu resiko radiasi UV atau potensi bahaya biologik, seperti tumbuhan beracun, infeksi dan binatang.
  2. Pakaian harus mempunyai warna yang kontras dengan lingkungan pertanian untuk memastikan bahwa para pekerja kelihatan dengan jelas.
  3. Penggunaan alat pelindung diri harus dianggap sebagai suatu upaya terakhir, bila pengurangan resiko dengan cara-cara teknik atau organisatoris tidak mungkin dilakukan. Hanya dalam keadaan ini alat pelindung diri yang berhubungan dengan resiko spesifik tersebut digunakan.
  4. Alat pelindung diri untuk pekerjaan bidang pertanian di lapangan harus memiliki fungsi yang spesifik.
  5. Bila pekerjaan dilakukan dengan menggunakan bahan kimia berbahaya, alat pelindung diri harus disediakan sesuai keselamatan dalam penggunaan bahan kimia di tempat kerja.
  6. Alat pelindung diri harus memenuhi standar internasional atau nasional.

 

2.3.2.  Alat Pelindung Diri

Ada beberapa jenis alat pelindung diri untuk bidang pekerjaan pertanian di lapangan sesuai dengan jenis pekerjaanya antara lain:

  1. Sarung tangan

Dipergunakan untuk berbagai kegiatan bila menggunakan bahan-bahan kimia beracun, seperti mencampur pestisida, mencapur pupuk dan sebaginya. Untuk jenis ini sarung tangan yang dipakai adalah sarung tangan yang terbuat dari karet yang tidak tembus oleh bahan-bahan cairan. Sedangkan untuk pekerjaan di laboratorium biasanya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari serat asbes yang tahan panas.

  1. Sepatu lapangan

Dipergunakan jika jenis pekerjaan yang digunakan adalah jenis pekerjaan lapangan. Alat ini digunakan untuk melindungi kaki pada saat bekerja di lapangan dari gigitan serangga atau pekerjaan lain yang berbahaya di lapangan. Jenis sepatu yang digunakan adalah jenis sepatu boot, baik yang terbuat dari karet atau karet

 

 

 

 

Gambar 3. Sepatu lapangan

  1. Topi pengaman (Helmet)

Dipergunakan untuk melindungi kepala dari kemungkinan benda-benda jatuh di lapangan. Misalnya pada saat memanen buah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4. Pelindung kepala (Helmet)

 

 

  1. Penutup muka

Dipergunakan untuk jenis pekerjaan di lapangan, jika kondisi lapangan berdebu. Hal ini untuk melindungi muka dari debu-debu yang berterbangan pada saat bekerja.

 

Gambar 5. Pelindung muka

 

  1. Pelindung atau penutup mata

Dipergunakan untuk melindungi mata pada saat bekerja di lapangan, baik dari terik matahari maupun dari benda-benda yang berbahaya di lapangan seperti halnya debu, ataupun pada saat bekerja dilaboratorium. Ada beberapa jenis alat pelindung mata sesuai dengan kondisi lapangan.

 

Gambar 6. Pelindung mata

  1. Alat pelindung mulut (masker)

Dipergunakan untuk melindungi mulut dan hidung dari bahan-bahan berbaya saat bekerja di lapangan dengan menggunakan pestisida, gas beracun atau debu.

 

Gambar 7. Masker pelindung mulut (masker)

 

 

Gambar 8. Masker pelindung mulut saat menggunakan pestisida

 

 

2.4.   Pekerjaan dilaksanakan berdasarkan rekomendasi yang aman

Sebelum peralatan dipergunakan, untuk menjamin agar tidak terjadi kecelakaan atau hambatan pada saat kegiatan dilaksanakan, maka alat-alat yang akan dipergunakan harus dilakukan pengecekan terlebih dahulu. Pengecekan dilakukan untuk memastikan bahwa alat-alat tersebut berfungsi sesuai dengan rancangan dan dibuat memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja. Pengujian peralatan tersebut harus dilakukan oleh lembaga atau institusi yang memiliki kewenangan menguji dan memiliki sertifikasi untuk peralatan yang menggunakan mesin dan memiliki sensitifitas tinggi. Sedangkan untuk peralatan manual biasa, jika memungkinkan operator dalpat melakukannya sendiri. Pengujian peralatan dilakukan secara reguler (priodik), dan hasil pengujian peratalan seharusnya dilaporkan kepada perusahaan untuk dilakukan pengambikan tindakan yang semestinya. Bagi peralatan yang memenuhi standar keselamatan kerja perlu dibuatkan sertifikasi peralatan. Sedangkan untuk peralatan yang rusak agar disarankan untuk diperbaiki agar alat tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

 

2.5.   Resiko pekerjaan diidentifikasi dan tindakan diambil untuk mengurangi resiko

Lingkup kerja bidang pertanian, khususnya teknologi benih terbagi dalam dua kategori, yaitu di laboratorium dan di lapangan. Kedua jenis resiko kedua pekerjaan ini juga berbeda, karena karakteristiknya juga berbeda, dan untuk itu resiko pekerjaan dibedakan menjadi dua, yaitu resiko pekerjaan di laboratorium dan resiko pekerjaan di lapangan.

 

2.5.1.  Resiko pekerjaan di laboratorium

Ada beberapa jenis pekerjaan yang dilaksanakan di laboratorium, seperti halnya analisa benih atau pekerjaan-pekerjaan lain yang menggunakan peralatan mesin di laboratorium. Ada beberapa jenis resiko di laboratorium antara lain kebakaran, terkena bahan-bahan kimia.

  1. Kebakaran

Kebakaran adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan terjadinya. Bagi tenaga kerja kebakaran dapat menimbulkan penderitaan dan malapetaka, khususnya terhadap mereka yang tertimpa kedelakaan tersebut dapat berupa kehilangan pekerjaan dan hal yang paling fatal dapat menyebabkan kematian.

Kebakaran terjadi apabila tiga unsur terdapat bersama-sama  unsur-unsur tersebut adalah oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas. Tanpa oksigen kebakaran tidak akan terjadi, dan tanpa bahan yang mudah terbakar tak mungkin kebakaran terjadi dan tanpa panas kebakaran juga tak akan terjadi.

 

Gambar 9. Unsur-unsur terjadinya kebakaran

 

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran, yaitu:

(i)   Nyala api dan bahan yang pijar

Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik, kemudian terbakar dan menyala terus menerus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau tidak tergantung dari :

  • Sifat bahan padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak mudah dan sukar terbakar
  • Ukuran zat, jika jumlah bahan sedikit tidak cukup untuk menimbulkan panas agar terjadi kebakaran, maka kebakaran tidak akan terjadi.
  • Keadaan zat padat
  • Cara menyalakan

 

(ii)     Penyinaran

Terbakarnya bahan-bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api tidak perlu karena terjadinya persentuhan. Semua sumber panas akan memancarkan gelombang elektromagnetis yaitu sinar infra merah. Jika gelombang elektromagnetis ini mengenai benda, maka pada benda tersebut akan dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Akibatnya benda yang disinari akan bertambah panas dan bila panas tersebut sampai pada titik nyala maka benda tersebut akan terbakar.

 

(iii)    Peledakan uap atau gas

Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan kebakaran akan terjadi. Besar kecilnya kebakaran sangat tergantung pada jumlah (volume) gas atau uap.

 

(iv)    Percikan api

Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakarnya campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasanya  percikan api tidak dapat menyebabkan benda pada terbakar sendiri. Oleh karena tidak cukupnya energi dan panas yang ditimbulkan. Percikan api dapat ditimbulkan oleh hubungan arus pendek, ataupun oleh terjadinya kelistrikan statis, yaitu akibat pergesekan dua buah benda yang bergerak dan udara

 

(v)     Terbakar sendiri

Kebakaran yang terjadi sendiri disebabkan oleh karena pada seonggokan bahan bakar mineral yang padat atau zat-zat organik. Kebanyakan minyak mudah terbakar, terutama minyak tumbuh-tumbuiah. Banyaknya panas yang terjadi ditentukan oleh luas permukaan yang bersinggungan dengan udara.

 

(vi)    Reaksi kimia

Reaksi-reaksi kimia dapat menghasilkan cukup panas dan akibatnya dapat menyebabkan terjadi kebakaran. Forfor kuning teroksidasi santa cepat bila bersinggungan dengan udara. Natrium dan kalium akan bereaksi hebat bila tercampur dengan air dan akan melepaskan gas hidrogen yang mudah terbakar jika suhu udara diatas 40oC. Asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan menyebabkan terjadinya nyala api.

 

(vii)   Kebakaran karena listrik

Kebanyakan peralatan laboratorium yang digunakan dalam bidang pertanian khususnya teknologi benih banyak menggunakan listrik sebagai sumber tenaganya. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan keselamatan kerja listrik, yaitu pada pedoman keselamatan kerja listrik.

 

PEDOMAN KESELAMATAN KERJA LISTRIK

 

Pedoman keselamatan kerja listrik menyangkut tenaga kerja, organisasi dan cara kerja, bahan dan peralatan listrik, dan pedoman pertolongan terhadap kecela­kaan.

 

  1.           I.    Pakaian kerja

Pakaian kerja bagi para tenaga kerja yang bertalian dengan kelistrikan harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

  • Cukup kuat dan tahan gesekan.
  • Baju kemeja berlengan panjang dan berkancing pada ujung lengan.
  • Celana panjang.
  • Ø Ujung kaki celana dapat dilipat dan dikancing.
  • Sepatu bersol karet, tidak berpaku dan memiliki sifat isolator.
  • Topi helm terbuat dari plastik, kuat, dan memiliki sifat isolator yang sesuai dengan tegangan yang bersangkutan.
  • Sarung tangan panjang, lemas, kuat, dan memiliki daya isolator yang sesuai.
  • Sarung tangan untuk bekerja dan penghantar adalah lemas, kuat, dan tahan ge­sekan terhadap kawat penghantar.

 

  1.         II.    Pedoman instalasi dan syarat-syarat perlengkapan lis­trik

a.   Pemasangan peralatan listrik

(1)  Pemasangan transformator-transformator, panel-panel. sakelar-sakelar, mo­tor-motor dan alat-alat listrik lainnya di tempat kerja harus dilaksanakan sedemikian sehingga tidak terdapat bahaya kontak dengan bagian-bagian yang bertegangan.

(2)  Manakala ruangan dan persyaratan pelayanan memungkinkan, alat-alat dan pesawat-pesawat listrik harus ditempatkan dalam ruangan terpisah yang ukurannya memadai dan hanya orang-orang yang kompeten boleh masuk ke dalam ruangan tersebut.

(3)  Jika alat-alat atau pesawat listrik terpaksa ditempatkan di tempat keria dalarn ruangan produksi, pagar pengaman untuk melindungi bagian-bagian atau penghantar yang bertegangan harus dibuat. Pagar pengaman berfungsi pencegahan kecelakaan. Rangka pagar dapat terbuat dari kayu, besi pipa., besi siku, kawat baja, besi pelat berlobang atau piastik. Dalam hal ini. kayu kering atau plastik memiliki sifat yang lebih baik, oleh karena zat-zat tersebut tidak menghantar listrik. Namun begitu, kayu memiliki kerugian oleh karena mudah terbakar. Rangka besi harus disertai hubungan ke tanah secara tepat.

(4)  Perlu dipasang papan tanda larangan masuk bagi mereka yang tidak ber­kepentingan dan disertai peringatan “Awas bahaya listrik:”. Tanda peri­ngatan dipasang pada tempat masuk ke ruangan, sedangkan huruf jelas dan rnudah dibaca.

(5)  Terdapat kesesuaian dalam banyak hal mengenai norma-norma bagi pagar pengaman untuk mesin dan pesawat listrik.

(6)  Petugas-petugas perawatan peralatan listrik harus tahu benar bahaya-­bahaya yang bertalian dengan suatu instalasi listrik dan peralatan lain­lainnya,

(7)  Bahaya-bahaya akibat listrik harus dipertimbangkan pada perencanaan pembuatan tutup pengaman bagi panel listrik.

(8)  Pemasangan instalasi listrik harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Instalasi Listrik (PULL) dan peraturan-peraturan lain tentang keselamatan kerja listrik.

(9)  Macam pemasangan instalasi listrik di perusahaan-perusahaan dan tempat­tempat kerja tergantung dari konstruksi bangunan ukuran dan pembagi­an beban, penempatan mesin-mesin, pesawat dan alat-alat listrik, keadaan ruang kerja seperti berdebu, panas, lembab, dan lain-lain

 

b. Sakelar

(1)  Apapun tipe sakelar, yaitu tombol tekan, tuas, putar atau otomatis, harus memenuhi syarat keselamatan, Sakelar-sakelar untuk keperluan motor-motor, pesawat-pesawat listrik, instalasi cahaya dan tenaga, harus ditutup.

(2)  Tidak boleh dipakai sakelar tuas yang terbuka, oleh karena bagian­-bagian terbuka yang bertegangan akan menimbulkan bahaya tekanan arus listrik dan dapat mengakibatkan Ioncatan api, bila sakelar di­putuskan arusnya.

Sakelar tuas harus tertutup dan tutup serta poros pegangan (handel) harus dihubungkan ke tanah

(3)  Sakelar-sakelar tuas harus dipasang sedemikian sehingga bagian-bagi­annya yang dapat digerakkan dalam keadaan tidak ada hubungan tidak bertegangan.

(4)  Bila dipakai sakelar pemisah untuk tegangan tinggi. sakelar harus di­pasang di luar batas capai tangan dan pelayanannya dilakukan dengan menggunakan tongkat pengaman.

(5)  Bila pernasangan seperti tersebut p ada i tak dimungkinkan, sakelar tersebut harus tertutup atau dipagar secara tepat agar tidak membaha­yakan, sedangkan pelayanannya tetap dilaKukan dengan  memakai tongkat pengaman,

(6)  Untuk keperluan pemakaian secara umum, dianjurkan agar dipakai sakelar putar dan tombol tekan, oleh karena bagian yang bertegangan berg is di tempat tertutup.  Sakelar-sakelar yang dapat menimbulkan loncatan api harus dipasang da­lam peta penghubung.

(7)  Setiap sakelar harus disertai suatu petunjuk untuk posisi tertutup atau terbuka.

 

 

 

c. Sekring dan pengaman otomatis

 

(1)  Instalasi atau pesawat listrik diamankan dengan penggunaan sekring atau pengaman otomatis.

(2)  Sekring dan pengaman otomatis memutuskan arus, manakala terjadi arus lebih sebagai akibat kesalahan hubungan tanah, hubungan pendek dan beban lebih.

(3)  Pengaman arus lebih yang ditempatkan pada setiap bagian instalasi yang diamankan harus memiliki jenis dan ukuran yang sesuai, yaitu memu­tus arus apabila arus yang lebih dari batas yang ditentukan melaluinya.

(4) Pemasangan sekring pada mesin-mesin dan peralatan listrik tidak hanya ditentukan oleh kekuatan arus, tetapi juga oleh tenaga listrik yang ter­sedia dari transformator atau generator, kemungkinan terjadinya hubung­an tanah, beban lebih dan hubungan pendek yang membahayakan.

(5)  Pengaman dengan sekring melindungi, baik mesin dan peralatan, maupun tenaga kerja.

(6)  Pemakaian sekring harus disesuaikan terhadap kuat arus yang tertera pa­da sekring.

(7)  Dalam pemasangan sekring, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut

  • Sebelum pemasangan, kabel-kabel yang bersangkutan harus bebas arus dan tegangan.
  • Setiap kerusakan pada sekring harus diikuti dengan pemeriksaan segera terhadap faktor penyebabnya seperti adanya hubungan pendek atau beban lebih.
  • Sekring yang putus harus diganti dengan macam dan ukuran yang sama.
  • Dilarang penggunaan sekring yang telah rusak dan diperbaiki.
  • Pengaman otomatis dipakai untuk jaringan instalasi tegangan tinggi, untuk arus yang besar, dan juga untuk instalasi tegangan rendah.
  • Pengaman otomatis terdapat dalam macam dan ukuran yang berbeda-beda.
  • Bekerjanya pengaman otomatis ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang disertai perlengkapan perlambatan waktu.
  • Menurut bekerjanya pengaman otomatis tergantung kepada jenis termis dan jenis magnetis.
  • Pengaman otomatis jenis termis bekerja atas dasar peningkatan suhu, maka tergantung kepada suhu ruangan.
  • Pengaman otomatis jenis magnetis bekerja atas dasar kuat arus yang me­lalui jaringan instalasi.
  • Ahli listrik memilih dan menetapkan macam dan ukuran pengaman oto­matis untuk dipasang.
  • Perawatan terhadap pengaman otomatis dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman.

 

  1.        III.    Pencegahan Kebakaran

Untuk menghidari terjadinya kebakaran, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:

a.   Penyimpanan

Dalam pengorganisasian usaha-usaha keselamatan kerja terhadap bahaya kebakaran, perhatian yang sermat harus diberikan tehadap lokasi dan desin gudang. Aneka bahan, khususnya zat-zat yang dapat terbakar merupakan sumber utama terjadinya kebakaran.  Dalam perencanaan gudang atau tempat penyimpanan bahan, baik sifat maupu bentuk bahan harus diperhatikan. Zat-zat cair yang memiliki titik nyata lebih kecil dari 32oC harus ditempatkan dalam wadah atau tangki yang tertutup dan disimpan dalam tangki dan ditempatkan ditempat yang terpisah atau diluar gudang dan jauh dari bahan-bahan lai yang mudah terbakar.

 

b.   Pengolahan

Jika proses produksi memungkinkan penggantian bahan yang kurang berbahaya ditinjau dari segi kebakaran, maka resiko dapat dikurangi atau ditiadakan. Jumlah bahan yang mudah terbakar sedapat mungkin dikurangi dalam penggunaannya di proses produksi. Zat-zat padat yang mudah terbakar harus diletakakn tersusun rapi dan aman, agar kegiatan-kegiatan dalam pekerjaan tidak terhalang. Bahan-bahan cair yang mudah terbakar harus disalurkan ke tempat kerja melalui pipa-pipa penyalur atau drum-drum yang dilengkapi dengan pompa tangan. Perlu dilakukan pengaturan agar bahan cair tidak tumpah ke sekitar, misalnya dengan penempatan drum-drum pada landasan yang menampung bahan tertumpah.

 

c.   Meniadakan sumber-sumber terjadinya awal mula kebakaran

Þ    Pada semua proses pemanasan harus terdapat pemisah yang tepat antara bahan-bahan yang mudah terbakar dan alat pemanas.

Þ    Pemanasan lebih dari semestinya tanpa disengaja harus dicegah dengan pengendalian proses secar tepat.

Þ    Segala kegiatan pengeringan harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis yang memadai dan sebaiknya diserta dengan sistem kontrol di antara pemanasan dan ventilasi.

Þ    Bahan-bahan yang dapat terbakar sendiri harus selalau diamati agar tidak ada kenaikan suhu.

Þ    Semua pemasangan jaringan listrik dan peralatan listrik  harus memenuhi standar atau ketentuan-ketentuan yang berlaku

Þ    Perawatan mesin harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi panas akibat gesekan.

Þ    Disiplin dan pendidikan dan pelatihan harus dilakukan kepada pekerja.

 

  1.       IV.    Terkena Bahan-bahan Kimia

Dalam bekerja di bidang pertanian, khususnya teknologi benih penggunaan bahan-bahan kimia tidak bisa dihindarkan, terutama dalam memberikan perlakuan tertentu kepada benih atau dala proses kegiatan menghasilkan benih.

 

Untuk menghindari bahaya dari bahan-bahan kimia tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain bacalah etiket kemasan bahan kimia yang ada. Kenali sifat-sifat bahan kimia tersebut, apakah bahan tersebut dapat menyebabkan gangguan atai iritasi terhadap tubuh atau tidak, dan gunakan alat pelindung baik untuk tangan, muka ataupun hidung agar terhindar dari bahaya bahan kimia.  Penggunaan bahan kimia berbahaya harus dikurangi jika mungkin, sesuai dengan anjuran ILO penggunaannya tidak dapat dihindarkan, maka harus digunakan dalam batas-batas yang aman, baik terhadap manusia atau hasil produksi.

 

  1.    V.    Keracunan Pestisida

Pestisida adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk membasmi hama dan penyakit tanaman. Sifat pestisida tersebut sangat berbahaya terhadap kesehatan karena dapat menyebabkan sakit atau bahkan kematian. Ada beberapa jenis insektisida berdasarkan bentuk, cara kerja dan susunan kimia dan cara penggunaan. Ada insektisida yang disemprotkan dalam bentuk aerosol maupun dibakar (fumigant), dioleskan dan sebagainya. Keracunan insektisida dapat terjadi melalui bebera cara, seperti melalui kulit, mulut atau melalui hisapan udara di hidung. Keracunan melalui kulit dapat dengan mudah terjadi jika kulit terbuka. Oleh sebab itu dalam proses pembuatan dan penyemprotan insektisida harus dilakukan secara hati-hati dan menggunakan peralatan pelindung agar insektisida tidak terkena tubuh, seperti penggunaan masker, sarung tangan, pakaian yang tertutup, dan sebagainya.

 

Agar terhindar dari bahaya keracunan terhadap pestisida ada beberapa hal yang perlu dipahami antara lain :

  • Semua pestisida adalah racun yang berbahaya dan harus dihindari. Oleh sebab itu harus dijauhkan dari makanan, minuman dan hewan ternak.
  • Jangan mencampur pestisida melebih takaran yang ditentukan oleh pabrik pembuatnya.
  • Perhatikan tanda-tanda peringatan pada kaleng kemasan, cara penyimpanan dan cara pencampurannya, dan penggunaan.
  • Alat-alat untuk mencampur dan penyimpan insektisida harus diletakkan terpisah dari gudang dan dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
  • Hindari kontak langsung antara tubuh kita dengan insektisida. Kontak dengan insektisida tidak boleh lebih dari 8 jam setiap harinya, karena dapat terjadi penyerapan melalui kulit.
  • Hindari makan, minum dan merokok sewaktu menyemprot insektisida
  • Setelah menyemperot dengan insektisida, cucilah pakaian dan tubuh badan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.
  • Jangan menyemperotkan insektisida berlawanan dengan arah angin, dn laranglah orang-orang atau anak-anak yang lalu lalang saat penyemprotan insektisida dilakukan.
  • Jika alat penyemperot pestisida tersumbat jangan sekali-kali ditiup atau dihisap dengan menggunakan mulut.
  • Gunakan pakaian pelindung badan saat melakukan penyemperotan

 

2.5.2.  Resiko pekerjaan di lokasi kerja

 

Berbagai cara kerja digunakan di dalam bidang pertanian, dan pekerjaan terdiri dari banyak tugas berbeda. Oleh karena pedoman ini tidak bisa menyediakan uraian syarat-syarat keselamatan kerja yang lengkap untuk tiap-tiap variabel yang mungkin digunakan. Dalam hal ini dipilih atas dasar teknik dan metoda yang umum digunakan di seluruh dunia, dan kegiatan melibatkan resiko yang paling tinggi untuk keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja di bidang pertanian.

 

a.   Perencanaan dan pengorganisasi kerja

Semua kegiatan pertanian harus secara menyeluruh direncanakan dan diorganisir terlebih dulu untuk mencegah pemborosan dan untuk memastikan tingkatan dan kontrol yang tepat terhadap pelaksanaan kerja yang aman dan kemajuan pekerjaan. Perencanaan dan pengorganisasian pekerjaan didasarkan pada suatu rencana manajemen bidang pertanian yang harus menunjukkan

  • Jenis pekerjaan yang diperlukan
  • Tujuan dari pekerjaan
  • Lokasi tempat kerja
  • Jadwal waktu untuk kegiatan
  • Spesifikasi produk atau hasil lain
  • Spesifikasi untuk metoda kerja
  • Orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengawasi kegiatan
  • Suatu rencana darurat dalam cuaca buruk atau terdapat masalah dengan peralatan

 

Untuk setiap tugas metoda terbaik dan paling aman yang tersedia harus dipilih. Penggunaannya harus dilakukan dengan metoda yang distandardisasi dan telah disetujui. Sejauh dapat dipraktekkan, pekerjaan manual dan mesin-mesin konvensional perlu didukung dengan mesin, terutama sekali untuk mengurangi mengangkat dan membawa muatan berat dan untuk mengurangi potensi bahaya yang timbul dari penanganan mesin bertenaga dan dipegang dengan tangan.

 

Kebutuhan prasarana harus dinilai sebelum bekerja, dengan memperhatikan lokasinya, kemampuan lalu lintas jalan, dan kebutuhan akan instalasi tambahan. Semua ini harus direncanakan sesuai dengan fasilitas pengangkutan yang digunakan oleh personil, material dan hasil.

 

Lokasi fasilitas perlindungan dan penyimpanan untuk perkakas, material dan peralatan harus ditentukan dan dipersiapkan dengan baik sebelumnya, dalam rangka mengurangi beban kerja dan meningkatkan produktivitas dengan menghindari membawa beban yang berat dengan jarak yang panjang.

 

Alat-alat yang tepat untuk pengangkutan personil, perkakas, peralatan dan bahan ke dan dari tempat kerja harus disediakan dan dirawat dalam keadaan yang baik.

 

b.   Pemeriksaan dan perencanaan lokasi

Lingkungan yang berbeda dimana kegiatan pertanian dilakukan memberikan situasi berbeda. Adalah penting untuk mengevaluasi faktor-faktor lingkungan yang mempunyai dampak terhadap keselamatan kerja sebagai bagian dari proses perencanaan.

 

Sebelum memulai kegiatan pertanian pada lokasi kerja baru seseorang yang ditugaskan oleh manajemen perlu melakukan suatu penilaian resiko, sebagai cara mengidentifikasi setiap karakteristik yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Kedua resiko baik resiko alami atau yang disebabkan oleh manusia harus diperhatikan. Penilaian resiko perlu dipertimbangkan khususnya:

  • Topografi lapangan;
  • Cara kerja dan peralatan yang digunakan;
  • Pohon berbahaya, seperti pohon beracun, pohon busuk atau mati dan resiko lokasi kerja lain;
  • Konsultasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas pohon hidup atau pohon mati yang dapat dipertahankan dengan aman sebagai habitat alami:
  • Jaringan telepon atau listrik, jalan, jalur pendakian atau ski atau infrastruktur lain.

 

Resiko yang diidentifikasi harus ditandai pada peta dan di lapangan, misalnya dengan suatu pita atau penghalang, apabila dapat dipraktekkan.

 

c.   Pengorganisasian pekerjaan

Tugas dan tanggung-jawab para pekerja dan penyelia harus disebutkan dengan jelas. Instruksi yang jelas harus diberikan kepada para pekerja bila mungkin, secara tertulis, dan setidaknya secara lisan. Intruksi ini harus meliputi:

  • Spesifikasi pekerjaan:
  • Lokasi tempat kerja;
  • Mesin dan perkakas yang diperlukan:
  • Resiko yang teridentifikasi dan aturan keselamatan kerja yang berkaitan:
  • Alat pelindung diri yang diperlukan:
  • Informasi tentang prosedur pertolongan pada kecelakaan yang memerlukan pengungsian:
  • Kebutuhan untuk berhubungan dengan pekerja lain, termasuk dengan kontraktor.

 

Cara kerja, peralatan dan perkakas harus aman dan mematuhi prinsip ergonomik. Jika cara kerja alternatif tersedia, cara yang menyebabkan paling sedikit resiko bagi keselamatan dan kesehatan kerja harus dipilih. Kegiatan ini harus dilaksanakan sesuai dengan pedoman ini. Untuk mengurangi posisi kerja dan beban kerja yang kurang baik dan lama pada pekerjaan tertentu, pekerja harus diusahakan untuk melakukan rotasi pekerjaan di antara anggota dalam kelompok mereka. Ini harus didukung oleh pelatihan pada tugas berbeda dan dengan organisasi.

 

Tidak boleh ada orang bekerja di lokasi yang sangat terpencil sehingga bantuan disaat darurat tidak dapat di peroleh. Di beberapa operasi dimana penebangan, penyaradan atau pemuatan dilaksanakan maka harus ada tim sekurang-kurangnya 2 pekerja yang dapat saling melihat atau mendengar satu sama lain. Pengecualian terhadap ketentuan ini dapat dibuat untuk pekerja yang disediakan dengan radio 2 jalur atau telepon genggam atau peralatan komunikasi lain yang efektif.

 

Pengusaha harus mengadakan pengarahan terhadap pekerja sebelum melaksanakan pekerjaan, memberi tahu mereka hasil penilaian resiko dan memberi arahan tentang bagaimana mengatasi bahaya yang telah diidentifikasi tersebut.

 

Pengawasan atas pekerjaan yang sedang berlangsung harus di percayakan ke orang yang terlatih dan kompeten. Jika pekerjaan menjadi tidak aman karena kondisi cuaca yang buruk atau gelap, pekerjaan harus dihentikan sampai kondisi berubah yang memungkinkan operasi yang aman.

 

Bila pekerjaan dalam keadaan gelap tidak dapat di hindarkan, lokasi kerja harus disiapkan dengan pencahayaan yang cukup untuk menjaga standar keselamatan yang normal. Dalam menghadapi bahaya yang tidak diduga atau tugas tidak dapat dilaksanakan dengan cara yang aman, seperti yang akan dijelaskan dalam, maka pekerjaan harus dihentikan dan berkonsultasi dengan supervisor yang kompeten tentang bagaimana melanjutkannya.

 

Apabila beberapa petugas kontraktor atau pekerja mandiri bekerja pada lokasi yang sama, maka harus dibuat pengaturan untuk menjamin koordinasi dan penugasan serta komunikasi tanggung jawab untuk pengawasan.

 

Setiap pekerjaan yang menimbulkan ancaman terhadap keselamatan pengunjung, termasuk masyarakat umum, harus dilarang masuk tanpa ijin dengan tanda-tanda yang dapat ditunjukkan seperti bahaya, penebangan pohon atau dilarang masuk, operasi perkayuan.

 

Bila pekerjaan yang berbahaya dilaksanakan di sepanjang jalan umum, maka jalan tersebut setidaknya ditutup dalam jarak yang aman selama pekerjaan. Panjang jalan yang ditutup harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari otoritas jalan raya atau polisi.

 

d.   Perlindungan dari cuaca yang tidak menguntungkan dan potensi bahaya biologi

Operasi bidang pertanian di lapangan umumnya dilakukan dalam kondisi cuaca yang tidak menguntungkan dan adanya potensi bahaya biologi. Dalam keadaan seperti ini, harus diambil langkah khusus untuk:

  • Mencegah penyakit yang disebabkan cuaca panas.
  • Perlindungan para pekerja dari radiasi ultraviolet yang berlebihan.
  • Perlindungan pekerja dari cuaca atau kondisi iklim yang dapat menyebabkan kecelakaan atau penyakit, seperti hujan, petir, salju, dan temperatur rendah.
  • Meminimalkan ketidaknyamanan yang disebabkan gigitan atau sengatan serangga, sepanjang hal tersebut dapat dilaksanakan.

 

Para pekerja harus dapat mengenali gejala-gejala penyakit yang berhubungan dengan panas dan cara mengatasi setiap kondisi. Untuk menghindari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas, maka aturan kerja harus dikembangkan dan dijalankan dengan baik yang memungkinkan para pekerja untuk beristirahat di tempat yang teduh.

 

Bagi para pekerja harus disediakan pakaian kerja yang baik untuk melindungi tubuh dan kepala dalam menghadapi kondisi cuaca buruk, sesuai dengan standar nasional dan internasional. Pakaian kerja di buat dari katun umumnya enak dipakai untuk bekerja di iklim panas. Namun harus dicatat, bahwa baju katun tidak memberi perlindungan yang memadai dari radiasi ultraviolet di daerah-daerah beriklim tropis dan sub tropis, dan penahan sinar matahari dapat digunakan sebagai tambahan.

 

Para pekerja harus dilengkapi dengan penolak serangga efektif, jika diperlukan, waktu memilih dan menggunakan penolak serangga, haruslah dicatat bahwa aplikasi unsur tersebut dalam periode lama dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata yang serius, terutama sekali bila berkombinasi dengan cahaya matahari yang intensif.

 

Apabila memungkinkan, pekerjaan harus dilaksanakan pada saat iklim paling baik bagi pekerja. Musim dari setahun dan waktu kerja sehari-hari dapat mempunyai pengaruh yang besar dalam mengurangi paparan berlebihan terhadap cahaya matahari, temperatur yang ekstrim.

 

  1. C.   Tugas

 

Bagaimana dengan tempat kerja untuk bidang pertanian, apakah sama satu industri dengan industri lainnya? Bandingkan!

  1. Tulisan atau laporan hasil observasi kondisi tempat kerja industri benih yang ditugaskan
  2. Lembar jawaban hasil tes formatif
  3. Foto-foto saat observasi kondisi tempat kerja industri benih yang ditugaskan
  4. Bahan presentase hasil observasi kondisi tempat kerja industri benih yang ditugaskan
  5. Daftar pertanyaan untuk kegiatan observasi kondisi tempat kerja industri benih yang ditugaskan

 

  1. D.   Tes Formatif

 

  1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keselamatan kerja ?
  2. Apa sasaran dalam pelaksanaan K3 ?
  3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tempat kerja ?
  4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tenaga kerja ?
  5. Bilamana suatu perusahaan wajib melaksanakan K3 menurut ketentuan undang-undang ?

 

 

 

 

Kompetensi Dasar 2 :  Membuat prosedur kondisi darurat yang sesuai

 

  1. A.   Tujuan Pembelajaran

 

Setelah mengikuti kegiatan ini peserta diklat mampu membuat prosedur kondisi darurat yang sesuai

 

  1. B.   Uraian Materi

 

1.   Penanganan kondisi darurat di lapangan dan penanganannya

Banyak resiko pekerjaan yang akan terjadi di lapangan yang dihadapi oleh pekerja dalam bidang pertanian, khususnya bidang teknologi benih dari hal-hal yang kecil seperti terlukanya anggota tubuh, digigit hewan berbisa dan buas, keracuan bahan kimia dan pestisida dan lain-lain yang mungkin saja terjadi.

 

Biasanya bila bekerja di lapangan lokasinya jauh dari pemukiman atau tempat berobat jika kecelakaan terjadi. Oleh sebab itu maka menghidari dan mengatasi terjadinya kecelakan di lapangan, maka kepada setiap pekerja harus dibekali dengan kemampuan untuk memberikan pertolongan pertama pada saat terjadinya kecelakaan.

  • Umumnya para pekerja bidang pertanian di lapangan bekerja dalam kelompok kecil di lokasi terpisah, tiap-tiap pekerja harus dilatih dalam PPPK. Pelatihan ini harus meliputi perawatan luka terbuka, dan resusitasi. Dalam area di mana pekerjaan melibatkan resiko keracunan oleh bahan kimia atau asap, ular, serangga atau laba-laba penggigit atau bahaya spesifik lain, maka pelatihan pertolongan pertama harus diperluas melalui konsultasi dengan orang atau organisasi yang berkualitas.
  • Pelatihan pertolongan pertama harus dilakukan secara berulang pada interval yang teratur untuk memastikan bahwa keterampilan dan pengetahuan tidak menjadi ketinggalan jaman atau dilupakan.
  • Ketetapan tentang fasilitas PPPK dan personil yang terlatih harus ditetapkan hukum dan peraturan.
  • Alat atau kotak PPPK yang dirawat dengan baik harus siap tersedia di tempat kerja dan dilindungi terhadap pencemaran oleh kelembaban dan kotoran. Wadah ini harus ditandai dengan jelas dan tidak berisi apapun selain peralatan PPPK.
  • Semua operator harus diberitahukan tentang lokasi peralatan PPPK dan prosedur untuk memperoleh persediaan.

 

2.   Manajemen resiko

Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan di pekerjaan, ada beberapa hal yang harus dipahami oleh semua pihak, antara lain:

  • Pengusaha harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi secara sistematis resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang mungkin mempengaruhi atau timbul dari kegiatan pekerjaan dibidang pertanian khususnya teknologi benih.
  • Identifikasi harus meliputi potensi bahaya dan resiko yang nyata dan berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, kecelakaan dan situasi keadaan darurat.
  • Untuk masing-masing kegiatan dan tugas harus dilaksanakan suatu evaluasi resiko. Setiap resiko harus diidentifikasi dan dicatat.
  • Prosedur harus dipelihara untuk mengevaluasi resiko dan pengaruh dari potensi bahaya yang teridentifikasi, dengan memperhatikan frekwensi di mana keselakaan paling sering terjadi.
  • Berdasarkan hasil evaluasi resiko, perusahaan harus menetapkan tujuan untuk menurunkan resiko sampai tingkat serendah mungkin, dan memikirkan dan melaksanakan tindakan pencegahan yang sesuai. Tindakan ini harus meliputi aplikasi pemeriksaan lokasi rutin dan perencanaan seperti halnya prinsip organisasi pekerjaan.
  • Para manajer, penyelia dan pekerja harus terlibat dalam identifikasi resiko dan pengaruhnya terhadap keselamatan, kesehatan atau lingkungan kerja.

 

3.   Pelaporan, pencatatan, penyelidikan dan pemberitahuan penyakit dan kecelakaan kerja

 

3.1.   Ketentuan Umum

Pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus dikerjakan untuk:

(a) menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada tingkat perusahaan dan nasional;

(b) mengidentifikasi permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja utama yang timbul dari kegiatan kehutanan:

(c)  menentukan prioritas tindakan:

(d) meningkatkan cara efektif yang berkaitan dengan kecelakaan dan penyakit akibat kerja:

(e) memantau keefektifan yang diambil untuk menjamin tingkat kepuasan keselamatan dan kesehatan kerja.

 

Para pekerja dan wakil mereka harus diberi informasi yang tepat oleh pengusaha mengenai pengaturan untuk pelaporan, pencatatan dan pemberitahuan informasi tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

 

3.2.   Kejadian-kejadian untuk pelaporan dan pemberitahuan

Hal yang harus dilaporkan dan diberitahukan, yaitu:

(a) semua kecelakaan fatal.

(b) kecelakaan kerja yang menyebabkan hilangnya waktu kerja, selain dari kerugian tidak bermakna.

(c)  semua penyakit akibat kerja yang termasuk dalam daftar nasional atau yang tercakup oleh definisi penyakit yang mempengaruhi setiap orang, apakah yang dipekerjakan atau usaha mandiri.

 

Untuk maksud manajemen keselamatan dan kesehatan kerja internal, pencatatan pada tingkat perusahaan diperluas dari syarat-syarat yang ditetapkan di atas yang meliputi kecelakaan selama perjalanan pulang pergi, kecelakaan dan kejadian berbahaya yang tidak menyebabkan hilangnya waktu kerja.

 

3.3.   Praktek pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan

Pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus mengikuti prosedur standar untuk memastikan pengumpulan informasi yang dapat dipercaya.Semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis dengan menggunakan suatu format standar. Informasi mengenai kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang harus diberitakan dan format standar pemberitahuan yang disarankan harus ditetapkan oleh hukum dan peraturan nasional. Penggolongan jenis informasi spesifik yang harus digunakan untuk pencatatan dan pemberitahuan pada tingkat perusahaan dan nasional harus mematuhi versi terbaru dari standar internasional yang diadopsi, khususnya mengenai kegiatan ekonomi (ISIC), jabatan (ISCO), ketenagakerjaan (ICSE) dan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (lihat acuan dan bacaan lebih lanjut di bagian belakang buku).

 

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus diberitahukan kepada yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan, antara lain kepada:

(a) keluarga korban kecelakaan, yang harus diberitahukan secepat mungkin.

(b) otoritas yang kompeten.

(c)  otoritas ganti-rugi yang sesuai (sebagai contoh jaminan sosial atau penjamin asuransi).

(d) badan/instansi yang menyusun statistik keselamatan dan kesehatan kerja kerja nasional.

(e) badan/instansi lain yang terkait.

 

 

 

  1. C.   Tugas

 

Coba teliti dan amati penerapan program K3 yang dilaksanakan oleh suatu industri benih ?

  1. Tulisan atau laporan hasil observasi penerapan program K3 di industri benih yang ditugaskan
  2. Lembar jawaban hasil tes formatif
  3. Foto-foto hasil observasi penerapan program K3 di industri benih yang ditugaskan
  4. Bahan presentase hasil observasi penerapan program K3 di industri benih yang ditugaskan
  5. Daftar pertanyaan untuk kegiatan observasi penerapan program K3 di industri benih yang ditugaskan

 

  1. D.   Tes Formatif

 

  1. Apa gunanya membuat petunjuk pengoperasian pada setiap alat ?
  2. Apakah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh setiap mesin, perkakas dan bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam bidang pertanian agar K3 terlaksana dengan baik ?
  3. Pekerjaan dalam bidang pertanian khususnya di lapangan memiliki resiko yang tinggi terhadap terjadinya kecelakaan, oleh sebab itu kepada pekerja di lapangan harus dibekali kemampuan untuk penanganan darurat. Jelaskan bekal apa yang harus diberikan!
  4. Untuk meminimalkan dampak terjadinya kecelakaan, maka setiap orang yang berhubungan dengan pelaksanaan K3 harus melaksanakan manajemen resiko.  Apa point-point yang harus dipahami oleh setiap personil ?

 

 

 

Kompetensi Dasar 3 :    Melakukan partisipasi pengaturan pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja semua orang di tempat kerja

 

  1. Tujuan Pembelajaran

 

Setelah mengikuti kegiatan ini peserta diklat mampu melakukan partisipasi pengaturan pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja semua orang di tempat kerja

 

  1. B.   Uraian Materi

 

Pengusaha harus membuat dan memelihara catatan tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja seperti yang ditentukan oleh otoritas yang kompeten. Catatan kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus siap tersedia dan dapat diperoleh kembali pada setiap waktu.

 

1.   Pelayanan kesehatan

Keberadaan tenaga kerja atau pekerja di suatu perusahaan khususnya bidang pertanian adalah merupakan aset bagi perusahaan tersebut, sehingga segala sesuatu yang menyangkut pekerja termasuk kesehatan pekerja adalah merupakan tanggung jawab perusahaan dimana pekerja itu bekerja.  Untuk itu kesehatan pekerja adalah merupakan hal utama yang tidak boleh terlupakan.

 

Pelayanan kesehatan bagi para pekerja harus dilakukan secara berkala, hal ini bertujuan untuk memperoleh data base tentang kesehatan pekerja, sehingga pihak perusahaan akan memperoleh data yang akurat untuk peningkatan layanan kesehatan pekerjanya. Kepedulian terhadap kesehatan pekerja harus dilakukan karena hal ini telah diatur dalam undang-undang K3.

 

Untuk memelihara keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, semua pekerja harus bekerjasama untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. Pelayanan kesehatan kerja harus disediakan oleh para profesional yang berkualitas untuk permasalahan spesifik yang berhubungan dengan pekerjaan kehutanan. Mereka juga memperhatikan perkembangan dan keselamatan dan kondisi-kondisi kerja, peralatan dan organisasi pekerjaan dalam pekerjaan kehutanan.

 

2.   Perawatan Kesehatan

Perawatan kesehatan untuk para pekerja dan keluarganya harus disediakan jika pelayanan kesehatan masyarakat tidak tersedia dalam areal dimana para pekerja dan keluarganya tinggal.

 

Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang memuaskan dicapai bila sejumlah prinsip yang berhubungan erat dengan K3 telah diterapkan secara nasional di perusahaan dan tempat kerja. Prinsip-prinsip ini meliputi pemenuhan hukum dan peraturan, dan kebijakan yang menyangkut dengan K3 dalam bidang pekerjaan, khususnya di bidang pertanian.

 

Didefinisikan dengan jelas tentang sifat dan tingkat bahaya resiko yang terdapat dalam pekerjaan bidang pertanian, demikian juga pembagian tanggung jawab bagi masing-masing pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan K3, yaitu pihak manajemen, penyelia dan pengawasan dan tenaga kerja (pekerja).

 

Diakui bahwa perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian sangat bervariasi dalam hal ukuran, lingkup, stabilitas ekonomi dan budaya. Meski demikian, perbedaan ini mestinya tidak menjadi suatu pertimbangan untuk melemahkan aplikasi prinsip umum yang penting bagi promosi kondisi kerja yang mencegah atau mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit.

 

3.   Kerangka perundang-undangan dan Tugas-tugas Umum

Kerangka perundang-undangan dan tugas-tugas dan wewenang pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan K3. Kebijakan, hukum dan peraturan nasional tentang keselamatan dan kesehatan kerja harus ditetapkan dengan berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan para pekerja yang diakui. Hukum dan peraturan harus cukup fleksibel dan ditinjau ulang pada interval yang sesuai untuk memudahkan penyesuaiannya terhadap perkembangan teknologi, situasi dan standar-standar baru. Menetapkan tujuan perlindungan lebih tepat daripada menyarankan upaya-upaya pencegahan khusus, adalah satu cara dalam memperoleh fleksibilitas tersebut. Peraturan atau hukum harus ditambah dalam praktek dengan standar-standar teknis, kode praktek atau petunjuk kewenangan, yang konsisten dengan kondisi-kondisi dan praktek nasional. Otoritas yang kompeten harus menjamin bahwa semua pekerja bidang pertanian mendapat manfaat perlindungan dari peraturan dengan efektif seperti yang berlaku di sektor industri lain.  Otoritas yang kompeten harus menjamin bahwa semua para pekerja bidang pertanian, tanpa memandang pada status pekerjaan mereka mendapat manfaat dan tingkat perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang sama, dan subyek terhadap syarat-syarat yang sama untuk pencegahan.

 

Otoritas yang kompeten harus memikirkan dan memelihara suatu kebijakan nasional; dan mengadopsi peraturan atau hukum untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja yang dipekerjakan dalam kegiatan pertanian dan untuk melindungi orang-orang pada, atau di dalam daerah sekitar, tempat kerja bidang pertanian dari semua resiko yang mungkin muncul sebagai hasil kegiatan pekerjaan.

 

Hukum dan peraturan harus menempatkan tanggung-jawab khusus pada pengusaha, orang-orang yang mempunyai kendali terhadap tempat kerja, pabrikan, para perancang, para pemasok bahan, para pekerja dan kontraktor.

 

Hukum atau peraturan nasional hendaknya menyatakan bahwa:

(a)  pengusaha mempunyai tanggung jawab utama terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan di bidang pertanian. Pengusaha bertanggung jawab untuk menerapkan dan memelihara sistem dan cara kerja yang aman dan tanpa resiko bagi kesehatan;

(b)  pengusaha harus memberi semua instruksi dan pelatihan yang perlu untuk menjamin bahwa para pekerja berkompeten untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka dengan aman.

(c)  pengusaha harus membuat suatu sistem dimana kecelakaan, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja dilaporkan, dicatat dan diselidiki, dan memastikan bahwa penyesuaian yang perlu dibuat untuk mencegah atau mengurangi timbulnya kecelakaan, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja di masa datang.

(d)  orang-orang yang memegang kendali atau penanggung jawab utama seperti pemilik perusahaan, kontraktor utama, para manajer dan penyelia harus memastikan bahwa tempat kerja tersebut adalah aman dan tanpa resiko bagi kesehatan.

(e)  manufaktur, para perancang dan pemasok peralatan dan bahan pertanian harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produk mereka dirancang dan dibuat sehingga aman dan tanpa resiko bagi kesehatan, bila digunakan dengan tepat.

(f)   para pekerja harus bekerja sama dengan pengusaha mereka untuk memastikan pemenuhan tugas-tugas yang secara hukum dibebankan pada pengusaha.

(g)  para pekerja harus diwajibkan untuk mengambil semua langkah-langkah yang sesuai untuk menjamin keselamatan diri mereka dan orang lain yang mungkin mendapat resiko sebagai akibat dari tindakan atau kelalaian mereka waktu bekerja.

(h)  upaya-upaya yang diambil untuk memastikan bahwa ada kerjasama yang erat antara pengusaha dan para pekerja dalam mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan kehutanan. Upaya-upaya tersebut harus meliputi:

  • pembentukan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja dengan wakil pengusaha dan para pekerja, yang mempunyai tugas-tugas dan wewenang yang dirumuskan dengan baik.
  • penunjukan dari delegasi keselamatan pekerja yang dipilih dengan kekuasaan dan tanggungjawab yang baik.
  • penunjukan oleh pengusaha bagi orang-orang yang berkualitas sesuai dan berpengalaman sesuai untuk mempromosikan dan memberikan saran tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
  • pelatihan untuk anggota delegasi keselamatan dan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.

(i)    kontraktor harus diwajibkan untuk mematuhi semua paragraf di depan yang bisa diterapkan sesuai statusnya dan ketentuan kontrak yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan.

(j)    pengusaha harus berperan serta dengan semua pihak-pihak terkait dalam penetapan suatu sistem rehabilitasi bagi para pekerja yang telah terluka dalam kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan atau yang sudah menderita penyakit akibat kerja.

 

Peraturan atau hukum harus menetapkan tingkat ketrampilan yang diperlukan untuk pelaksanaan yang aman dari pekerjaan pertanian untuk berbagai kategori pekerja dan menjelaskan prosedur untuk menguji ketrampilan ini dan mensertifikasinya sebagai hal yang memadai.

 

Otoritas yang kompeten harus mendukung penetapan dan pengoperasian suatu sistem pelatihan yang menyediakan kebutuhan sektor pertanian. Perhatian khusus harus diberikan untuk mendapatkan pelatihan bagi usaha mandiri, kontraktor, petani yang  bekerja di lapangan.

 

Hukum dan peraturan tentang K3 harus:

(a) menyediakan cakupan tentang ganti-rugi pekerja dalam peristiwa kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan ganti-rugi bagi pewaris dalam peristiwa kematian yang berhubungan dengan pekerjaan.

(b) menetapkan jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam lingkup ganti-rugi.

(c)  memperluas cakupan bagi semua para pekerja dalam kehutanan, tanpa memandang pada status pekerjaan mereka.

(d) mengidentifikasi otoritas yang bertanggung jawab untuk mengatur ganti-rugi pekerja.

 

Badan-badan atau organisasi yang bertanggung jawab melakukan pembayaran bagi para pekerja harus dikonsultasikan saat menyusun standar teknis, hukum dan peraturan. Tingkat asuransi harus dihubungkan dengan catatan ganti-rugi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan di bawah sistem bonus yang menyediakan suatu perangsang keuangan, menyiapkan sistem ini tidak digunakan untuk mengurangi keinginan para pekerja untuk melaporkan kecelakaan dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan. Hukum dan peraturan harus menentukan konsep dan istilah yang berkaitan dengan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta menjelaskan kategori atau jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja, kecelakaan selama perjalanan pulang-pergi, peristiwa dan kejadian berbahaya yang perlu dilaporkan, dicatat, diberitahukan, diselidiki dan dipantau; juga harus mengindikasikan masing­-masing prosedur yang harus digunakan. Untuk definisi konsep-konsep dan penetapan aturan pada tingkat nasional dan perusahaan untuk pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan penyimpanan dari statistik terkait, ketentuan dari pencatatan dan pemberitahuan kecelakaan dan penyakit akibat kerja : An ILO code of practice, (Geneva, ILO, 1966) harus diterapkan.

 

Kewenangan pihak-pihak yang yang kompeten harus:

(a) menyediakan pelayanan pengawasan yang cukup dalam rangka memberikan saran dalam mengatur dan menegakkan aplikasi ketentuan hukum dan peraturan.

(b) menetapkan hukuman yang sesuai untuk pelanggaran hukum dan peraturan.

(c)  menjelaskan hak-hak dan tugas-tugas pengawasan dalam menegakkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

(d) menyediakan pelayanan pengawasan dengan sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi tugas mereka.

(e) membuat suatu sistem pemantauan untuk memastikan bahwa pengawasan dilaksanakan secara efektif.

 

4.   Tugas-tugas pengawas ketenagakerjaan

Pengawasan ketenagakerjaan harus memantau kepatuhan dan menegakkan semua hukum dan peraturan terkait di tempat kerja. Pengawasan ketenagakerjaan harus bertujuan mendukung upaya-upaya pekerja dan pengusaha sendiri untuk memperbaiki tingkat keselamatan dan kesehatan kerja. Pekerjaan bidang pertanian sering dilaksanakan di dalam tempat kerja terpencil yang tersebar dan sering berpindah tempat, dan pekerjaan biasanya dikerjakan oleh kelompok-kelompok kecil pekerja. Faktor-faktor ini membuat penegakan hukum dan peraturan menjadi lebih sulit dibanding beberapa sektor industri. Banyak potensi bahaya yang mungkin dihubungkan dengan lingkungan yang tidak ramah dibanding syarat-syarat yang tidak cukup yang berkaitan dengan perilaku lalai. Banyak praktek kerja didasarkan pada suatu pendapat tentang apa aman itu dan apa yang tidak. Hukum dan peraturan tidak bisa diharapkan memenuhi setiap variabel, tapi hukum harus menyediakan dasar yang kuat untuk praktek pekerjaan yang aman dan sehat.

 

Hak-hak, prosedur dan tanggungjawab dari pengawas keselamatan dan kesehatan kerja harus dikomunikasikan pada mereka semua yang mungkin terpengaruh. Sifat tindakan penegakan, terutama keadaan yang bisa mendorong kearah tuntutan di pengadilan, adalah penting sekali.

 

Adapun tugas-tugas pengawas ketenagaan kerja adalah :

  • melaksanakan pemeriksaan tempat kerja secara berkala, yang idealnya dihadiri wakil pekerja dan pengusaha.
  • memberi saran pada pengusaha dan para pekerjanya mengenai pelaksanaan kegiatan yang aman, terutama sekali tentang pemilihan dan penggunaan cara kerja yang aman serta alat pelindung diri yang sesuai.
  • menindak lanjuti suatu pemeriksaan, temuan-temuan harus diberitahu kepada personil terkait sehingga tindakan perbaikan mungkin dilakukan dengan segera. Temuan-temuan ini harus dibahas oleh panitia keselamatan dan kesehatan kerja setempat, jika mereka ada, atau dengan wakil organisasi pekerja.
  • memantau syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan pada sektor pertanian dalam rangka memberikan umpan balik untuk pengembangan dan perbaikan upaya keselamatan lebih lanjut.
  • berperan serta, bekerjasama dengan organisasi pengusaha dan pekerja yang diakui, dalam perumusan dan pembaharuan aturan keselamatan dan upaya keselamatan tambahan untuk diadopsi pada tingkat nasional dan perusahaan.
  • melakukan pengawasan pekerjaan dan penilaian kepatuhan terhadap peraturan dan syarat-syarat harus tidak dilihat sebagai hal yang eksklusif pada pengawas yang ditunjuk secara hukum. Pengusaha dan mereka yang mempunyai status sama harus memperkenalkan suatu prosedur perusahaan dalam rangka mengidentifikasi dan memperbaiki ketidakpatuhan dan/atau menentukan standar baru dalam keadaan di mana hal ini telah dilalaikan atau dilewatkan, sehingga memastikan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja menjadi suatu tujuan manajemen yang dinamis dan profil yang tinggi.

 

 

5.   Tugas-tugas dan tanggung jawab pengusaha

  • Pengusaha bertanggung jawab untuk keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Mereka harus berusaha keras untuk mengurangi bahaya pada, atau di daerah sekitar tempat kerja bidang pertanian sampai pada tingkat serendah mungkin.
  • Pengusaha harus memastikan kepatuhan terhadap semua hukum, peraturan dan kode praktek yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Mereka harus mengembangkan dan menerapkan syarat-syarat mereka sendiri, jika hukum dan peraturan belum diberlakukan.
  • Pengusaha harus memulai dan memelihara suatu budaya keselamatan kerja di perusahaan, mencakup sistem moral dan penghargaan serta perangsang material untuk semua personil terlibat.
  • Bila mungkin, pengusaha harus membentuk panitia dengan wakil para pekerja dan manajemen atau membuat susunan lain untuk partisipasi para pekerja dalam mempromosikan kondisi kerja aman.
  • Pengusaha harus membentuk dan memelihara suatu kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan sistem manajemen yang terkait pada tingkat perusahaan.
  • Pengusaha harus secara sistematik mengidentifikasi potensi bahaya dan pengaruhnya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang mungkin disebabkan atau timbul dari kegiatan bidang pertanian; menyertakan para manajer, para penyelia dan para pekerja dalam prosedur identifikasi ini apabila sesuai.
  • Pengusaha harus menugaskan para pekerja hanya terhadap tugas-tugas yang sesuai dengan umur, bentuk badan, status kesehatan dan ketrampilan mereka.
  • Pengusaha dan pihak commissioning yang memberikan pelayanan harus mempromosikan stabilitas dan tingkat keluar masuk yang rendah dari pekerja dan kontraktor mereka.
  • Pengusaha harus memastikan bahwa semua pekerja, dan juga kontraktor serta para pekerjanya:

(a)  cukup dididik dan dilatih dalam tugas yang diberikan pada mereka dan memegang sertifikat keterampilan yang sesuai.

(b)  diberitahukan tentang semua resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang diidentifikasi dalam masing-masing kegiatan mereka.

(c)  diinstruksikan dengan tepat tentang bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan dan lingkungan mereka dan juga dilatih tentang tindakan pencegahan yang perlu untuk menghindari kecelakaan dan gangguan kesehatan.

(d)  diberikan kesadaran terhadap hukum, peraturan, syarat-syarat, kode praktek, instruksi dan nasihat yang berkaitan dengan pencegahan kecelakaan dan penyakit.

(e)  diberitahukan tentang tanggung jawab mereka secara individu dan bersama untuk keselamatan dan kesehatan kerja.

(f)   diinstruksikan dengan cukup tentang penggunaan dan efek perlindungan dan pemeliharaan alat pelindung diri.

 

Pengusaha harus memelihara prosedur untuk menjamin dan meningkatkan kompetensi para pekerja melalui identifikasi kebutuhan pelatihan dan penyediaan pelatihan yang sesuai. Khusus dalam operasi yang berbahaya pengusaha harus memastikan bahwa hanya orang­orang yang ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan yang ada di tempat kerja.

 

Alat pelindung diri dan pakaian pelindung yang ditetapkan harus disediakan dan dipelihara oleh pengusaha, tanpa biaya bagi para pekerja, seperti yang ditetapkan hukum dan peraturan.

 

Pengusaha harus merencanakam pemeriksaan reguler pada interval yang sesuai oleh seorang berkompeten terhadap semua peralatan, perkakas, mesin, alat pelindung diri dan tempat kerja di bawah pengendalian pengusaha sesuai dengan peraturan, syarat atau kode praktek terkait.

 

Pengusaha harus menyediakan supervisi yang akan memastikan bahwa para pekerja dan kontraktor melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja mereka, dan memastikan bahwa personil supervisi tersebut kompeten dan mempunyai kewenangan dan sumber daya yang perlu untuk melaksanakan tugas-tugas mereka secara efektif.

 

Pada lokasi yang tersebar dan di mana kelompok-kelompok kecil para pekerja beroperasi di tempat yang terisolasi, pengusaha harus membangun suatu sistem pengecekan yang dapat memastikan bahwa semua anggota dari suatu kelompok, termasuk operator peralatan bergerak, sudah kembali ke kemah atau basis yang dekat dengan pekerjaan.

 

6.   Tugas-Tugas para manajer dan para penyelia 

Para manajer dan para penyelia harus menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan, melalui pemilihan peralatan yang aman, cara kerja dan organisasi kerja serta pemeliharaan tingkat ketrampilan yang tinggi. Mereka harus berusaha mengurangi resiko dan potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam kegiatan di mana mereka bertanggung jawab, sampai pada tingkat serendah mungkin. Para manajer dan para penyelia harus memastikan bahwa para pekerja dan kontraktor menerima informasi yang cukup tentang peraturan, kebijakan, prosedur dan syarat keselamatan dan kesehatan kerja sesuai  yakin bahwa informasi ini dipahami.

 

Para manajer dan para penyelia harus memberikan tugas kepada bawahan mereka dengan cara yang jelas dan tepat. Para manajer dan penyelia harus yakin bahwa para pekerja itu memahami dan melaksanakan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja.

 

Para manajer dan para penyelia harus memastikan bahwa pekerjaan direncanakan, diorganisir dan dilaksanakan dengan cara sedemikian rupa untuk memperkecil resiko kecelakaan dan terpajannya para pekerja pada kondisi-kondisi yang mungkin merusak kesehatan  pekerja.

 

Dalam konsultasi dengan para pekerja, para manajer dan para penyelia harus menilai kebutuhan akan instruksi tambahan, pelatihan atau pendidikan lebih lanjut bagi para pekerja dengan memantau kepatuhan terhadap syarat-syarat keselamatan kerja.

 

Bila para manajer atau penyelia melihat ketidak-patuhan terhadap peraturan atau kode praktek keselamatan dan kesehatan kerja oleh seorang pekerja di bawah pengawasan mereka, mereka harus segera mengambil tindakan yang tepat. Jika tindakan seperti itu gagal, maka masalah harus dirujuk pada tingkat manajemen yang lebih tinggi dengan segera.

 

Para penyelia harus bertanggung jawab terhadap pemantauan kepatuhan kontraktor dan para pekerjanya terhadap syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang ditetapkan dalam kontrak mereka. Dalam hal ketidakpatuhan, para penyelia harus memberikan nasihat dan instruksi yang tepat pada kontraktor dan para pekerja mereka. Jika tindakan penyelia tidak efektif, masalah tersebut harus dilaporkan segera pada manajemen senior.

 

7.   Tugas-tugas dan tanggung-jawab kontraktor

  • Kontraktor yang mempekerjakan para pekerja harus dianggap seperti pengusaha untuk maksud kode ini. Ketentuan yang menyangkut tanggung-jawab dan tugas-tugas pengusaha.
  • Kontraktor harus terdaftar atau memegang lisensi bila disyaratkan oleh hukum atau peraturan atau bila terdapat skema sukarela yang diakui.
  • Kontraktor dan para pekerja mereka harus disyaratkan untuk memegang sertifikat ketrampilan yang sesuai.
  • Kontraktor harus mematuhi semua hukum dan peraturan mengenai pekerjaan, ganti rugi pekerja, pengawasan tenaga kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja.
  • Kontraktor harus sadar dan beroperasi sesuai dengan kebijakan dan strategi pihak komisioning untuk promosi keselamatan dan kesehatan kerja dan harus mematuhi dan bekerjasama dengan upaya dan syarat-syarat terkait.

 

8.   Hak dan tanggung-jawab para pekerja

  • Semua pekerja harus bekerjasama erat dengan pengusaha untuk mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja.
  • Para pekerja atau wakil mereka harus mempunyai hak dan tugas berperan serta dalam semua hal yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya dengan berperan serta dalam panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
  • Para pekerja mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang tepat dan menyeluruh dari pengusaha mereka tentang resiko keselamatan dan kesehatan kerja serta upaya yang berkaitan dengan fungsi mereka. Informasi ini harus diberikan dalam format dan bahasa yang dimengerti oleh para pekerja.
  • Para pekerja harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja mereka sendiri dan orang-orang lain yang mungkin terpengaruh oleh tindakan atau kelalaian mereka di tempat kerja.
  • Para pekerja harus mematuhi semua upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang ditentukan.
  • Para pekerja harus menggunakan dan memelihara semua alat pelindung diri dan pakaian pelindung.
  • Para pekerja dilarang mengoperasikan atau mengganggu perkakas, mesin dan peralatan yang mereka tidak berwenang untuk mengoperasikan, memelihara atau menggunakannya.
  • Para pekerja harus melaporkan setiap kecelakaan atau gangguan kesehatan yang timbul selama atau dalam hubungan dengan pekerjaan kepada manajer atau penyelia yang bertanggung jawab pada akhir shift.
  • Para pekerja harus melaporkan segera kepada penyelia langsung mereka tanpa prasangka, setiap situasi yang mereka percaya menimbulkan bahaya yang mendadak dan serius bagi hidup dan kesehatan mereka terhadap orang lain atau lingkungan kerja.
  • Para pekerja yang sudah pindah dari suatu situasi kerja yang menurut pertimbangan mereka menimbulkan bahaya yang mendadak dan serius bagi hidup atau kesehatan mereka harus dilindungi dari akibatnya sesuai dengan kondisi-kondisi praktek dan nasional.
  • Para pekerja mempunyai hak untuk pemeriksaan kesehatan yang sesuai oleh orang praktisi medis yang disetujui, tanpa biaya sendiri, jika terdapat alasan-alasan yang dipercaya bahwa suatu kegiatan atau suatu situasi kerja mungkin telah menyebabkan gangguan terhadap kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini harus diberikan tanpa tergantung pada pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi penyakit akibat kerja, yang harus dikerjakan secara teratur dengan partisipasi yang kooperatif dari para pekerja.

 

9.   Tugas-Tugas Para Pabrikan dan Pabrikan Bahan dan Peralatan

  • Pembuat dan penyalur perkakas, mesin, peralatan dan bahan yang dibuat dan dijual untuk digunakan di pertanian harus menjamin bahwa semua perkakas, peralatan dan mesin

(a) dalam rancangan dan konstruksi yang baik, dengan mempertimbangkan prinsip keselamatan, kesehatan dan ergonomi.

(b) mematuhi syarat-syarat keselamatan kerja nasional dan internasional terkait yang dimuat dalam standar internasional.

(c)  diuji dan disertifikasi sesuai dengan hukum atau peraturan.

  • Pembuat dan para pemasok harus menyediakan instruksi dan informasi yang menyeluruh dan dapat dimengerti

(a) tentang bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan dengan penggunaan perkakas, mesin, peralatan dan bahan.

(b) tentang penggunaan yang aman dari perkakas , peralatan dan bahan; (c) tentang semua aspek pemeliharaan.

(d) tentang alat pelindung diri yang diperlukan saat menggunakan perkakas spesifik, mesin, peralatan dan bahan khusus.

(e) tentang kebutuhan akan pelatihan untuk mengoperasikan perkakas, peralatan dan mesin serta untuk menggunakan bahan dengan aman.

  • Pembuat harus secara terus-menerus memperbaiki dengan upaya-upaya teknis dan organisatoris, aspek keselamatan dan kesehatan kerja dari perkakas, mesin, peralatan dan bahan-kimia berbahaya yang dibuat untuk digunakan di kehutanan, dengan mempertimbangkan temuan riset ergonomik terbaru, dalam rangka mengurangi potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja menjadi serendah mungkin. Khususnya, perancangan gergaji rantai harus diperbaiki lebih lanjut dalam rangka mengurangi bahaya kesehatan.

 

Pembuat harus mempertimbangkan potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yang timbul dari penggunaan perkakas, mesin dan peralatan saat peralatan baru sedang dirancang, perbaikan atau penyesuaian yang dibuat terhadap peralatan yang ada.

 

 

 

 

  1. C.   Tugas

 

Coba amati dan cermati kegiatan para pabrikan peralatan dan bahan dalam pelaksanaan K3 di industri benih!

 

  1. D.   Tes Formatif

 

  1. Agar pelaksanaan K3 di suatu perusahaan atau instansi dapat berjalan dengan baik diperlukan adanya pengawas ketenagakerjaan. Apa tugas ketenagakerjaan dalam pelaksanaan K3 ?
  2. Pengusaha merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan K3 diperusahaannya. Jelaskan tugas dan tanggung jawab pengusaha dalam pelaksanaan K3 ?
  3. Pekerja merupakan salah satu komponen yang sangat penting di suatu perusahaan, karena pekerja adalah orang yang selalu mengalami kecelakaan dalam pelaksanaan pekerjaan. Jelaskan hak dan tanggung jawab pekerja dalam pelaksanaan K3 di perusahaan ?

 


  1. III.    EVALUASI

 

  1. A.   Penilaian Aspek Kognetif

 

NO.

BUTIR SOAL

Perhatikan pernyataan di bawah ini!

(1)  Keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan dan kesehatan yang berhubungan erat dengan mesin, peralatan kerja, dan bahan.

(2)  Keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan dan kesehatan yang berhubungan erat dengan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Dari pernyataan tersebut di atas, maka:

  1. (1) dan (2) benar
  2. (1) dan (2) salah
  3. (1) benar dan (2) salah
  4. (1) salah dan (2) benar
Segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, maupun di dalam air merupakan:

  1. kualitas program K3
  2. sasaran program K3
  3. materi program K3
  4. distribusi program K3
Perhatikan pernyataan di bawah ini!

(1)  Setiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun di udara yang menjadi kewenangan suatu badan usaha atau perusahaan.

(2)  Tempat dimana kegiatan pertanian biasa dilaksanakan, seperti laboratorium, dan lapangan.

Dari pernyataan tersebut, maka:

  1. (1) dan (2) benar
  2. (1) dan (2) salah
  3. (1) benar dan (2) salah
  4. (1) salah dan (2) benar
Komponen-komponen yang harus ada sehingga K3 wajib dilakukan adalah, kecuali:

  1. tempat kerja
  2. perusahaan
  3. tenaga kerja
  4. alat dan bahan kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja yang mengatur tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah:

  1. No:Per.15/MEN/1996
  2. No:Per.05/MEN/1995
  3. No:Per.25/MEN/1996
  4. No:Per.05/MEN/1996
Perhatikan pernyataan di bawah ini!

  1. Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang wajib menerapkan sistem manajemen K3.
  2. Setiap perusahaan yang memiliki potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit dan akibat kerja wajib menerapkan sistem manajemen K3.

Dari pernyataan tersebut, maka:

  1. (1) dan (2) benar
  2. (1) dan (2) salah
  3. (1) benar dan (2) salah
  4. (1) salah dan (2) benar
Di bawah ini merupakan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan peralatan tangan yaitu, kecuali:

  1. harus terbuat dari besi
  2. tangkai harus memberikan suatu genggaman yang kuat
  3. panjang tangkai dan berat, harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan fisik dari pemakai
  4. terbuat dari baja berkualitas baik
Di bawah ini adalah kriteria umum pakaian kerja yang dipakai bagi pekerja dalam bidang pertanian untuk di lapangan, kecuali:

  1. harus dibuat dari bahan yang menjaga badan pekerja tetap kering dan berada pada temperatur yang nyaman
  2. harus sesuai dengan permintaan desain pekerja
  3. harus mempunyai warna yang kontras dengan lingkungan pertanian
  4. harus memiliki fungsi yang spesifik dan memenuhi standar internasional atau nasional
Resiko pekerjaan dalam lingkup kerja bidang pertanian  terbagi dalam kategori:

  1. laboratorium
  2. lapangan
  3. laboratorium dan lapangan
  4. bengkel
Bahan kimia yang dipergunakan untuk membasmi hama dan penyakit tanaman disebut:

  1. fungisida
  2. herbisida
  3. pestisida
  4. sianida
Yang tidak termasuk ke dalam perencanaan dan pengorganisasian pekerjaan pada suatu rencana manajemen bidang pertanian adalah:

  1. inventaris alat rusak
  2. rencana darurat dalam cuaca buruk atau terdapat masalah dengan peralatan
  3. jadwal waktu untuk kegiatan
  4. lokasi tempat kerja
Perhatikan pernyataan di bawah ini!

a.   Pelatihan pertolongan pertama harus dilakukan minimal satu kali untuk memastikan bahwa keterampilan dan pengetahuan tidak menjadi ketinggalan zaman atau dilupakan.

b.   Identifikasi harus meliputi potensi bahaya dan resiko yang nyata dan berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, kecelakaan dan situasi keadaan darurat.

Dari pernyataan tersebut, maka:

  1. (1) dan (2) benar
  2. (1) dan (2) salah
  3. (1) benar dan (2) salah
  4. (1) salah dan (2) benar
Perhatikan pernyataan di bawah ini!

a.   Satu operator harus diberitahukan tentang lokasi peralatan PPPK dan prosedur untuk memperoleh persediaan.

b.   Identifikasi hanya meliputi potensi bahaya dan resiko yang nyata menyebabkan kecelakaan kerja, kecelakaan dan situasi keadaan darurat.

Dari pernyataan tersebut, maka:

  1. (1) dan (2) benar
  2. (1) dan (2) salah
  3. (1) benar dan (2) salah
  4. (1) salah dan (2) benar
Hukum atau peraturan nasional hendaknya menyatakan bahwa:

a.   pengusaha harus memberi semua instruksi dan pelatihan yang perlu untuk menjamin bahwa para pekerja berkompeten untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka dengan aman

b.   hanya pemilik perusahaan, dan para manajer yang memastikan bahwa tempat kerja tersebut adalah aman dan tanpa resiko bagi kesehatan

c.   para pekerja disarankan untuk mengambil semua langkah-langkah yang sesuai untuk menjamin keselamatan diri mereka yang mungkin mendapat resiko sebagai akibat dari tindakan atau kelalaian mereka waktu bekerja

d.   para pekerja bekerja untuk memastikan pemenuhan tugas-tugas yang secara hukum dibebankan pada pengusaha

Hukum dan peraturan tentang K3 harus, kecuali:

  1. menyediakan cakupan tentang ganti-rugi pekerja dalam peristiwa kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan ganti-rugi bagi pewaris dalam peristiwa kematian yang berhubungan dengan pekerjaan
  2. menetapkan jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam lingkup ganti-rugi
  3. mengidentifikasi otoritas yang bertanggung jawab untuk mengatur ganti-rugi pekerja
  4. menetapkan hukuman yang sesuai untuk pelanggaran hukum dan peraturan

 

 

 

 

  1. B.   Penilaian Aspek Performansi

 

NO.

KOMPETENSI DASAR

KRITERIA KEBERHASILAN

HASIL

YA

TDK

1.

Menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja
  1. Tersedianya tata tertib di laboratorium dan lapangan
  2. Pengoperasian alat sesuai petunjuk
   

2.

Membuat prosedur kondisi darurat
  1. Pemahaman penanganan kondisi darurat di lapangan
  2. Pemahaman manajemen resiko
  3. Pemahaman pelaporan, pencatatan, penyelidikan dan pemberitahuan penyakit, dan kecelakaan kerja
   

3.

Melakukan partisipasi pengaturan pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja
  1. Pemahaman perundang-undangan dan tugas-tugas umum
  2. Pemahaman tugas-tugas, hak, dan kewajiban perusahaan dan tenaga kerja
   

 


  1. C.   Penilaian Aspek Sikap

 

NO.

KOMPETENSI KECAKAPAN HIDUP NON INSTRUKSIONAL

SKOR PEROLEHAN

BELIEVE

(PREFERENSI OLEH PESERTA)

EVALUATION

(OLEH FASILITATOR)

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1.

Disiplin

2.

Kerjasama

3.

Inisiatif

4.

Tanggung Jawab

5.

Kebersihan

6.

Kejujuran

7.

Ketekunan

 

Catatan :

  1. Penetapan skor dilakukan dengan pendekatan Fish Bean Analysis, dimana : Attitude = ∑ B x E
  2. Penetapan skor berdasarkan preferensi peserta dan fasilitator, dimana:
  • B = Believe, dinilai oleh peserta dan E = Evaluation, dinilai oleh fasilitator, masing-masing dengan kisaran 5 s.d 1
  • Skor 5 merupakan skor tertinggi/terbaik dan 1 merupakan nilai terendah (5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang baik, dan 1 = tidak baik)

 

  1. D.   Kunci Jawaban Penilaian Aspek Kognetif

 

  1. a
  2. b
  3. c
  4. d
  5. d
  6. a
  7. a
  8. b
  9. c
10. c 11. a

12. d

13. b

14. a

15. d

 

  1. IV.  PENUTUP

 

Setelah peserta menyelesaikan semua kompetensi dasar dan dinyatakan kompeten oleh fasilitator, peserta dapat mengikuti sertifikasi kompetensi.  Proses sertifikasi  akan dilakukan melalui uji kompetensi yang dilakukan oleh eksternal evaluator dari industri yang relevan, apabila berhasil peserta akan mendapatkan sertifikat oleh industri tersebut sebagai tanda bahwa peserta sudah kompeten sesuai dengan standar dunia industri/ usaha.

 

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPTK) Pertanian Cianjur dapat memfasilitasi dalam menyediakan assessor.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Mohamad, Kartono., 1989. Pertolongan Pertama. PT Gramedia, Jakarta.

 

Suma’mur, P.K.,  1991. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. CV Haji Masagung, Jakarta.

 

Anonim, 2005. Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Agronomi (Pembenihan). Departemen Pendidikan Nasional.

 

Werner, David., 1989. Apa yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter. Yayasan Essentia Medica. Jakarta.

 

Annonim,  1994. Agro Pesticides, Properties and Functions in Integrated Crop Protection. United Nation, Bangkok.

 

ILO, 1998. Safety and Health in Forestry Work. International Labour Organization, Geneva Swiss.

 

DASAR-DASAR PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF

Published Juni 12, 2012 by nopriastor1111

BAHAN AJAR

 

MATA DIKLAT :

DASAR-DASAR

PERBANYAKAN TANAMAN

SECARA VEGETATIF

Diklat Teknis Peningkatan Kompetensi Pendidik Produktif

Bidang Perbenihan Tanaman (Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif)

Bagi Guru SMK Pertanian seluruh Indonesia

(Jenjang Lanjutan)

Tanggal 19 sampai dengan 30 September 2011

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN  PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN

2011


KATA PENGANTAR

PPPPTK Pertanian merupakan salah satu lembaga pendidik dan pelatihan (Diklat) yang telah bersertipikat ISO 9001:2000 lic MD:QEC21937. Dalam pengembangan dan pelaksanaan diklatnya, lembaga didukung oleh sejumlah tenaga Fungsional (Widyaiswara) yang memiliki tugas mendidik, mengajar, dan melatih peserta diklat yang ada di Departemen Perbenihan Tanaman diantaranya Diklat Teknis Peningkatan Kompetensi Pendidik Produktif Bidang Perbenihan Tanaman (Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif) Bagi Guru SMK Pertanian seluruh Indonesia jenjang Lanjutan yang diselenggarakan di PPPPTK Pertanian tanggal 19 sampai dengan 30 September 2011. Guna menjamin bahwa kegiatan diklat dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka ada sejumlah perangkat pembelajaran yang perlu dipersiapkan oleh Widyaiswara.

Bentuk-bentuk perangkat pembelajaran untuk setiap program diklat yang disusun dan disiapkan oleh Widyaiswara terdiri atas analisis kebutuhan diklat, penyusunan kurikulum, bahan ajar, RBPMD/GBPP, RP/SAP, bahan tayang dan tes hasil belajar. Perangkat mengajar tersebut selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan tatap muka pada proses pembelajaran diklat, baik yang bersifat teori maupun praktik.

Kami sampaikan  penghargaan yang tinggi kepada Widyaiswara yang telah memenuhi kewajiban untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam penyelenggaraan diklat. Sangat disadari bahwa kegiatan pembelajaran diklat akan menjadi tidak optimal dalam mencapai tujuan bila perangkat-perangkat tersebut tidak dipersiapkan dengan baik. Semoga perangkat diklat yang telah disusun oleh Widyaiswara ini dapat bermanfaat dan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan Diklat di PPPPTK Pertanian secara berkelanjutan.

Cianjur, 01 April 2011

Kabid Fasilitasi Peningkatan Kompetensi

Ir. Caturto Priyo Nugroho, MM

NIP. 19620422 198803 1 001

PETA BAHAN AJAR

PROGRAM                MATA DIKLAT                   

                    Anda sedang mempelajari bahan ajar ini

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………      i

PETA BAHAN AJAR …………………………………………………………………………     ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………    iii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………    iv

I.        PENDAHULUAN ……………………………………………………………………..     1

  1. Latar Belakang………………………………………………………………….     1
  2. Tujuan Pembelajaran……………………………………………………….     2
    1. Kompetensi Dasar…………………………………………………….     2
    2. Indikator Keberhasilan……………………………………………..     2
  3. Ruang Lingkup…………………………………………………………………     2

II.       RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT………….     3

III.      KEGIATAN PEMBELAJARAN…………………………………………………..     5

  1. Kegiatan Pembelajaran 1………………………………………………….     5
    1. Lembar Informasi………………………………………………………     5
    2. Lembar Kerja…………………………………………………………….   11
    3. Lembar Evaluasi……………………………………………………….   12
  2. Kegiatan Pembelajaran 2………………………………………………….   13
    1. Lembar Informasi………………………………………………………   13
    2. Lembar Kerja…………………………………………………………….   21
    3. Lembar Evaluasi……………………………………………………….   22

IV.     PENUTUP ………………………………………………………………………………..   23

  1. Kesimpulan………………………………………………………………………   23
  2. Tindak Lanjut…………………………………………………………………….   23

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….   24

DAFTAR GAMBAR

Nomor                                                                                                      Halaman

1…… Perbanyakan Tanaman Secara Campuran/Vegetatif-Generatif Berupa Okulasi dan Sambungan (Grafting)……………………………………………………………………………………     6

2       Anatomi Perkembangan Akar Muda Menjadi Akar Dewasa………   14

3…… Contoh Tanaman Beringin (Ficus benjamina) Yang Khimera…..   19


I   PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Pemahaman tentang konsep dan aspek pada Mata Diklat Dasar-Dasar Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Pengetahuan tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting untuk diketahui agar dapat dipahami pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif dan membedakan pengelompokan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif. Selain itu, juga perlu didukung pengetahuan tentang arti penting dari perbanyakan tanaman secara vegetatif agar dapat dipahami perlunya dilakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, dan genetik. Pemahaman tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu didukung dengan pengetahuan tentang teknik-teknik yang dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu pemahaman tentang pengatahuan aspek-aspek pentingnya meliputi aspek anatomi, fisiologi, dan genetik. Aspek anatomi perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan pengetahuan struktur internal dari akar, batang, dan daun untuk  memahami proses terbentuknya akar adventif pada stek dan cangkok dan terbentuknya penyatuan sambungan pada penyusuan, okulasi, dan sambungan. Aspek fisiologi perbanyakan tanaman secara vegetatif yang perlu diketahui adalah peranan secara fisiologis berbagai hormon tanaman dalam mempengaruhi proses pertumbuhan hasil perbanyakan tanaman. Aspek genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan keseragaman dan keragaman secara genetik tanaman yang diperbanyak secara vegetatif. Ketiga aspek tersebut apabila dipahami dengan benar diharapkan akan menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan perbanyakan tanaman secara vegetatif.

  1. B.       Tujuan Pembelajaran

1.      Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, menerapkan dasar-dasar perbanyakan tanaman secara vegetatif sesuai persyaratan teknis.

2.      Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat mampu :

  1. menjelaskan konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif,
  2. menjelaskan aspek-aspek perbanyakan tanaman secara vegetatif.
  1. Ruang Lingkup

Bahan ajar ini membahas mengenai pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif, arti penting perbanyakan tanaman secara vegetatif, teknik-teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif serta aspek anatomi, fisiologi, dan  genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Selain mempelajari teori, peserta diklat diberikan berbagai kegiatan observasi dan diskusi yang berkaitan dengan aspek anatomi, fisiologi, dan  genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut. Setiap pokok bahasan dalam bahan ajar ini diikuti dengan lembar kerja dan lembar evaluasi untuk lebih menunjang penguasan aspek pengetahuan dan keterampilan peserta diklat.


II   RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN

MATA DIKLAT

  1. Nama Diklat                         :  Diklat Teknis Peningkatan Kompetensi Pendidik Produktif Bidang Perbenihan Tanaman (Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif) bagi Guru SMK Pertanian seluruh Indonesia Jenjang Lanjutan
  2. Mata Diklat                           :  Dasar-Dasar Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
  3. Alokasi Waktu                      :  7 Jam Pelajaran @ 45 Menit = 315 Menit
  4. Deskripsi Singkat                 :  Mata Diklat ini membahas konsep perbanyakan secara vegetatif dan aspek-aspek penting dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif
  5. Tujuan Pembelajaran
  6. Kompetensi Dasar        :  Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat mampu menerapkan dasar-dasar perbanyakan tanaman secara vegetatif sesuai persyaratan teknis.
  7. Indikator Keberhasilan  :

NO

INDIKATOR KEBERHASILAN

MATERI POKOK

SUB MATERI POKOK

METODE

ALAT BANTU/ MEDIA

ESTIMASI WAKTU

REFERENSI

1. Peserta mampu:

Menjelaskan konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif

  1. Konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif
1.1   Pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif

1.2   Arti penting perbanyakan tanaman secara vegetatif

1.3   Teknik-teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif

  1. Ceramah
  2. Tanya jawab
  3. Diskusi kelompok
  1. LCD Projector
  2. Laptop
  3. Whiteboard
  4. Bahan Ajar

3 JP/

135 menit

  1. Hartmann, HT. and Kester DE.1997. Plant Propagation : Principles and Practices. Prentice Hall. New York
  2. Jaenicke, J. and Beniest, J. 2002. Vegetative Tree Propagation in Agroforestry.  ICRAFT. Kenya.
  3. Raharja, PC. dan Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agro Media Pustaka. Jakarta.
2. Menjelaskan aspek-aspek perbanyakan tanaman secara vegetatif
  1. Aspek-aspek perbanyakan tanaman secara vegetatif
2.1   Aspek anatomi perbanyakan tanaman secara vegetatif

2.2   Aspek fisiologi perbanyakan tanaman secara vegetatif

2.3   Aspek genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif

  1. Ceramah
  2. Tanya jawab
  3. Observasi
  4. Diskusi kelompok
  5. LCD Projector
  6. Laptop
  7. Whiteboard
  8. Bahan Ajar

4 JP/

180 menit

Keterangan :

LCD = Liquid Crystal Display

III   KEGIATAN PEMBELAJARAN

 

A.     Kegiatan Pembelajaran 1

          Konsep Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

 

Indikator keberhasilan: setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat mampu menjelaskan konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif.

1.      Lembar Informasi

a.      Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti  batang, cabang, ranting, pucuk,  daun, umbi  dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, dan merunduk (layering). Selain itu perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara campuran, yaitu penggabungan teknik perbanyakan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran tersebut memerlukan dua induk tanaman. Induk pertama digunakan sebagai penghasil mata tunas atau pucuk yang akan ditempel di batang bawah. Batang bawah berasal dari tanaman hasil perbanyakan secara generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran (vegetatif-generatif) dapat dilakukan dengan cara okulasi dan sambung (grafting).

Gambar 1.   Perbanyakan Tanaman Secara Campuran/Vegetatif-Generatif Berupa Okulasi dan Sambungan (Grafting)

Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif ini membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Tanaman yang diperbanyak dengan stek dan cangkok, terutama tanaman buah atau tanaman keras akarnya bukan berupa akar tunggang sehingga tanaman tidak terlalu kuat atau mudah roboh. Selain itu tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan tingkat keberhasilannya sangat rendah, terlebih jika dilakukan oleh hobiis atau penangkar pemula.

b.      Arti Penting Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

1).     Upaya mempertahankan genotipe unggul

Jenis-jenis tanaman pohon tropis sebagian besar adalah menyerbuk silang, yang berarti jika melalui rekombinasi gen-gen selama reproduksi seksual, banyak karakteristik penting yang mungkin hilang. Jika individu tanaman unggul yang telah diidentifikasi oleh petani atau peneliti, informasi genetis tersebut dapat tetap dipertahankan melalui perbanyakan secara vegetatif, sehingga memungkinkan perbanyakan individu-individu unggul yang sama pada generasi berikutnya.

2).     Upaya mengatasi adanya permasalahan pada perkecambahan dan penyimpanan biji

 
Beberapa spesies tanaman pohon ada yang menghasilkan buah tanpa biji (misalnya, beberapa kultivar jeruk) dan perlu untuk diperbanyak secara vegetatif, yang lainnya ada yang berbuah sangat jarang atau tak menentu. Banyak species tanaman pohon tropis yang memiliki benih/biji rekalsitran  sehingga memerlukan prosedur penanganan khusus dan sering tidak praktis. Dalam kasus-kasus ini, perbanyakan tanaman secara vegetatif memungkinkan menjadi alternatif yang cocok dan lebih murah untuk produksi bibit dengan tingkat keseragaman bibit yang dihasilkan tinggi dibandingkan perbanyakan tanaman secara generatif.
3).     Upaya memperpendek waktu untuk berbunga dan berbuah

 
Arti penting lainnya dari perbanyakan vegetatif adalah upaya memperpendek siklus reproduksi siklus dari tanaman pohon. Hal ini sangat penting ketika produk yang diinginkan dari tanaman tersebut berupa bunga, buah atau biji-bijian. Perbanyakan tanaman secara vegetatif sebagian besar dilakukan dengan sambungan atau stek dari pohon dewasa, yang mempertahankan karakteristik lebih cepatnya waktu pendewasaan setelah okulasi atau pengakaran.

4).     Upaya menggabungkan lebih dari satu genotipe dalam satu tanaman

 
Grafting adalah cara yang unik untuk menggabungkan sifat-sifat yang diinginkan dari dua atau lebih tanaman ke dalam satu individu. Sambungan grafting dengan sifat-sifat buah tertentu dapat dicangkokkan ke batang bawah dengan sifat-sifat lain yang diinginkan, seperti tahan nematoda. Kemungkinan lain adalah grafting lebih dari satu kultivar ke batang yang sama, misalnya, untuk memperpanjang periode sambungan dengan penyambungan varietas awal dan akhir pada satu pohon. Pengenalan cabang penyerbuk ke individu tanaman betina adalah memungkinan untuk spesies dengan bunga berumah dua (dioecious).

5).     Upaya mengendalikan fase perkembangan
Sebuah tanaman mengalami beberapa tahapan usia yang bisa dibedakan oleh kekuatan pertumbuhan dan pembungannya. Tanaman juvenil yang vigor, memiliki dominasi apikal yang kuat dan mudah beregenerasi melalui perbanyakan secara vegetatif. Tanaman dewasa yang tidak vigor tidak mudah beregenerasi melalui perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif melanggengkan tahap kedewasaan dari tanaman induk. Fiksasi dari fase perkembangan suatu tanaman dapat memiliki manfaat ekonomi seperti pada tanaman buah yang berbunga lebih awal setelah dilakukan grafting karena mata sambungan diambil dari tanaman dewasa atau pohon kayu yang akan mempertahankan kekuatan juvenilnya ketika berakar sebagai potongan dari bahan tanaman yang juvenil. Namun beberapa bentuk perbanyakan secara vegetatif, terutama stek akar, yang selalu menyebabkan tanaman juvenil, sebuah karakteristik yang mungkin tidak diinginkan dalam kasus-kasus tertentu.
6).     Upaya mendapatkan keseragaman tanaman

 
Keseragaman bentuk pertumbuhan atau musim berbuah pada banyak tanaman yang dibudidayakan secara komersial memiliki nilai ekonomis yang penting. Keseragaman tersebut juga bias memiliki arti penting dalam ujicoba penanaman secara agroforestry.

c.      Teknik-Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

1).     Teknik stek

Stek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yang dapat dilakukan menggunakan organ akar, batang, maupun daun tanaman. Tanaman yang distek, salah satu organ tanamannya dipotong dan bisa langsung ditanam pada media penanaman Teknik stek banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias dan buah, seperti anggur (Vitis vinivera), markisa (Passiflora edulis), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), apel (Malus sylvestris), lada (Piper nigrum), dan vanili (Vanila planifolia).

 

2).     Teknik cangkok

Teknik cangkok (marcottage atau air layerage) banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain, seperti stek, biji, atau sambung. Tanaman yang biasa dicangkok umumnya memiliki kambium atau zat hijau daun, seperti mangga (Mangifera indica),  sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), alpukat (Persea americana), dan lain-lain. Tanaman lain yang tidak berkambium dan bisa diperbanyak dengan sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu.

3).     Teknik penyusuan

Penyusuan (approach grafting) merupakan cara penyambungan di mana batang bawah dan batang atas masing-masing tanaman masih berhubungan dengan perakarannya. Keuntungannya tingkat keberhasilan tinggi, tetapi pengerjaannya agak merepotkan, karena batang bawah harus selalu didekatkan kepada cabang pohon induk yang kebanyakan berbatang tinggi. Kerugiannya penyusuan hanya dapat dilakukan dalam jumlah terbatas, tidak sebanyak sambungan atau menempel dan akibat dari penyusuan bisa merusak tajuk pohon induk. Oleh karena itu penyusuan hanya dianjurkan terutama untuk perbanyakan tanaman yang sulit dengan cara sambungan dan okulasi, misalnya alpukat (Persea americana), belimbing (Averrhoa carambola), durian (Durio zibethinus).

4).     Teknik okulasi

Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau ditempelkan di bagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikelupas membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua tanaman ini terjadi setelah tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut. Akibat pertumbuhan kalus ini akan terjadi perekatan atau penyambungan yang kuat. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu : mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.).

5).     Teknik sambung

Teknik sambung merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif yang banyak dilakukan oleh para petani dan penangkar bibit buah-buahan. Teknik sambung dilakukan dengan menyambungkan atau menyisipkan batang atas ke batang bawah. Batang bawah yang digunakan bisa berasal dari biji, stek, bahkan tanaman yang sudah tua untuk diremajakan atau diganti dengan varietas baru. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu : mangga (Mangifera indica), manggis (Garcinia mangostana), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.).

2.      Lembar Kerja

         

Guna memperluas pemahaman Anda tentang Konsep Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif, ada hal-hal yang dapat membantu meningkatkan penguasaan materi ini yaitu :

a.    Bacalah buku-buku referensi yang menjelaskan tentang Konsep Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif !

b.    Buat catatan kecil atau rangkuman materi dari hasil studi referensi yang telah Anda lakukan sesuai dengan materi yang sedang Anda pelajari !

c.    Diskusikan hasil studi referensi yang Anda peroleh dengan teman Anda !

d.      Hasil diskusi Anda selanjutnya di fail sebagai  portfolio hasil belajar Anda.

3.      Lembar Evaluasi

1.      Apakah yang Anda ketahui tentang pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif ?

2.      Jelaskan secara singkat arti penting perbanyakan tanaman secara vegetatif dalam upaya mempertahankan genotipe unggul !

3.      Jelaskan secara singkat arti penting perbanyakan tanaman secara vegetatif dalam upaya mengatasi masalah pada perkecambahan dan penyimpanan biji !

4.      Jelaskan secara singkat arti penting perbanyakan tanaman secara vegetatif dalam upaya memperpendek waktu berbunga dan berbuah tanaman !

5.      Jelaskan secara singkat arti penting perbanyakan tanaman secara vegetatif dalam upaya menggabungkan lebih dari satu genotipe dalam satu tanaman !

6.      Jelaskan pengertian teknik perbanyakan secara vegetatif dengan stek dan cangkok beserta contohnya !

7.      Jelaskan pengertian teknik perbanyakan secara vegetatif dengan penyusuan, okulasi, dan sambungan beserta contohnya !

B.     Kegiatan Pembelajaran 2

          Aspek-Aspek Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

 

Indikator keberhasilan: setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat mampu menjelaskan aspek-aspek perbanyakan tanaman secara vegetatif.

1.      Lembar Informasi

a.      Aspek Anatomi Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Aspek anatomi perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan pengetahuan struktur internal dari akar, batang, dan daun untuk  memahami proses terbentuknya akar adventif pada stek dan cangkok dan terbentuknya penyatuan sambungan pada penyusuan, okulasi, dan sambungan. Tempat dimana akar mula-mula terbentuk adalah pertanyaan yang sangat menarik dan  hal inilah yang merangsang banyak peneliti untuk meneliti asal mula keluarnya akar pada berbagai tanaman. Lokasi tepat dimana akar mula-mula terbentuk adalah pada batang yang mengalami pelukaan. Artinya dimana ada pelukaan akan merangsang atau menginduksi akar, yang biasanya didahului atau bersamaan dengan pembentukan kalus tergantung pada jenis tanamannya. Pada kebanyakan tanaman hortikultura buah-buahan biasanya kalus terbentuk dahulu baru diikuti oleh adventious root. Akar adventif ini merupakan akar yang muncul karena adanya pelukaan, akar ini pada stek batang berasal dari sekelompok sel yang yang berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman, kelompok sel inilah yang  kemudian berkembang menjadi sel merismatik.

Pada tanaman tomat dan labu, asal akar adventif adalah didalam parenkhim floem dan untuk tanaman rumput-rumputan  dan kebanyakan familia Graminae asal akar adventif pada stek batang berasal dari adanya pembelahan dari sekelompok sel-sel yang kecil yang berada diantara berkas pembuluh vaskular. Sekelompok sel-sel tersebut terus membelah,  dan akhirnya membentuk primordia akar. Setelah primordia akar terbentuk,  pembelahan sel terus berlanjut, dan selanjutnya sel tersebut menjadi kelompok sel yang tampak sebagai ujung akar (root tip) . Pada tanaman berkayu, dimana terdapat satu atau lebih lapisan dari floem dan xylem sekunder, asal akar adventif biasanya dari floem sekunder muda.

Gambar 2.   Anatomi Perkembangan Akar Muda Menjadi Akar Dewasa

Waktu untuk keluarnya akar adventif sangat bervariasi tergantung dari banyak faktor yaitu faktor endogenous, eksogenous dan interaksi dengan lingkungan. Pada kebanyakan tanaman, inisiasi dan akar adventif terjadi setelah stek dibuat yang disebut dengan akar yang diinduksi, induced root atau akar yang muncul karena pelukaan. Contohnya adalah pengeratan (girdling) batang atau pada pencangkokan (air layering).  Akar adventif pada stek batang berasal dari sekelompok sel  tertentu yang menjadi sekelompok sel merismatik. Jaringan yang terlibat pada tempat asal sangat bervariasi, tergantung pada species tanaman, keadaan induk tanaman sebelum penyetekan dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat kondusif untuk merangsang keluarnya akar adventif adalah air, irradiasi dan suhu, ketiganya saling berhubungan  dan berinteraksi dalam menentukan keluarnya akar adventif.

Proses pertauatan sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel-sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim.  Kalus adalah massa yang tidak berbentuk  yang mengalami ligninfikasi dan terdiri  dari sel-sel parenkim pada berbagai tingkatan lignifikasi. Pertumbuhan sel kalus berasal dari sel-sel muda pada daerah kambium pembuluh, walaupun ada juga beberapa kalus ini yang terbentuk dari sel-sel kortex dan empulur.

Sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim tertentu mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk jaringan/pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali. Agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna.

b.      Aspek Fisiologi Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Aspek fisiologi perbanyakan tanaman secara vegetatif yang perlu diketahui adalah peranan secara fisiologis berbagai hormon tanaman dalam mempengaruhi proses pertumbuhan hasil perbanyakan tanaman. Hormon tanaman memainkan peranan penting dalam perkembangan dan diferensiasi kalus menjadi akar baru atau jaringan pembuluh. Hormon tumbuhan adalah zat kimia, yang terdapat secara alami dalam tanaman pada konsentrasi yang sangat rendah. Selain (endogen) hormon alami, ada beberapa zat-zat sintetis atau alami yang memiliki efek yang sama. Zat-zat tersebut bersama dengan hormon tanaman, biasanya gabungan dalam istilah zat pengatur tumbuh (ZPT). Ada lima kelompok utama hormon tanaman dan zat pengatur pertumbuhan yang dapat dibedakan oleh pengaruh dominannya, yaitu : auxin, giberelin, sitokinin, asam absisik dan zat pengatur tumbuh gas, ethylene.

1).     Auxin
Auxin adalah kelompok bahan kimia alami dan sintetik yang berasal dari L-tryptophan dengan auksin endogen berupa asam indol asetat (IAA). Bahan ini dihasilkan dalam primordia daun, daun muda dan biji berkembang, dan bergerak basipetal (dari ujung ke dasar). Bahan ini mempengaruhi banyak aktifitas tanaman, seperti merunduk menuju cahaya, dominasi apikal (penghambatan tunas lateral oleh pertumbuhan terminal yang kuat), pembentukan lapisan absisi dalam buah-buahan dan daun, dan aktivasi pertumbuhan sel kambial. Aktifitas lainnya yang paling penting bagi perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah memiliki efek langsung pada pembentukan akar dalam stek atau cangkok dan penyembuhan luka dalam pembentukan sambungan pada penyusuan, okulasi dan sambungan (grafting). Ada sejumlah auxin sintetis yang memiliki efek lebih kuat dari IAA dan digunakan secara komersial pada perbanyakan tanaman, misalnya asam indol butirat (IBA), asam naphtyl asetat (NAA), dan yang terkenal sebagai herbisida yaitu 2,4-D.

2).     Giberelin
Giberelin terdapat secara alami pada tumbuhan. Giberelin mempunyai peranan dalam mengatur pemanjangan tunas melalui pertumbuhan sel (sebagai kebalikan dari pembelahan sel). Ada bukti bahwa giberelin mengganggu proses inisiasi akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan apa yang disebut ‘antigibberellin’ atau disebut sebagai zat yang menghambat sintesis giberelin pada tanaman, dapat meningkatkan keberhasilan pengakaran dalam kombinasi dengan aplikasi auksin eksogen. Antigibberellin yang banyak dikenal adalah paclobutrazol (dengan merk dagang Cultar).

3).     Sitokinin
Sitokinin terdapat secara alami dalam endosperm tanaman. Sitokinin mengatur proses pembelahan sel dan inisiasi mata tunas dan tunas pucuk. Ada sitokinin alami berupa kinetin dan zeatin, dan ada sejumlah besar sitokinin sintetik yang dikenal. Keseimbangan sitokinin dan auxin memegang peranan penting dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif : rasio auksin tinggi/sitokinin rendah menginduksi pembentukan akar adventif, sedangkan rasio auksin rendah/sitokinin tinggi menginduksi pembentukan tunas adventif. Stek pada species tanaman dengan tingkat sitokinin alami yang tinggi lebih sulit untuk berakar dibandingkan dengan tingkat sitokinin alami yang rendah.

4).     Asam Absisik

Asam absisik (ABA) adalah penghambat pertumbuhan yang bertanggung jawab untuk pembentukan lapisan absisi di tunas dan daun. ABA juga mengatur penutupan stomata dan mengatur serapan air dan ion oleh akar. ABA adalah antagonis alami sitokinin dan mungkin memainkan peranan dalam perbanyakan tanaman, namun sampai saat ini belum bisa diidentifikasi secara jelas.

5).     Etilen
Etilen adalah gas yang dihasilkan oleh pemasakan buah-buahan dan penuaan tanaman. Berdasarkan penelitian kondisi, pengaruh berlawanan dari etilena pada pembentukan akar adventif telah diamati. Hak tersebut menunjukkan bahwa etilen endogen tidak secara langsung terlibat dalam perakaran stek.

c.      Aspek Genetik Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Aspek genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan keseragaman dan keragaman genetik tanaman yang diperbanyak secara vegetatif. Tanaman yang diperbanyak secara vegetatif akan mempunyai keseragaman secara genetik karena dikembangkan dari induk yang sama. Cara perbanyakan ini dapat melestarikan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu tanaman. Tetapi, adanya interaksi antara genetik dan lingkungan dapat menimbulkan perubahan-perubahan secara fisik yang dapat bersifat sementara atau permanen. Perubahan yang bersifat permanen disebabkan terjadinya perubahan pada material genetiknya.

Gen atau kromosom pada sel-sel somatis dapat mengalami mutasi yang terjadi pada saat pembelahan mitosis. Apabila perubahan tersebut terjadi pada suatu bagian tanaman maka bagian tersebut akan akan memberikan kenampakan (fenotipe) yang berlainan. Hal ini dikarenakan pembelahan sel pada pertumbuhan vegetatif melibatkan pembelahan sel somatis yang jumlahnya sampai berjuta-juta. Pada suatu tanaman termasuk tanaman klonal, proses pembelahan sel tersebut dapat menyebabkan perubahan secara spontan. Apabila perubahannya terjadi pada proses diferensiasi maka dapat dijumpai bahwa mata tunas atau tunas pucuk yang mengalami mutasi. Jika mata tunas atau tunas pucuk ini ditempel atau disambungkan pada tanaman lain, pertumbuhan akan memberikan penampilan baru yang berbeda dengan tanaman induknya.

Variasi secara genetik yang banyak dijumpai pada bagian vegetatif tanaman adalah adanya khimera (chimeras). Mutasi pada suatu tanaman seperti yang telah disebutkan dapat terjadi hanya pada suatu bagian atau segmen dari jaringan meristem. Apabila hal ini terjadi akan berakibat adanya dua sektor atau lapisan jaringan-jaringan yang satu mengalami perubahan, sedangkan yang disampingnya tidak (mozaik), tergantung pada sel penyusun jaringan tersebut. Jika bagian ini diperbanyak dan tumbuh menjadi tanaman, akan memberikan kenampakan yang berbeda pada bagian-bagiannya atau disebut khimera. Jadi, khimera adalah mozaik genetik yang terdapat dalam sel pada jaringan meristem pucuk yang kemudian berkembang serta memberikan fenotipe yang berlainan.

Khimera banyak dijumpai pada tanaman jeruk, anggur, dan tanaman hias. Bahkan pada tanaman hias, seperti Sanseveira, Dahlia, Coleus, Pelargonium, dan Chrysanthemum dapat memberikan keindahan tersendiri. Plastida pada tanaman tersebut sebagian jaringannya kurang atau tidak memproduksi klorofil, sedangkan di bagian yang lain produksi klorofilnya normal. Akibatnya sebagian daunnya berwarna hijau dan bagian lainnya berwarna kuning atau putih. Selain terjadi pada daun, khimera dapat terjadi pada bagian buah, misalnya pada buah jeruk. Pada buah apel dapat dijumpai sebagian daging buah terasa manis dan bagian yang lainnya terasa asam. Buah persik memiliki bagian yang berbulu halus dan bagian lainnya licin seperti berlapis lilin.

Gambar 3.   Contoh Tanaman Beringin (Ficus benjamina) Yang Khimera

Khimera dapat terjadi melalui berbagai jalan sebagai berikut :

  • Adanya perubahan secara genetik, baik pada inti maupun kloroplas, sebagai akibatnya terjadi mutasi secara spontan atau buatan pada sel atau jaringan meristem.
  • Adanya perubahan urutan elemen genetik pada suatu kromosom species tanaman tertentu memungkinkan terjadinya perpindahan urutan baik kromosom maupun yang berbeda sehingga dapat menimbulkan adanya mozaik genetik.
  • Adanya sambungan (grafting) menimbulkan keanehan sifat yang memberikan penampilan sebagai khimera pada tautan luka sambungan yang sering dijumpai tumbuhnya tunas baru pada luka tautan pertumbuhan sel-sel batang bawah dan batang atas.
  • Adanya semigami yaitu suatu fenomena atau kejadian yang disebabkan oleh pembuahan yang tidak normal yang menghasilkan embrio khimera yang selanjutnya berkembang dan tumbuh menjadi jaringan dengan penampakan bercak-bercak.
  • Adanya kultur jaringan khimera yang dibuat melalui mikropropagasi dari sel atau jaringan yang mempunyai mozaik genetik dimungkinkan dilakukan peleburan kedua protoplas (fusi protoplas) atau intinya (fusi nukleus) sehingga membentuk khimera baru.

Khimera yang memberikan variasi genetik, khususnya pada tanaman bunga atau hias, akan mempunyai nilai seni tersendiri dalam memberikan suatu keindahan dan memberikan nilai tambah secara ekonomis bila diusahakan secara komersial. Pengetahuan faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya khimera dan perlakuan-perlakuannya khususnya tanaman bunga atau tanaman hias dapat memanipulasi keragaman khimera untuk dirakit menjadi suatu bentuk baru yang lebih indah.

2.      Lembar Kerja

          Aspek Anatomi, Fisiologi, dan Genetik Bahan Tanam

 

a.      Tujuan Kegiatan

Tujuannya adalah agar peserta diklat mampu melakukan observasi bahan tanam di lapangan ditinjau dari aspek anatomi , fisiologi, dan genetik dengan benar apabila disediakan alat dan bahan yang relevan.

b.      Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan ini yaitu loupe/mikroskop dan alat tulis. Bahan yang digunakan bahan tanam untuk perbanyakan vegetatif

c.      Langkah Kerja

1)        Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan !

2)        Lakukan observasi terhadap bahan tanam yang dapat diperbanyak secara vegetatif ditemukan di lahan secara berkelompok !

3)        Identifikasi bahan tanam ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi dan genetik secara berkelompok !

4)        Catat hasil identifikasi dalam tabel seperti di bawah ini !

No

Nama Bahan Tanam

Aspek

Anatomi

Aspek

Fisiologi

Aspek

Genetik

1.

2.

3.

dst

5)        Bahas hasil yang diperoleh dalam kelompok Anda dengan didukung kajian dari pustaka/referensi !

6)        Presentasikan secara singkat hasil diskusi kelompok Anda !

3.      Lembar Evaluasi

1.      Jelaskan dari aspek anatomi proses pembetukan akar pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif dengan stek dan cangkok !

2.      Jelaskan dari aspek anatomi proses penyatuan sambungan pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif dengan penyusuan, okulasi, dan sambungan/grafting !

3.      Jelaskan dari aspek fisiologi pengaruh zat pengatur tumbuh auxin, giberelin, dan sitokinin pada perbanyakan tanaman secara vegetatif !

4.      Jelaskan dari aspek fisiologi pengaruh zat pengatur tumbuh etilen dan asam absisik pada perbanyakan tanaman secara vegetatif !

5.      Jelaskan secara singkat konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif ditinjau dari aspek genetik !

6.      Apa yang dimaksud tanaman khimera dan penyebab terjadinya khimera ?

IV   PENUTUP

 

A.     Kesimpulan

Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah suatu cara-cara perbanyakan tanaman menggunakan bagian-bagian tanaman seperti : batang, pucuk,  daun, umbi  dan akar, untuk menghasilkan tanaman baru, yang sama dengan induknya. Arti penting perbanyakan tanaman secara vegetatif antara lain mempertahankan genotipe unggul, mengatasi masalah pada perkecambahan dan penyimpanan biji, memperpendek waktu berbunga dan berbuah, menggabungkan lebih dari satu genotipe dalam satu tanaman, mengendalikan fase perkembangan tanaman, dan mendapatkan keseragaman tanaman. Teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu stek, cangkok, penyusuan, okulasi, dan sambungan.

Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif meliputi aspek anatomi, fisiologi, dan genetik Aspek anatomi berkaitan dengan pengetahuan struktur internal dari akar, batang, dan daun. Aspek fisiologi berkaitan dengan peranan secara fisiologis berbagai hormon tanaman dalam mempengaruhi pertumbuhan hasil perbanyakan tanaman. Aspek genetik berkaitan dengan keseragaman dan keragaman genetik tanaman yang diperbanyak secara vegetatif.  

B.     Tindak Lanjut

Peserta diklat sebagai Guru Produktif di SMK Pertanian setelah memahami konsep-konsep dan aspek-aspek pada Mata Diklat Dasar-Dasar Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif dapat menerapkan dan mengembangkannya sebagai bahan pembelajaran bagi siswa-siswanya di sekolah. Peserta diklat dapat menerapkan dan mengembangkan mata diklat ini dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan mudah didapatkan di sekolah untuk bahan pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

 

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hartmann, H.T., and D.E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New York.

Jaenicke, J. and Beniest, J. 2002. Vegetative Tree Propagation in Agroforestry.  ICRAFT. Nairobi. Kenya.

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta

Raharja, PC. dan Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Toogood, A. 1999. Plant Propagation : The Fully Illustrated Plant-by-Plant Manual of Practical Techniques. DK Publishing Inc. New York.

Mengindentifikasi Tanaman dan Pertumbuhanya

Published Juni 12, 2012 by nopriastor1111
  1. PENDAHULUAN

  1. Deskripsi Bahan Ajar

Keadaan hidup dari organisme terutama tanaman dicirikan oleh pertambahan berat dan kekomplekskannya secara sistematik seperti proses pertumbuhan dan perkembangan yang saling menjalin. Pertumbuhan dalam arti terbatas dicirikan pada penambahan ukuran yang tidak dapat balik yang menggambarkan pertambahan protoplasma; sedangkan perkembangan diartikan pada diferensiasi yaitu suatu perubahan dalam tingkat lebih tinggi yang menyangkut spesialisasi dan organisasi secara anatomi dan fisiologi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, faktor-faktor    tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari tanaman itu sendiri, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar tanaman tersebut.

Dalam bahan ajar Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhannya ini dibahas beberapa kompetensi dasar, yaitu menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman, menjelaskan air sebagai unsur esensial bagi tanaman, menjelaskan cuaca sebagai unsur penting bagi tanaman, menjelaskan biotik-biotik dan abiotik dengan biotik sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, dan menjelaskan hubungan antara tanaman dan pertumbuhannya, serta menjelaskan sumberdaya spesifik lokasi, misalnya budaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1.  Deskripsi Bahan Ajar

NO

KOMPETENSI DASAR

MATERI

KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman – Fungsi tanah

– Jenis tanah

– Sifat tanah

– Struktur tanah

Memahami fungsi tanah, jenis- tanah, sifat tanah, dan

struktur tanah

2. Menjelaskan air sebagai unsur esensial bagi tanaman – Fungsi air bagi  tanaman

– Menentukan waktu pengairan

– Teknik mengairi tanaman

Memahami fungsi air bagi tanaman, menentukan waktu pengairan, dan teknik mengari tanaman
3. Menjelaskan cuaca sebagai unsur penting bagi tanaman – Unsur-unsur iklim/cuaca

(curah hujan, temperatur, kelembaban, intensitas cahaya  matahari, dan angin)

–  Pengaruh iklim terhadap tanaman

Memahami unsur-unsur iklim/cuaca(curah hujan, temperatur, kelembaban, intensitas cahaya matahari, dan angin) dan pengaruh iklim terhadap tanaman
4. Menjelaskan biotik-biotik dan abiotik dengan biotik sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman – Faktor-faktor abiotik

– Faktor-faktor biotik (serangga, dan bakteri, cendawan dll)

– Interaksi antara biotik dan abiotik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

Memahami faktor-faktor abiotik, faktor-faktor biotik (serangga, dan bakteri, cendawan dll), dan interaksi antara biotik dan abiotik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
5. Menjelaskan hubungan antara tanaman dan pertumbuhannya -Klasifikasi tanaman

-Pertumbuhan dan perkembangan

-Sistem reproduksi tanaman

-Pembentukan biji

-Perkecambahan biji

– Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

Memahami Klasifikasi tanaman, pertumbuhan dan perkembangan, sistem reproduksi tanaman, pembentukan biji, perkecambahan biji, dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
6. Menjelaskan sumberdaya spesifik lokasi, misalnya budaya – Identifikasi sumber daya spesifik (budaya, sosial, ekonomi, dll)

– Sumberdaya spesifik lokasi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

Memahami identifikasi sumber daya spesifik (budaya, sosial, ekonomi, dll) dan sumberdaya spesifik lokasi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
  1. Tujuan Pembelajaran
  1. Tujuan Umum

Peserta diklat mampu mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya apabila disediakan alat dan bahan yang diperlukan.

  1. Tujuan Khusus

Peserta diklat dapat:

  1. Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
  2. Menjelaskan air sebagai unsur esensial bagi tanaman
  3. Menjelaskan cuaca sebagai unsur penting bagi tanaman
  4. Menjelaskan biotik-biotik dan abiotik dengan biotik sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
  5. Menjelaskan hubungan antara tanaman dan pertumbuhannya
  6. Menjelaskan sumberdaya spesifik lokasi, misalnya budaya.

II. KEGIATAN PEMBELAJARAN

  1. Kegiatan Pembelajaran 1

MENJELASKAN TANAH SEBAGAI TEMPAT TUMBUH TANAMAN

1. Lembar Informasi

a.  Fungsi Tanah

Tanah merupakan lingkungan hidup bagi tanaman untuk tumbuh dan berkembang biak. Dalam mendukung kehidupan tanaman, tanah mempunyai 4 (empat) fungsi utama yaitu:

1). Memberi unsur hara dan sebagai media perakaran

2). Menyediakan air dan sebagai tempat penampungan (reservoir) air

3). Menyediakan udara untuk respirasi akar

4). Sebagai tempat bertumpunya tanaman.

b. Jenis Tanah

Tanah tersusun dari 4 (empat) komponen dasar, yaitu bahan mineral yang berasal dari pelapukan batu-batuan; bahan organik yang berasal dari pembusukan sisa makhluk hidup; air; dan udara.

Berdasarkan unsur penyusunnya, tanah dibedakan menjadi 2 (dua) golongan yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral terbentuk dari pelapukan dan hancuran batu-batuan dengan kandungan bahan organiknya sangat kecil (1-6%). Tanah yang biasa digunakan untuk kegiatan pertanian termasuk jenis tanah mineral.

Tanah organik terbentuk dari pembusukan sisa-sisa tumbuhan dengan kandungan bahan organik mencapai 80%. Luas sebaran tanah organik sangat terbatas seperti tanah gambut di daerah rawa.

c. Sifat Tanah

Tanah bukanlah benda padat yang pejal, melainkan benda padat yang berongga halus yang berisi air dan udara. Rongga-rongga halus ini dinamakan pori-pori sehingga akar tanaman mudah menembusnya dan bercabang-cabang didalam tanah. Kesuburan tanaman tergantung dari sifat tanahnya, sifat tanah terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu sifat fisika tanah, sifat kimia tanah, dan sifat biologi tanah.

1). Sifat fisika tanah

a). Profil tanah

Apabila tanah digali sampai kedalam tertentu, dari penampang vertikalnya terlihat gradasi warna yang membentuk horison-horison (lapisan) atau biasa disebut dengan profil tanah. Di tanah hutan yang sudah matang terdapat 3 (tiga) horison penting, yaitu horison A, B, dan C.

Horison A atau lapisan top soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini, sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan. Kandungan zat-zat terlarut dan fraksi liat (koloid tanah) pada lapisan ini termasuk miskin, karena telah tercuci oleh air ke lapisan yang lebih bawah. Lapisan ini disebut juga zona pencucian (eluvation zone).

Horison B disebut juga dengan zona penumpukan (illuvation zone), horison ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit dibandingkan dengan horison A, tetapi lebih banyak mengandung unsur yang tercuci daripada horison A. Tumpukan partikel liat yang berbentuk koloid dan bahan mineral seperti Al, Fe, Ca, dan S menjadikan lapisan ini lebih padat.

Horison C adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan bagian dari batuan induk.

Kegiatan pertanian umumnya berada pada horison A dan horison B (jika tanah yang digunakan adalah bekas hutan atau padang rumput) sehingga kedua horison ini disebut dengan tanah lapisan olah. Lapisan ini adalah daerah utama bagi perakaran dan penyerapan unsur hara. Apabila tanah yang digunakan untuk kegiatan pertanian sudah lama terbuka, sebagian besar tanah horison A tersebut telah terkikis sehingga yang tertinggal hanya tanah horison B. Unsur hara pada horison B miskin (sedikit) karena tidak mendapat suplai unsur hara dari horison A.

Sebagai lapisan yang terus menerus diolah dan ditanami, lapisan olah akan selalu mengalami perubahan. Keadaan fisik tanah pada lapisan olah dapat dimodifikasi dengan pemupukan, pengapuran, penambahan bahan organik, dan pengairan. Sampai batas tertentu, produktivitasnya dapat dinaikkan dan dipertahankan pada tingkat yang secara ekonomis menguntungkan.

Gambar 1. Profil Tanah

b). Tekstur tanah

Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan sebagai berikut:

–          Pasir, berukuran 50 mikron-2 mm

–          Debu, berukuran 2-50 mikron

–          Liat, berukuran < 2 mikron

Perbandingan jumlah ketiga partikel tersebut menentukan kelas tektur tanahnya, dengan bantuan segitiga tekstur tanah yang ditemukan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dapat ditentukan kelas tekstur tanah, misalnya ditemukan tanah dengan kandungan pasir 50%, debu 30%, dan liat 10%. Maka menurut segitiga tekstur tanah, kelas tekstur tanah itu adalah lempung.

Gambar

Gambar 2 . Segitiga Tekstur Tanah

Secara sederhana, tekstur tanah di lapangan dapat ditentukan dengan 2 (dua) cara, yaitu memirid dan memasukkan tanah ke dalam gelas ukur yang diisi air. Memirid tanah adalah meletakkan tanah basah diantara ibu jari dan jari telunjuk, kemudian ditekan hingga butiran pasir dan liatnya terasa, selanjutnya bentuklah tanah tersebut menjadi bola atau silinder. Jika rasa kasar pada tanah sangat dominan, tanah tidak melekat pada jari, dan tanah tidak dapat dibentuk bola (mudah pecah), berarti tanah tersebut termasuk kedalam kelas tekstur pasir, Sebaliknya jika tanah terasa licin dan lengket serta dapat dengan mudah dibentuk bola, berarti persentase debu atau liatnya cukup tinggi. Tanah dengan tekstur seperti ini digolongkan kedalam kelas tekstur liat.

Selain memirid tanah, cara lain untuk menentukan tekstur tanah adalah memasukkan sebongkah tanah kedalam gelas ukur yang diisi air hingga ketinggian air sama dengan dua kali ketinggian tanah didalam gelas ukur. Campuran air dan tanah diaduk hingga seluruh partikelnya terlepas. Campuran tersebut dibiarkan mengendap beberapa lama hingga air terlihat jernih. Tanah yang telah mengendap akan membentuk lapisan berdasarkan ukuran dan berat partikel tanah. Pasir akan terletak paling bawah, diatasnya terletak lapisan debu, dan lapisan paling atas yang menyebabkan air berwarna keruh adalah partikel liat. Jika gelas ukur yang dipakai berbentuk silinder atau luas permukaan atas dan bawahnya sama, kelas tekstur dapat ditentukan secara lebih tepat dengan membandingkan ketebalan lapisan-lapisan tersebut.

Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik. Namun pasir memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Kemampuan menyimpan unsur hara pada tekstur pasir juga sangat rendah, sehingga unsur hara yang diberikan melalui pemupukan cepat hanyut terbawa air keluar dari area perakaran.

Tekstur liat memiliki sifat yang berlawanan dengan pasir, yaitu sukar diolah dan aerasi serta drainasenya buruk, tetapi kemampuan dalam menyimpan air dan unsur hara sangat tinggi. Sedangkan tekstur debu memiliki sifat diantara tekstur pasir dan tekstur liat.

Partikel liat yang sangat halus atau sering disebut juga dengan koloid tanah berdiameter 0,02-0,005 mikron, partikel tersebut dapat berasal dari bahan organik (humus) atau bahan inorganik. Koloid tanah memiliki luas permukaan yang sangat lebar per satuan luas dan berukuran sangat halus sehingga tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, karena   ukurannya sangat kecil partikel ini paling akhir mengendap dan menyebabkan air cepat menjadi keruh. Koloid tanah ini bermuatan listrik negatif dan sangat berperan dalam proses penyediaan dan penyimpanan unsur hara.

Tekstur tanah sangat  berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan melalui tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat dengan jenis tanaman yang sama dan kurun waktu yang sama (per tahun). Jumlah pupuk yang diperlukan pada tanah berpasir lebih besar dibandingkan dengan tanah lempung karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah, seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Kandungan Unsur hara Berbagai Jenis Tekstur  Tanah

No

Jenis Partikel

P

K

Ca

Fe2O3

MgO

1

Pasir

0,08

2,53

2,92

5,19

1,02

2

Debu

0,10

3,44

6,58

9,42

2,22

3

Liat

0,20

4,20

5,73

17,10

1,77

Selain berbeda dalam kandungan unsur hara, aplikasi pemupukan antara tanah bertekstur pasir dan bertekstur lempung juga berbeda. Pada tanah berpasir, pupuk tidak dapat diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap. Sebaliknya pupuk diberikan sedikit demi sedikit dengan interval waktu lebih rapat, semisal sebulan sekali. Tanah lempung mampu menyimpan unsur hara yang belum digunakan oleh tanaman. Karenanya pemupukan dapat dilakukan dengan interval waktu lebih jarang misalnya empat bulan sekali, demikian juga jumlah pupuk yang diberikan dapat lebih besar tanpa harus khawatir tercuci oleh air.

c). Struktur tanah

Partikel tanah tidak berdiri sendiri tetapi membentuk sekelompok partikel atau gumpalan yang disebut struktur tanah. Gumpalan ini terjadi karena partikel pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organik atau oksida besi.

Struktur tanah mempunyai bentuk, ukuran, dan kemampuan yang berbeda-beda. Berdasarkan bentuknya, ada 4 (empat) tipe struktur tanah, yaitu:

–    Struktur lempeng, struktur tanah berupa lempengan tipis yang bertumpuk secara horizontal mirip tumpukan kartu. Struktur ini biasanya terdapat pada tanah lapisan atas areal yang sering tergenang, misalnya tanah liat.

–    Struktur prisma, struktur tanah yang bentuknya memanjang seperti tiang persegi dengan sisi yang relatif datar. Struktur ini banyak ditemukan pada tanah lapisan bawah di daerah kering.

–    Struktur kubus, struktur tanah yang bentuknya menyerupai kubus dengan sisi-sisi yang tidak rata, struktur ini umumnya terdapat pada tanah lapisan bawah di daerah lembab.

–    Struktur granular, struktur tanah yang berbentuk bulat telur dengan sisi tidak kasar. Biasanya terdapat pada tanah lapisan atas di daerah dengan kandungan bahan organik yang tinggi.

Suatu tanah dapat memiliki struktur sederhana atau majemuk, pasir dan kerikil contoh tanah dengan struktur sederhana yang memiliki kohesi dan konsistensi (ketahanan partikel dalam tanah terhadap pemisahan) sangat kecil. Tanah berstruktur sederhana terdiri dari bahan-bahan yang relatif tahan pelapukan (pasir kwarsa) dan disebut dengan tanah memiliki struktur butiran tunggal.

Tanah pertanian kebanyakan memiliki struktur majemuk, yaitu agregatnya lekat satu sama lain, beberapa ukuran struktur tanah majemuk tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Ukuran struktur tanah majemuk

No

Tipe Struktur

Ukuran Agregat (mm)

1

Kolum

25

2

Bongkah

5-25

3

Granular

3-5

4

Remah

1-3

5

Masif

Kompak/berlumpur

Struktur tanah berkembang bila partikel tanah kecil bersifat koloid menggumpal bersama atau bersatu menjadi butiran tanah (granules). Granulasi dirangsang dengan pembekuan dan pencairan, kegiatan akar tanaman yang merusak, pengaruh pencampuran dari fauna tanah, pengembangan dan pengerutan lapisan air dan adanya jaringan cendawan.

Struktur tanah yang baik sangat penting untuk pertanian. Tanah liat memiliki total jumlah ruang pori-pori lebih besar dari tanah pasir tetapi karena ukuran kecil dari pori-pori tanah liat, air dan udara bergerak melewatinya pelan-pelan, bila pori-pori kecil dari tanah liat, air kekurangan udara yang sangat penting untuk pertumbuhan akar akan menjadi pembatas. Ruang pori besar terisi dan terkuras oleh gaya berat, sedang pori kecil menyerap dan mempertahankan air dengan daya kapiler.

Pergerakan air dan udara di dalam tanah ditentukan oleh porositas tanah, besar kecilnya porositas tanah ditentukan oleh struktur tanahnya. Struktur granular menyediakan porositas yang memadai untuk infiltrasi (penyerapan) air dan perpindahan udara dari dalam tanah ke atmosfir. Struktur tanah granular adalah struktur tanah yang paling ideal untuk pertumbuhan tanaman.

Pengolahan tanah seperti membajak dan mencangkul akan mempengaruhi struktur tanah, untuk jangka pendek biasanya menguntungkan karena alat-alat pertanian dapat memecah dan menghancurkan bongkahan tanah yang sudah padat. Pengolahan yang dilakukan saat kelembaban tanah optimum dapat menciptakan keadaan yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.

Pengolahan yang dilakukan bertahun-tahun berpengaruh buruk terhadap tanah, seperti:

–    Mempercepat oksidasi bahan organik

–    Penggunaan peralatan berat dapat menyebabkan pemadatan pada tanah di bawah lapisan olah

–    Memutuskan jalur kapiler air antara tanah lapisan olah bagian atas dan tanah lapisan olah bagian bawah sehingga lapisan olah menjadi lebih cepat kering

–    Agregat (butiran) tanah yang telah terolah menjadi tidak mantap dan cepat hanyut terbawa air hujan.

Mengelola tanah bertekstur kasar (partikel pasir lebih dominan) agak sulit karena tekstur dan struktur tanahnya lebih sulit diubah. Tanah jenis ini tidak terlalu subur dan mudah kering. Tanah berpasir memerlukan proses granulasi sehingga hanya ada satu cara yang praktis untuk mengatasinya yaitu penambahan bahan organik dalam jumlah yang banyak. Bahan ini bertindak sebagai perekat partikel pasir dan menambah kemampuannya dalam menyimpan air dan unsur hara.

Pengelolaan tanah berstruktur halus seperti tanah liat lebih mudah dilakukan, tanah jenis ini sangat berpotensi menjadi tanah yang subur. Tapi tanah berstruktur halus bersifat sangat plastis dan mempunyai daya kohesi (daya lekat) yang sangat tinggi sehingga tanah ini mudah menjadi lumpur ketika dalam keadaan basah dan menjadi keras atau berbongkah-bongkah ketika kering. Pengolahan tanah ini harus dilakukan pada saat kadar air tanah optimum (tidak terlalu basah atau terlalu kering).

Lapisan perakaran juga harus dipertahankan untuk memaksimalkan granulasi, hindari penanaman satu jenis tanaman secara terus menerus terutama jenis tanaman yang berpengaruh buruk terhadap granulasi tanah seperti jagung, kapas, dan kentang. Tanaman yang bersifat  ground cover (menutupi tanah) seperti kacang-kacangan (legum) dan rumput berpengaruh positif dalam proses granulasi.

2). Sifat kimia tanah

Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan, dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.

a). Unsur hara esensial

Tanaman tingkat tinggi memperoleh unsur karbon (C) dan oksigen (O2) dari udara melalui stomata yang terdapat di permukaan daun, kedua unsur kimia tersebut selanjutnya diproses melalui mekanisme fotosintesis. Unsur hidrogen (H) didapatkan dalam bentuk air (H2O), unsur mineral lainnya diperoleh tanaman dari dalam tanah, yaitu N, P, K, Mg, S, Ca, Fe, Zn, Mn, Cu, B, Mo, dan Cl.

Berdasarkan kandungan unsur kimia diatas, tidak berarti jaringan tanaman sebagian besar terdiri dari unsur-unsur kimia yang diserap dari dalam tanah. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan bahwa sebagian besar (94-99,5%) jaringan tubuh tanaman terdiri dari unsur C, H, dan O2. Sisanya (0,5-6%) terdiri dari unsur mineral dari dalam tanah.

Tanaman menyerap ketigabelas unsur hara dari larutan tanah dalam bentuk ion positif (kation) dan ion negatif (anion), karena bermuatan listrik akan terjadi tarik menarik antar keduanya juga terjadi tarik menarik antara ion dengan koloid tanah yang bermuatan listrik negatif. Hanya ion-ion yang berada didalam larutan tanah dan tidak terikat dengan ion lain atau tidak terikat dengan koloid tanah saja yang akan mudah diserap oleh akar tanaman.

Tabel 4. Bentuk unsur hara berupa kation yang diserap oleh tanaman

No

Jenis Unsur Hara

Simbol

Ion

Kation (+)

Anion (-)

1

Nitrogen

N

NH4+

NO3-

2

Phosphor

P

H2PO4 HPO42-

3

Kalium

K

K+

4

Kalsium

Ca

Ca2+

5

Magnesium

Mg

Mg2+

6

Sulfur

S

SO42-

7

Mangan

Mn

Mn2+

8

Boron

B

BO32-

9

Molibdenum

Mo

MoO42-

10

Tembaga

Cu

Cu2+; Cu3+

11

Seng

Zn

Zn2+

12

Besi

Fe

Fe2+  ; Fe3+

b). Larutan tanah

Larutan tanah adalah air yang terdapat diantara pori-pori tanah, larutan ini mengandung ion-ion terlarut yang dapat diserap oleh akar tanaman diantaranya terdapat juga ion-ion yang tidak berguna atau bersifat racun bagi tanaman seperti Al. Larutan tanah identik dengan larutan garam yang mudah berubah konsentrasi (kepekatan) dan susunan kimianya.

Di daerah kering, kadar garam larutan tanah lebih tinggi daripada di daerah basah, seringkali kadar garam larutan tanah menghambat pertumbuhan tanaman, kadar garam sebesar 0,5% sudah berbahaya bagi tanaman.

c). pH tanah

Keasaman atau pH (potential of hydrogen) adalah nilai (pada skala 0-14) yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar dibanding ion OH; larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau memiliki nilai pH 8-14. Jika jumlah ion H+ didalam larutan tanah sama dengan jumlah ion OH, larutan tanah disebut bereaksi netral dengan nilai pH 7.

Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Ca, Mg, K, atau Na. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air ke lapisan tanah yang lebih bawah (pencucian) atau hilang diserap oleh tanaman.

Tiga alasan utama nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui, yaitu:

–    Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7 karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut didalam air.

–    Menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan unsur Al yang selain bersifat racun juga mengikat P sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti: Fe, Zn, Mn, dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar akibatnya menjadi racun bagi tanaman. Pada tanah basa ditemukan juga unsur yang dapat meracuni tanaman seperti Na dan Mo.

–    Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme didalam tanah, pada pH 5,5-7 bakteri dan jamur pengurai bahan organik dapat berkembang dengan baik.

Secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati netral (6-7), namun kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda seperti tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. pH optimal untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman

Jenis Tanaman

Kisaran pH Optimal

Jenis Tanaman

Kisaran pH Optimal

Jagung

6,0-7,0

Okra

6,0-6,5

Kapas

5,5-70

Bawang-bawangan

5,5-70

Kacang tanah

5,5-70

Cabai

5,5-7,0

Padi

5,5-6,5

Kentang

5,0-6,0

Kedelai

6,0-7,5

Labu

5,5-7,5

Tebu

5,5-7,0

Bayam

6,0-7,0

Bunga matahari

6,0-7,5

Tomat

6,0-7,0

Tembakau

5,5-7,5

Apel

5,5-7,0

Gandum

6,0-7,0

Jeruk

6,0-7,0

Asparagus

6,5-7,5

Anggur

5,5-7,0

Kacang merah

6,0-7,5

Strowberi

5,0-6,5

Kacang buncis

6,0-7,5

Semangka

5,5-6,5

Kubis

6,0-7,5

Azalea

4,5-5,5

Wortel

6,0-7,5

Camelia

4,5-5,5

Seledri

5,5-7,0

Gardenia

5,0-6,0

Jagung manis

5,5-7,5

Hidrangea (biru)

4,5-5,5

Mentimun

5,5-7,0

Hidrangea (merah muda)

6,0-7,0

Lettuce

6,0-7,0

Mawar

5,5-7,0

Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimum. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam jumlah yang diharapkan, karenanya pH tanah sangat penting diketahui jika efisiensi pemupukan akan dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah.

Alat pengukur pH seperti kertas lakmus dan pH indikator (metode perbedaan warna) atau soil tester (metode elektromagnetik) dapat digunakan untuk mengetahui pH tanah. Prosedur penggunaan kertas lakmus atau pH indikator adalah:

–    Ambil contoh tanah yang mewakili seluruh areal pertanaman terutama di kedalaman sekitar area perakaran

–    Contoh tanah tersebut diambil sedikit (1-2 sendok makan) dimasukkan kedalam wadah kemudian diberi air aquades dengan volume yang sama dengan volume tanah

–    Aduk campuran air dengan tanah dan dibiarkan mengendap sehingga air menjadi bening

–    Pisahkan air dari endapan tanah dengan menuangkannya ke wadah yang lain

–    Celupkan kertas lakmus atau pH indikator kedalam air tersebut selama beberapa detik hingga tidak lagi terjadi perubahan warna

–    Cocokkan kemasan kertas pH indikator untuk menentukan nilai pH

Penggunaan soil tester lebih praktis karena dapat langsung dilakukan di lapangan, soil tester berbentuk kerucut yang pada bagian atasnya berbentuk lingkaran dan terdapat jarum penunjuk pH sedangkan bagian bawahnya meruncing dan terdapat lempengan logam yang berfungsi sebagai elektroda.

Cara penentuan pH tanah menggunakan soil tester adalah:

–    Menentukan titik-titik tempat pengukuran pH pada suatu area pertanaman, titik tersebut harus mewakili area penanaman

–    Tancapkan bagian yang runcing kedalam tanah sehingga logam yang ada pada sisinya masuk kedalam tanah di kedalaman 12-15 cm. Jika tanah tempat menancapkan alat tersebut terlalu kering sebelum ditancapkan tanah disiram dengan aquades, sebelum ditancapkan jarum harus menunjuk pada pH 7

–    Perhatikan jarum penunjuk pH yang mulai bergerak, biarkan beberapa saat hingga jarum berhenti bergerak

–    Sebelum mencoba pada titik yang lain, soil tester harus dicuci terlebih dahulu menggunakan aquades.

Gambar 3. pH indikator dan Soil Tester


2. Lembar Kerja

  1. Tujuan

Peserta diklat mampu menentukan pH tanah pada suatu lahan apabila disediakan alat dan bahan

  1. Keselamatan Kerja
  • Pergunakan pakaian lapangan
  • Hati-hati dalam menggunakan alat dan bahan
  • Simpanlah alat dan bahan yang telah dipergunakan
  1. Alat dan Bahan
  • Kertas pH indikator
  • Soil tester
  • Wadah
  • Pengaduk
  • Sebidang lahan
  • Tanah
  • Aquades
  1. Prosedur Kerja

1). Menentukan pH tanah menggunakan kertas pH indikator

  1. Ambillah contoh tanah yang mewakili seluruh areal pertanaman terutama di kedalaman sekitar area perakaran
  2. Contoh tanah tersebut diambil sedikit (1-2 sendok makan) kemudian dimasukkan kedalam wadah dan diberi air aquades dengan volume yang sama dengan volume tanah
  3. Aduklah campuran air dengan tanah dan dibiarkan mengendap sehingga air menjadi bening
  4. Pisahkanlah air dari endapan tanah dengan menuangkannya ke wadah yang lain
  5. Celupkanlah kertas pH indikator kedalam air tersebut selama beberapa detik hingga tidak lagi terjadi perubahan warna
  6. Cocokkanlah kemasan kertas  pH indikator untuk menentukan nilai pH

2.)  Menentukan pH tanah menggunakan soil tester

  1. Tentukanlah titik-titik tempat pengukuran pH pada suatu area pertanaman, titik tersebut harus mewakili area penanaman
  2. Tancapkanlah bagian yang runcing dari soil tester kedalam tanah sehingga logam yang ada pada sisinya masuk kedalam tanah di kedalaman 12-15 cm. Jika tanah tempat menancapkan alat tersebut terlalu kering sebelum ditancapkan tanah disiram dengan aquades, sebelum ditancapkan jarum harus menunjuk pada pH 7
  3. Perhatikanlah jarum penunjuk pH yang mulai bergerak, biarkan beberapa saat hingga jarum berhenti bergerak
  4. Sebelum mencoba pada titik yang lain, soil tester harus dicuci terlebih dahulu menggunakan aquades.


  1. Lembar Evaluasi

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas

  1. Tuliskan 4 (empat) fungsi utama tanah dalam mendukung kehidupan tanaman!
  1. Berdasarkan unsur penyusunnya tanah dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu tanah mineral dan tanah organik. Jelaskan yang dimaksud dengan tanah mineral dan tanah organik!
  1. Salah satu sifat fisika tanah adalah profil tanah. Gambarkan profil tanah dan beri penjelasannya!
  1. Mengapa tanah pertanian pada umumnya memiliki struktur majemuk?
  1. Mengapa pengolahan tanah seperti membajak dan mencangkul akan mempengaruhi struktur tanah?
  1. Tuliskan 3 (tiga) alasan utama nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui!
  1. Tuliskan prosedur menentukan pH tanah menggunakan kertas pH indikator!


B. Kegiatan Pembelajaran 2

MENJELASKAN AIR SEBAGAI UNSUR ESENSIAL BAGI TANAMAN

1. Lembar Informasi

a. Fungsi air bagi tanaman

1). Sebagai sumber unsur hidrogen dan oksigen yang penting untuk tanaman

2). Sebagai pelarut untuk persenyawaan-persenyawaan lain

3). Sebagai pengisi sel

4). Sebagai pengatur tekanan sel (mengatur turgor sel)

5). Sebagai pengangkut persenyawaan-persenyawaan dalam tubuh tanaman

6). Sebagai pendingin sehingga dapat mengatur suhu daun agar tidak naik terlalu banyak pada saat hari panas.

b. Menentukan waktu pengairan

Pengertian pengairan adalah memberikan air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhannya dan membuang kelebihan air. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa tanaman mendapatkan jumlah air yang cukup memadai pada zona perakarannya sehingga dapat memberikan produksi yang optimal.

Efek positif pemberian air adalah:

1). Air bersama nutrisi dapat menyuburkan tanah dan tanaman

2). Air dapat mengatur suhu

3). Memperbesar penyediaan air

4). Mencuci unsur hara yang dapat meracuni tanaman

Efek negatif pemberian air adalah:

1). Jika terlalu banyak menutup rongga tanah sehingga udara tanah tidak ada

2). Bila tanah digenangi dapat mengangkat unsur hara yang merugikan tanaman ke daerah perakaran tanaman.

Pemberian air ditentukan melalui pengamatan langsung di lapangan yang berdasarkan:

1). Ciri fisik tanaman

Tanaman yang mengalami kelebihan air di daerah perakaran akan mengalami kendala pada pertumbuhan dan produksinya sehingga tanah yang jenuh air menyebabkan akar tidak dapat bernafas. Tidak tersedianya udara dalam tanah akan mengakibatkan tanaman terganggu hidupnya.

Tanaman yang mengalami kekurangan air akan layu sementara tetapi apabila tidak diberi air akan layu permanen, ini tidak bisa diperbaiki sehingga tanaman menjadi mengering (pucuk, tepi daun, dan seluruhnya) yang akhirnya akan mati.

2). Ciri fisik tanah

– Air gravitasi: menempati sebagian besar pori-pori tanah, bergerak ke bawah karena pengaruh gaya gravitasi, air gravitasi ini menunjukkan kondisi tanah dalam keadaan tergenang.

– Kapasitas lapang menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan air setelah tidak lagi dipengaruhi gaya gravitasi sehingga tanah dalam keadaan lembab yang merupakan kondisi ideal bagi pertumbuhan tanaman.

– Titik layu permanen menunjukkan kondisi air dalam tanah pada saat tanaman mengalami layu permanen sehingga tanaman tidak mampu mengambil air dari dalam tanah karena tanah kering.

– Air higroskopis adalah air tidak dapat digunakan oleh tanaman yang ditandai dengan tidak adanya vegetasi diatas tanah.

3). Kondisi iklim

Iklim yang berperan pada keberadaan air didalam tanah adalah curah hujan dan radiasi sinar matahari. Berdasarkan curah hujan yang jatuh terdapat musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau air menjadi terbatas sehingga harus segera diputuskan kapan pemberian air dilakukan.

Radiasi sinar matahari berakibat langsung terhadap suhu udara sehingga terjadi evapotranspirasi (proses hilangnya uap air baik dari dalam tanah maupun dari tanaman ke udara bebas). Evapotranspirasi yang besar akan terjadi kehilangan air dalam tanah dan tanaman semakin besar sehingga diperlukan pemberian air.

4). Penggunaan alat deteksi kelembaban

Air yang tersedia bagi tanaman berada diantara kapasitas lapang dengan titik layu permanen atau air berada pada air kapiler (pori-pori tanah). Alat yang digunakan untuk mendeteksi kelembaban tanah adalah tensiometer. Tensiometer terdiri dari keramik berpori pada ujungnya, pengukur tegangan/tekanan, dan tabung yang berisi aquades yang menghubungkan keramik berpori dan pengukur tegangan.

Pemasangan tensiometer pada diagonal lahan yang akan diukur kelembabannya, dan idealnya dipasang pada areal pertanaman selama budidaya tanaman berlangsung sehingga dapat mendeteksi kelembaban tanah setiap saat dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan air irigasi dan tindakan drainase.

Pembacaan skala pada pengukur tegangan air menunjukkan kadar air dalam tanah dengan kondisi:

0-10 centibar             : tanah jenuh air, tidak cukup udara dan perkembangan akar     terganggu

10-25 centibar          : kondisi ideal untuk tanaman

25-35 centibar          : pemberian air (tanah pasir)

35-45 centibar          : pemberian air (tanah berat)

> 45 centibar            : tanaman akan layu

Prosedur penggunaan tensiometer adalah bersihkan tensiometer dengan tissue pada ujung keramiknya, pasang dan rakitlah tensiometer sesuai dengan petunjuk, buatlah desain dengan sistem diagonal pada areal tanaman dan menentukan penempatan tensiometer, tanah dibor sedalam perakaran tanaman pada tempat-tempat yang telah ditentukan, masukkan tensiometer ke lubang kemudian ditutup sisa lubang dengan tanah, dan amati perubahan pada skala serta catat hasil pengamatan pada selang waktu 1×24 jam.

c. Teknik mengairi tanaman

Berdasarkan jumlah air, kondisi lahan, kebutuhan bagi tanaman, dan teknologi yang digunakan, mengairi tanaman dapat dilakukan dengan cara:

1). Dicebor

Tanaman disiram dengan menggunakan gayung, air diambil dari sumber air atau air dialirkan ke parit-parit di sekitar tanaman kemudian tanaman disiram satu persatu. Keuntungan dengan cara dicebor adalah semua tanaman mendapatkan air dengan jumlah yang dibutuhkan, sedangkan kerugiannya adalah biaya yang dikeluarkan lebih besar.

2). Dileb

Mengalirkan air ke parit-parit di sekeliling bedengan tanaman beberapa saat sampai bedengan tanaman menjadi lembab/jenuh air kemudian air dialirkan keluar parit-parit. Keuntungannya adalah menghemat tenaga kerja dan biaya yang dikeluarkan kecil, sedangkan kerugiannya adalah pemborosan air. Kendalanya jika air di tempat pertanaman terbatas cara ini tidak dapat dilakukan.

3). Penggunaan drip

Areal tanaman dikelilingi dengan pipa-pipa distribusi disamping pipa utama, kemudian dipasang selang kecil yang ujungnya dipasang drip, dan drip ini ditancapkan di daerah perakaran tanaman satu drip satu tanaman.

Cara ini efektif untuk budidaya tanaman secara hidroponik karena tempat media tanamnya menggunakan pot/polibag.

Keuntungan penggunaan drip adalah pemberian air efisien dan sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga air dapat diatur keluarannya (debitnya) dengan mengatur drip yang digunakan, sedangkan kerugiannya adalah memerlukan peralatan dan biaya yang besar.

4). Penggunaan alat semprot

Tanaman disemprot dengan menggunakan selang yang pada ujungnya dipasang nozzle dengan menggunakan pompa air untuk mendorong air kedalam selang sehingga air dapat disemprotkan.

Keuntungan penggunaan alat semprot ini adalah praktis dan tidak memerlukan tenaga kerja yang beasar, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan biaya

tinggi untuk pengadaan peralatan, dan air yang digunakan tidak efektif karena banyak yang terbuang.

5). Penggunaan springkler

Memancarkan air dengan menggunakan springkler yang dipasang di areal pertanaman, springkler dihubungkan dengan selang sehingga air didorong dengan pompa dan air akan memancar di seluruh areal pertanaman.

Keuntungan penggunaan springkler adalah menghemat tenaga kerja, sedangkan kerugiannya adalah memerlukan biaya pengadaan peralatan besar (pengadaan pipa utama, selang air, springkler, dan pompa air).

Menentukan kapan waktu selesai mengairi apabila tanah sudah mencapai kapasitas lapang yang dicirikan dengan kondisi air berada pada ruang pori tanah dan tidak lagi terpengaruh gaya gravitasi sehingga tanah dapat turun ke lapisan tanah yang lebih dalam.

Waktu yang tepat mengairi tanaman disesuaikan dengan teknik budidaya dan fase pertumbuhan, jika tanaman baru dipupuk tidak perlu dilakukan pengairan karena pupuk dapat tercuci dan larut terbawa ke lapisan tanah yang lebih dalam.


2. Lembar Kerja

a. Tujuan

Peserta diklat mampu menentukan kelembaban tanah menggunakan tensiometer pada suatu lahan apabila disediakan alat dan bahan

b. Keselamatan Kerja

  • Pergunakan pakaian lapangan
  • Hati-hati dalam menggunakan alat dan bahan
  • Simpanlah alat dan bahan yang telah dipergunakan
  1. Alat dan Bahan
  • Tensiometer
  • Lahan budidaya
  • Aquadest
  • Bor
  1. Prosedur Kerja

1). Tentukan lahan yang akan diukur kelembabannya

2).  Lubangi tanah menggunakan bor

3).  Tancapkan tensiometer pada salah satu lokasi areal penanaman yang telah  dilubangi

4). Diamkan selama 60 menit kemudian catat perubahan kelembaban yang terjadi

5). Cucilah tensiometer menggunakan aquadest.


3. Lembar Evaluasi

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas

  1. Tuliskan 6 (enam) fungsi air bagi tanaman!
  1. Mengapa menentukan waktu pengairan sangat perlu dilakukan?
  1. Jelaskan 3 (tiga) ciri bahwa pemberian air dapat ditentukan melalui pengamatan langsung!
  1. Tuliskan prosedur mendeteksi kelembaban tanah menggunakan tensiometer!
  1. Jelaskan 5 (lima) cara mengairi tanaman berasarkan jumlah air, kondisi lahan, kebutuhan bagi tanaman, dan teknologi yang digunakan!


C. Kegiatan Pembelajaran 3

MENJELASKAN CUACA SEBAGAI FAKTOR PENTING BAGI TANAMAN

1. Lembar Informasi

a. Unsur-unsur Iklim

Iklim merupakan suatu unsur yang sama sekali tidak dapat dipengaruhi, artinya dengan jalan bagaimanapun tidak dapat diubah sekehendak manusia tetapi dengan adanya alat ilmu pengetahuan pengusaha pertanian dapat mempergunakan kemungkinan-kemungkinan setempat sebaik mungkin dengan menyesuaikan kultur yang ada. Unsur-unsur iklim yang perlu diketahui diantaranya:

1). Suhu

Kita dapat mengukur suhu yang mengatur ritme atau lingkaran perkembangan tanaman dari ketinggian 1,5-2 meter di tempat yang terlindung dan di atas tanah yang berumput. Suhu yang diukur demikian bukan hanya untuk tanaman itu sendiri tetapi suhu ini dapat dipakai sebagai perbandingan data  yang diambil pada tempat yang berbeda pada keadaan yang sama.

2). Sinar matahari

Sinar matahari merupakan sumber energi yang menyebabkan tanaman dapat membentuk gula dan peristiwa ini disebut fotosintesis, oleh karena itu tanpa bantuan sinar matahari tanaman tidak dapat mengolah unsur hara yang diserap dari dalam tanah yang berakibat tanaman akan menjadi lemah dan akan mati.

Pengukuran sinar matahari yang penting adalah panas/teriknya penyinaran dan panjang atau lamanya penyinaran. Lamanya penyinaran ditentukan oleh panjangnya hari, panjang penyinaran berkisar 12 jam, sedangkan di daerah sedang panjangnya hari berkisar antara 7-17 jam. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut ada suatu tanaman yang dipanen lebih cepat asal penanamannya pada musim kering.

3). Curah hujan dan kelembaban udara

a). Curah hujan

Air adalah suatu unsur yang akan menentukan mati atau hidupnya tanaman, tanaman hanya dapat menyerap garam-garam mineral dari larutan didalam tanah melalui air. Curah hujan adalah air hujan dengan segala bentuknya yang langsung diterima oleh bumi dan sejumlah air yang turun dengan berbagai macam.

Banyaknya air yang diterima pada permukaan tanah diukur dengan tebalnya lapisan air per mm, andaikan air tidak mengalir, tidak menguap, dan tidak meresap kedalam tanah. Semakin merata curah hujan sepanjang tahun semakin baik pada tanah-tanah yang kurang menahan air seperti pada tanah pasir.

b). Kelembaban udara

Kelembaban udara sangat penting untuk diketahui oleh pengusaha pertanian sehingga dapat memperhitungkan atau dapat mengetahui kapan saat tanaman dapat dipanen atau dapat memperhitungkan kapan saat berkembangnya jamur yang dapat merugikan tanaman. Taraf kelembaban udara dapat ditentukan dengan perbandingan antara uap air dalam udara dan jumlah uap air maksimal yang dapat ditahan oleh udara pada suhu udara tertentu.

4). Angin

Angin merupakan pelaku utama penguapan dan penyerbukan. Kecepatan angin atau kekuatan angin dapat dinyatakan sekian meter per sekon, untuk mengetahui kecepatannya dapat menggunakan alat anemometer.

5). Penguapan

Penguapan merupakan unsur yang penting bagi daerah-daerah yang beririgasi, yang dipakai untuk mengukur adalah meter penguapan Piche yang mengukur uap air dengan menggunakan kertas hisap/kertas filter yang dapat menjadi basah terus-menerus.

b.  Pengaruh Iklim terhadap Tanaman

Pengaruh iklim terhadap tanaman yang perlu diketahui adalah:

1). Pengaruh suhu terhadap tanaman

–          Titik 0 bagi tanaman: pada suhu dibawah 0ºC, pertumbuhan tanaman akan terhenti, biji-biji tidak akan berkecambah. Berbagai biji tanaman kekuatan berkecambahnya berlainan suhunya, untuk gandum 0-3ºC, jagung 9-10ºC.

–          Suhu minimum bagi tanaman: tiap-tiap tanaman tidak akan dapat berkembang pada suhu dibawah derajat minimal, seperti pada masa berbunga, jagung membutuhkan suhu minimal 10ºC sedang pada jagung tua menghendaki suhu yang lebih tinggi.

–          Suhu optimal bagi tanaman: kecepatan tumbuh tanaman tergantung dari suhu yang dibatasi oleh suhu maksimal, diatas suhu maksimal tanaman sudah tidak akan tumbuh lagi.

–          Jumlah suhu: tanaman membutuhkan jumlah panas tertentu sampai akhir masa perkembangannya, misal suatu tanaman butuh jumlah 1.200 derajat berarti selama 100 hari rata-rata tiap hari 12 derajat.

Gambar 4. Suhu-suhu khas

2). Pengaruh sinar matahari pada tanaman

–          Pengaruh teriknya/kerasnya sinar matahari: setiap tanaman berbeda-beda pengaruhnya terhadap teriknya sinar matahari, ada tanaman yang tumbuh lebih baik pada tempat yang terbuka, sebaliknya ada beberapa tanaman yang tumbuh lebih baik pada tempat yang memakai peneduh atau tempat yang teduh.

–          Pengaruh lama/panjangnya sinar matahari terhadap tanaman (foto periodisme): lingkaran perkembangan tanaman dipengaruhi oleh lama/panjangnya penyinaran, lamanya penyinaran di daerah tropis setiap hari tetap sama hanya pada musim-musim penghujan karena sering terjadi mendung maka panjangnya penyinaran sering berkurang, tetapi di musim kemarau karena hampir tidak ada mendung maka panjangnya penyinaran hampir sama sehingga pengaruhnya sama bagi setiap tanaman. Menurut reaksi tanaman sesuai dengan panjangnya penyinaran dibedakan 3 (tiga) jenis tanaman, yaitu: tanaman yang membutuhkan penyinaran panjang (padi-padian): tanaman yang membutuhkan penyinaran pendek (tembakau, kedelai, kapas, kentang); dan tanaman yang reaksinya netral.

3). Pengaruh air terhadap tanaman

Air merupakan salah satu unsur terbesar bagi tanaman. Kandungan air tiap-tiap jenis tanaman berbeda-beda, 90% untuk tanaman muda sampai kurang dari 10% untuk tanaman padi yang menua, sedangkan tanaman yang mengandung minyak, kandungan airnya lebih sedikit. Bagi tanaman keras atau tanaman tahunan kandungan air berkurang sesuai dengan umurnya,

Air yang dibutuhkan tanaman adalah air yang terdapat didalam tanah yang ditahan oleh butir-butir tanah, air hujan, dan sebagian air irigasi. Air yang dibutuhkan tidak hanya banyaknya tetapi juga pembagian yang merata.

Tanaman selalu membutuhkan air menurut masa vegetatifnya karena pada masa itulah tanaman terbentuk dan justru tanaman sendiri yang banyak mengandung air, apabila kekurangan air pada masa ini, akan mengakibatkan merosotnya hasil produksi yang tidak dapat diperbaiki lagi.

4). Pengaruh angin terhadap tanaman

Angin merupakan unsur penting bagi tanaman karena:

1). Mengatur penguapan/temperatur

2). Membantu penyerbukan

3). Membawa uap air sehingga udara yang panas akan menjadi sejuk

4). Membawa gas-gas yang sangat dibtuhkan oleh tanaman

Selain menguntungkan, angin juga dapat merugikan seperti:

1). Tanaman bisa terbakar

2). Penyerbukan karena angin bijinya tidak bisa murni, untuk itu perlu diisolasi

3). Dapat menyebarluaskan bibit-bibit tanaman liar

4). Membawa serangga tertentu kemana-mana

5). Angin yang kencang dapat merebahkan tanaman.


  1. Lembar Kerja

a. Tujuan

Peserta diklat mampu menentukan/mengukur suhu dan kelembaban pada suatu lahan apabila disediakan alat dan bahan

b. Keselamatan Kerja

  • Pergunakan pakaian lapangan
  • Hati-hati dalam menggunakan alat dan bahan
  • Simpanlah alat dan bahan yang telah dipergunakan
  1. Alat dan Bahan
  • Termometer
  • Hygrometer
  • Lahan
  1. Prosedur Kerja

1).  Tentukan lahan yang akan diukur suhu dan kelembabannya

2). Tempatkan termometer dan hygrometer pada salah satu lokasi areal penanaman yang terlindung dari sinar matahari langsung

3). Gantungkan termometer dan hygrometer pada salah satu batang pohon  atau diletakkan diantara rerumputan dan tanaman yang ada di tanah

4). Diamkan selama 45 menit kemudian dilihat kembali perubahan suhu dan kelembaban yang terjadi.


  1. Lembar Evaluasi

Jawab pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas

  1. Mengapa unsur-unsur iklim/cuaca perlu diketahui dalam usaha budidaya tanaman?
  1. Jelaskan pengaruh suhu terhadap tanaman!
  1. Jelaskan pengaruh sinar matahari terhadap tanaman!
  1. Jelaskan pengaruh air terhadap tanaman!
  1. Jelaskan pengaruh angin terhadap tanaman!


D. Kegiatan Pembelajaran 4

MENJELASKAN BIOTIK-BIOTIK DAN ABIOTIK DENGAN BIOTIK SEBAGAI FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

  1. Lembar Informasi
  1. Faktor-faktor Abiotik

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari tanaman itu sendiri, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar tanaman tersebut, yang meliputi:

1).Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi dalam fotosintesis. Tanpa cahaya, tanaman tidak akan mampu berfotosintesis dengan baik dan menyebabkan tanaman terganggu pertumbuhannya. Cahaya juga merupakan faktor penghambat pertumbuhan. Hormon auksin menjadi tidak aktif ketika ada cahaya. Hal ini menyebabkan tanaman yang ditanam di tempat terkena cahaya matahari menjadi lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam di tempat gelap. Kekurangan cahaya pada saat perkecambahan akan menyebabkan gejala etiolasi yang ditandai dengan batang kecambah akan tumbuh lebih cepat tetapi lemah dan berwarna kuning pucat.

Selain itu cahaya juga mempengaruhi arah tumbuh tanaman. Peristiwa ini dikenal sebagai fototropisme. Tanaman akan tumbuh mengikuti arah datangnya cahaya, hal ini ada kaitannya dengan kerja hormon auksin.

Cahaya mempengaruhi respon dari tanaman seperti perkecambahan, pembentukan umbi dan bulb, pembungaan dan perbandingan kelamin pada bunga. Cahaya mempengaruhi perkecambahan dan pembungaan dengan pengaruhnya terhadap fitokrom. Fitokrom dipengaruhi cahaya merah dan lewat merah pada spektrum cahaya. Pengaruh cahaya pada perkembangan tanaman sering dihubungkan dengan lamanya penyinaran dan kegelapan (fotoperiode).

2). Suhu

Proses-proses fisika dan kimia dikendalikan oleh suhu dan proses ini mengendalikan reaksi biologi dalam tanaman, seperti suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Apabila suhu turun viskositas air naik, begitu juga untuk gas-gas, energi kinetik dari CO2 dan O2 dan zat-zat lain berubah sesuai dengan perubahan suhu.

Suhu mempengaruhi kestabilan sistem enzim, pada suhu optimum sistem enzim berfungsi baik dan tetap stabil untuk waktu lama. Pada suhu lebih dingin enzim tetap stabil tetapi tidak berfungsi. Pada suhu tinggi sistem enzim rusak sama sekali, sistem enzim yang tetap stabil pada suhu 20ºC, dapat aktif hanya selama setengah jam pada suhu 30ºC, dan beberapa detik pada suhu 38ºC.

Kesetimbangan berbagai sistem dan persenyawaan merupakan fungsi dari suhu seperti kesetimbangan antara gula, pati, dan lemak berubah bila suhu berubah. Selama musim gugur beberapa spesies tanaman gula berkurang sedangkan pati dan lemak meningkat. Bila musim semi tiba terdapat perubahan dari pati dan lemak ke gula yang akan ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman yang tumbuh aktif.

Suhu mempunyai pengaruh kuat pada reaksi biokimia dan fisiologi tanaman serta menentukan tingkatan berbagai fungsi tanaman seperti absorpsi unsur mineral dan air, fotosintesis, dan aliran sitoplasma didalam sel.

Suhu maksimal dan minimal yang menyokong pertumbuhan tanaman berkisar 5-35ºC. Pertumbuhan tersebut berlangsung berbeda-beda menurut tanamannya dan berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangannya. Berbagai bagian tanaman berbeda kepekaannya terhadap suhu minimal, tanaman yang telah menyesuaikan diri dengan iklim dingin, akar-akarnya lebih peka terhadap suhu rendah daripada batangnya; dan kuncup bunga lebih lemah daripada kuncup daun.

Sejumlah proses-proses pertumbuhan mempunyai hubungan kuantitatif dengan suhu seperti respirasi, reaksi fotosintetis dan berbagai gejala pendewasaan serta pendewasaan, dormansi, pembungaan, dan pembentukan buah. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman tergantung pada spesiesnya dan varietasnya pada tahap fisiologi khusus dari proses pertumbuhan.

Tanaman yang tumbuh dibawah suhu konstan dan seragam tidak menghasilkan buah secepat tanaman yang tumbuh dengan suhu malam dan suhu siang berbeda-beda silih berganti. Kebanyakan tanaman memerlukan suhu malam yang lebih rendah daripada suhu siang, dan beberapa tanaman memerlukan suhu dingin untuk melengkapi lingkungan hidupnya.

3).Kelembaban
Kelembaban berkaitan dengan air, air sangat dibutuhkan dalam proses perkecambahan. Proses perkecambahan dimulai dengan adanya peristiwa imbibisi yaitu masuknya air ke dalam biji sehingga menyebabkan biji membengkak kemudian pecah.

Kelembaban yang terlalu tinggi menyebabkan penguapan yang terjadi sedikit, sehingga transpor air lambat dan unsur hara lambat sampai ke tanaman, akibatnya tanaman lambat tumbuh. Sebaliknya kelembaban yang terlalu rendah menyebabkan penguapan sangat banyak, sehingga tumbuhan mengalami kekeringan.

Air merupakan bagian dari semua sel, jumlahnya bervariasi tergantung dari jaringannya, 3% pada kulit biji kacang, 40% pada kayu yang dorman, dan 95% pada buah yang sukulen (semangka). Air merupakan sistem pelarut dari sel dan memberikan suatu medium untuk pengangkutan didalam tanah. Air dapat mempertahankan turgor yang sangat perlu dalam transpirasi dan pertumbuhan tanaman. Air diperlukan sebagai hara untuk pembentukan persenyawaan baru, sepertiga dari berat karbohidrat dan protein berasal dari air yang disenyawakan secara kimia.

Air bagi tanaman berada dalam suatu keadaan aliran yang sinambung (kontinyu). Kehilangan air dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan dan defisiensi air yang terus menerus menyebabkan perubahan-perubahan dalam tanaman yang tidak dapat balik (irreversible) dan mengakibatkan kematian.

4).Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan baku dalam proses fotosintesis. Tanpa nutrisi yang cukup, tanaman akan sulit tumbuh dengan baik. Nutrisi terdapat di dalam tanah sebagai medium tumbuh tanaman. Nutrisi dapat dibedakan menjadi makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien dibutuhkan dalam jumlah banyak sedangkan mikronutrien hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit.

  1. Faktor-faktor Biotik

Pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup berupa perubahan ukuran yang bersifat Irreversible (tidak berubah kembali ke asal atau tidak dapat balik). Adanya proses pertumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif sehingga dapat dinyatakan dengan angka dan dapat diukur dengan alat ukur panjang atau berat. Proses pertumbuhan tanaman terdiri dari pembelahan sel, lalu diikuti oleh pembesaran sel dan terakhir differensiasi sel. Pertumbuhan pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler) ditandai dengan pertambahan ukuran (sel bertambah besar dan panjang) dan pertambahan jumlah sel. Sedangkan pertumbuhan pada makhluk hidup bersel satu (uniseluler) ditandai dengan penambahan ukuran sel.  Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan dan faktor genetik.  Lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dikelompokkan atas lingkungan biotik dan abiotik.  Lingkungan biotik terdiri faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar tubuh tanaman (eksternal).

Faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah faktor genetik dan hormon.

1). Genetik

Gen adalah suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter di dalam tubuh suatu individu yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Gen juga didefinisikan sebagai faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam makhluk hidup.  Gen sendiri ini terletak di dalam kromosom.  Sejumlah gen yang berderet pada kromosom masing-masing memiliki tugas khusus. Ada gen yang mengatur warna bunga , tinggi tanaman, bentuk daun, warna buah, bentuk buah dan sebagainya.

Setiap spesies makhluk hidup memiliki kromosom yang khas dan tetap. Ada dua macam kromosom, yaitu kromosom tubuh (otosom) dan kromosom kelamin (kromosom seks).  Pada sel tubuh mengandung 2 perangkat atau satu pasang kromosom yang diterima dari kedua induknya yang disebut diploid (2n).  Kromosom yang berasal dari induk betina serupa dengan kromosom yang berasal dari induk jantan, sehingga sepasang kromosom tersebut disebut kromosom homolog.  Sedangkan dalam sel kelamin (gamet) disebut haploid (n) karena hanya memiliki separuh dari jumlah kromosom yang terdapat dalam sel tubuh. Misalnya pada kacang polong memiliki 14 kromosom dalam setiap inti selnya (7 pasang), terdiri dari 6 pasang autosom dan 1 pasang kromosom sex, yang berasal dari induk jantan dan induk betina.  Kromosom itu sendiri terdapat di dalam nukleus (inti sel).  Di dalam nukleus terdapat beberapa pasang kromosom, yang didalamnya terdapat gen pembawa sifat.  Substansi dasar nukleus adalah protein khusus yang disebut nukleoprotein.  Nukleoprotein disusun oleh protein dan asam nukleat.  Asam nukleat  ini terdiri dari DNA dan RNA.  DNA dan RNA inilah yang bertanggung jawab terhadap sintesa protein dan mengontrol sifat-sifat keturunan pada makhluk hidup.  DNA adalah sebuah molekul yang panjang menyerupai tali, biasanya terdiri dari dua utas, saling membelit, membentuk heliks ganda.  Setiap utas heliks DNA terdiri dari nukleotida-nukleotida yang tergabung membentuk rantai polinukleotida.  RNA (Ribonucleic Acid) dibagi dua, yaitu RNA yang bersifat genetik yang berperan seperti DNA dan RNA non genetik  yang berperan dalam sintesa protein.

Sifat gen adalah (1) sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom,

(2) setiap gen menduduki tempat tertentu dalam kromosom, lokasi khusus yang ditempati gen dalam kromosom disebut lokus gen, (3) gen terletak dalam kromosom dan selalu berpasangan. Setiap gen menunjukkan bentuk alternatif sesamanya, misalnya tinggi dan pendek, bulat dan keriput, asam dan manis. Pasangan gen tersebut disebut alel, (4) gen mengandung informasi genetika, (5) gen dapat menduplikasikan diri (bereplikasi) artinya gen dapat membelah menjadi dua yang sama persis sehingga dapat menyampaikan informasi genetik kepada generasi sel berikutnya.  Replikasi DNA terjadi pada saat sel melakukan pembelahan diri.   Siklus hidup suatu individu dimulai dari sebuah sel telur dari induk betina yang haploid dibuahi oleh sel spermatozoa dari induk jantan yang haploid dalam proses yang disebut ferlilisasi, menghasilkan zigot yang diploid.  Zigot tumbuh berkembang menjadi dewasa melalui proses pembelahan sel (dari satu sel menjadi jaringan, dari jaringan menjadi organ).  Pembelahan sel merupakan proses pembelahan inti sel menjadi dua inti sel baru, melalui tahap-tahap tertentu menghasilkan dua sel anak.  Karena DNA dan kromosom terdapat didalam inti sel, maka sebelum pembelahan sel, pembelahan DNA, kromosom dan inti sel harus lebih dahulu dilakukan (jadi urutannya replikasi DNA dulu, kromosom, kemudian inti sel, baru pembelahan sel menjadi dua bagian).  Setelah proses pembelahan sel selesai, masing-masing DNA dan kromosom hasil replikasi akan ikut bersama sel baru yang dibentuknya, sehingga sel-sel hasil pembelahan akan mengandung jumlah dan jenis DNA atau kromosom yang sama dengan induknya.

Peran gen bagi tumbuhan adalah (1) mengatur ekspresi keragaman sifat misalnya bentuk daun, tinggi tanaman, warna daun, warna bunga, warna buah, rasa buah, dan sebagainya, (2) gen dapat mengkode enzim atau mensintesis satu enzim tertentu, misalnya mengkode enzim-enzim yang mengkatalisis sintesis hormon giberelin atau enzim-enzim yang mengatalisis berbagai reaksi metabolisme, (3) mengendalikan pembentukan protein (sintesis protein) yang tidak hanya berfungsi sebagai enzim saja, (4) mengontrol reaksi metabolisme di dalam sel tumbuhan, karena gen tersebut dapat  mengkode enzim-enzim yang mengatalisis berbagai reaksi metabolisme, (5) menyampaikan informasi genetik yang unik pada setiap spesies yang disimpan dalam jalinan DNA dan sifat ini diturunkan dari induk ke generasi selanjutnya.  Penurunan sifat dari induk ke generasi berikutnya pada tanaman terjadi pada saat perkembangbiakan generatif,  (6) karakterisasi gen telah mampu menghasilkan urut-urutan tertentu yang menghasilkan sifat unik suatu spesies mahluk hidup, karakteristik ini dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan sifat yang unggul dari suatu tanaman. Sebelumnya perkawinan silang dilakukan sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki keturunan. Namun, karena perkawinan silang ini masih terbatas pada spesies yang memiliki kedekatan, misalnya antar varietas, sehingga kemudian muncul istilah rekombinasi gen yang jauh lebih canggih dibandingkan proses perkawinan silang tanpa memperdulikan taksonomi atau kedekatan spesies. Rekombinasi gen adalah adalah penggunaan teknik biologi yang cermat untuk menukarkan gen-gen (DNA), menyingkirkan, atau mentransfer/ menambahkan/menyisipkan gen (DNA) dari satu organisme ke organisme lain untuk mendapatkan galur yang lebih baik dari sifat aslinya. Rekombinasi gen ini jauh lebih canggih dibandingkan proses kawin silang, karena gen-gen tersebut dapat ditukar, dihilangkan atau disisipkankan tanpa memperdulikan taksonomi atau kedekatan spesies. Gen yang disisipkan pada tanaman bisa berasal dari manusia, tanaman, binatang, maupun mikrobia.  Proses rekombinasi gen dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat  yang diinginkan . Dalam bidang pertanian misalnya, diciptakan tanaman yang tahan tanah asam, tingkat produksi tinggi, bulir yang baik dan seragam, mampu ditanam dalam kondisi ekstrim, tahan penyakit dan gangguan hama, memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan lengkap, hingga memiliki umur simpan yang jauh lebih panjang.  Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetis bukan satu-satunya faktor yang menentukan pertumbuhan tanaman, karena masih ada faktor lingkungan yang juga mempengaruhinya. Misalnya benih tanaman yang mempunyai sifat unggul hanya akan tumbuh dengan cepat, cepat berbuah, dan berbuah lebat jika ditanam di lahan subur dan kondisinya sesuai. Bila ditanam di lahan tandus dan kondisi lingkungannya tidak sesuai, pertumbuhannya menjadi kurang baik.

2). Hormon

Siklus hidup tumbuhan meliputi beberapa proses seperti perkecambahan, perkembangan akar dan tunas, pemanjangan batang, pembungaan, perkembangan buah dan biji. Sepanjang siklus hidup tumbuhan, hormon-hormon tumbuhan mempunyai peran yang sangat penting dalam pengaturan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut.

Hormon tanaman atau fitohormon adalah senyawa-senyawa organik tanaman bukan nutrisi yang disintesis oleh tanaman pada bagian tertentu dengan konsentrasi/jumlah yang rendah, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organ suatu tumbuhan, yaitu mempengaruhi pembelahan sel, perpanjangan sel dan differensiasi sel. Sebagian besar hormon  dapat mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan.

Hormon tumbuhan berfungsi sebagai prekursor ekspresi gen. Ekspresi gen adalah proses dimana kode-kode informasi yang ada pada gen diubah menjadi protein-protein yang beroperasi di dalam sel. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu pada tanaman, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai aktif (diekspresikan).

Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya di alam, contohnya Asam salisilat /Salicylic acid (SA), pada beberapa tumbuhan digunakan untuk mengaktifkan gen-gen untuk melindungi dirinya dari penyerang yang bersifat patogen, selain itu Brasinolid (Brasinolide) adalah kelompok hormon tumbuhan yang bertanggungjawab melindungi tanaman selama stress pada musim gugur dan dingin.

Jenis-jenis hormon tumbuhan yang umum dikenal adalah auksin, sitokinin, giberelin, gas etilen dan asam absisat (ABA).  a) Auksin, berfungsi untuk memacu perpanjangan sel, merangsang pembentukan bunga, buah, dan mengaktifkan kambium untuk membentuk sel-sel baru. b) Sitokinin, memacu pembelahan sel serta mempercepat pembentukan akar dan tunas. c) Giberelin, merangsang pembelahan dan pembesaran sel serta merangsang perkecambahan biji. Pada tumbuhan tertentu, giberelin dapat menyebabkan munculnya bunga lebih cepat. d) Etilen, berperan untuk menghambat pemanjangan batang, mempercepat pematangan buah, dan menyebabkan penuaan daun. e) Asam absisat berperan dalam proses perontokan daun.

c. Interaksi antara biotik dan abiotik yang berpengaruh terhadap  pertumbuhan tanaman

Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah organisme pengganggu tanaman seperti serangga, bakteri, cendawan, virus, nematoda, dan gulma.

1). Serangga

Binatang dikelompokkan dalam beberapa golongan penting yang di dalam bahasa Latin disebut phylum.  Phylum Arthropoda merupakan phylum terbesar karena lebih dari 75% binatang yang hidup di bumi termasuk dalam phylum Arthropoda.  Phylum Arthropoda juga merupakan phylum terpenting karena pada Phylum Arthropoda ada kelas yang terpenting yaitu kelas insekta/serangga.  Serangga memiliki 3 pasang kaki (6 buah kaki) sehingga dikenal dengan kelas Insekta atau Hexapoda (Hexa=enam dan poda=kaki/tungkai).  Lebih kurang 90% dari phylum Arthropoda termasuk ke dalam kelas Insekta/Hexapoda.  Menurut sebagian ahli Entomologi ± ada 1.500.000 spesies serangga, sebagian lain menaksir ± ada 2.500.000 sampai 10.000.000 spesies serangga.  Dari sekian banyak serangga yang ada dibumi, ada yang menguntungkan manusia, tetapi banyak yang sangat merugikan manusia diantaranya merusak tanaman, sehingga disebut dengan hama tanaman.  Sedangkan serangga yang menguntungkan dapat berupa serangga penyerbuk yang berperan membantu dalam kegiatan penyerbukan tanaman atau  sebagai musuh alami hama.

2). Musuh alami hama

Serangga yang berperan sebagai musuh alami hama adalah organisme yang dapat mengendalikan populasi hama yang merugikan.

Dilihat dari fungsinya, musuh alami dikelompokkan menjadi parasitoid, patogen, dan predator.

–  Parasitoid atau Parasit

Parasit adalah binatang yang hidup di atas atau di dalam binatang lain yang lebih besar yang merupakan inangnya.  Parasit memakan atau mengisap cairan tubuh inangnya sehingga dapat melemahkan dan akhirnya membunuh inangnya.  Fase hidup parasit biasanya sama dengan fase hidup inangnya.    Contoh parasit hama adalah Brachymeria euploeae.

 

 

                                  

 

                           

 

 

 

Gambar 5.   Brachymeria euploeae

 

Brachymeria euploeae merupakan  endo atau ektoparasit pada larva dan pupa Coleoptera, Lepidoptera dan Diptera.  Panjang serangga ini ± 2-12 mm.  Berwarna hitam atau coklat dengan bercak putih, kuning atau kemerahan.  Parasit ini disebut juga lalat chalcid.  Lalat chalcid ini memarasit pupa dari kupu-kupu, dan pupa dari ulat pada daun kelapa.

–  Patogen

Patogen adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada hama.  Mikroorganisme yang dapat menyerang hama adalah bakteri, virus, dan cendawan.  Saat ini dilaporkan lebih dari 1500 patogen yang dapat menginfeksi serangga.  Beberapa contoh patogen yang sudah diteliti dan terbukti dapat dimanfaatkan dalam pengendalian hama adalah cendawan Metarrhizium anosipliae efektif untuk menimbulkan 85,6% -93,8% mortalitas larva Oryctes rhinoceros.

Gambar 6. Cendawan Metarrhizium anosipliae dan larva Oryctes rhinoceros yang terinfeski

 

–  Predator

Secara harfiah, predator dapat dikatakan sebagai pemangsa. Namun, dalam hubungannya dengan jaring-jaring makanan predator merupakan konsumen tingkat-2 sampai tingkat selanjutnya yang memangsa tingkat yang lebih kecil. Jadi, predator dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakan binatang/organisme lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara berulang-ulang. Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis seluruh tubuh. Untuk melengkapi daur hidupnya untuk tujuan kelangsungan hidup, seekor predator memerlukan beberapa bahkan banyak mangsa. Hal ini berbeda dengan parasit. Parasit memerlukan satu ekor inang saja sebagai tempat untuk melengkapi daur hidupnya.  Beberapa jenis predator telah banyak digunakan untuk mengendalikan  hama tanaman, diantaranya: Cheilomenes sexmaculatus

                             

 

 

 

 

 

 

Gambar 7. Cheilomenes sexmaculatus

 

Cheilomenes sexmaculatus umum dijumpai di dataran rendah, berukuran kecil, panjang badannya  3-3,5 mm.  Kumbang ini hidup sebagai pemangsa berbagai jenis kutu daun. Kumbang betina meletakkan telurnya pada batang atau daun tanaman, biasanya yang terdapat kutu daun.  Telur menetas setalah 4-5 hari. Larva muda panjangnya 1,2 mm, badannya  meruncing ke depan dan ke belakang  larva bergerak aktif memangsa kutu daun dan dapat memangsa Besimia tabacci 200-400 ekor/hari, dapat memangsa 17-20 thrips ekor/hari.  Aktivitas Cheilomenes sexmaculatus terjadi antara pukul 09.00-13.00 WIB.

Selain itu ada sejenis serangga yang berperan dalam penularan, pembiakan dan pertahanan patogen (penyebab penyakit), serangga ini bersifat merugikan, contohnya adalah kutu daun seperti Myzus persicae yang merupakan vektor Virus Gulung Daun Keriting dan wereng hijau yang merupakan vektor virus tungro.

3). Patogen Tanaman

Ada beberapa jenis patogen (penyebab penyakit) yang bisa menyerang tanaman, diantaranya adalah bakteri, jamur (cendawan), virus dan nematoda.

a). Bakteri

Berukuran sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran di atas 1000 kali.  Pemindahan bakteri dari luar ke dalam bagian tanaman dapat terjadi melalui lubang alami seperti stomata daun, tetapi bakteri ini tidak bisa menembus langsung kutikula daun, atau melalui  jaringan tanaman yang luka. Luka ini bisa terjadi karena sayatan alat-alat pertanian ketika penyiangan atau pembumbunan, bekas  gigitan atau tusukan serangga atau nematoda.  Bakteri ini dapat bertahan dari musim ke musim di dalam tanah, benih atau sisa tanaman yang sakit, dan dapat cepat berkembang biak pada keadaan tanah yang lembab.  Spora bakteri ini dapat disebarkan oleh percikan air hujan atau air irigasi, angin, manusia atau alat-alat pertanian.

Bakteri ini bisa bersifat merugikan dan juga menguntungkan.  Bakteri yang merugikan diantaranya yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, contohnya Pseudomonas solanacearum yang menyebabkan penyakit layu bakteri.  Bakteri Pseudomonas solanacearum dapat menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka.  Bakteri ini menghasilkan toksin dan enzim yang dapat melarutkan dinding sel akar dan dapat menyebabkan perubahan warna pada jaringan pengangkutan yang dapat dilihat jika batang dipotong (melintang) atau dibelah, perubahan warna ini dapat meluas sampai ke tulang daun bahkan sampai ke empulur, selain itu akar tanaman yang sakit berwarna coklat.  Gangguan pada bagian akar inilah yang menyebabkan proses pengangkutan air dan unsur hara tanah oleh akar menjadi terhambat, dan penghambatan ini mengakibatkan kelayuan pada tanaman.

Sedangkan bakteri yang menguntungkan berperan sebagai musuh alami hama (dapat menyebabkan penyakit pada hama) diantaranya bakteri Bacillus thuringiensis untuk mengendalikan hama serangga.

b). Cendawan

Merupakan mikroorganisme bereproduksi atau berkembangbiak dengan membentuk spora.  Umumnya cendawan terdiri dari banyak sel yang bentuknya seperti benang halus yang disebut hifa.  Spora dan hifa tersebut tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus menggunakan mikroskop.  Kumpulan dari benang-benang hifa disebut miselium.  Spora yang ditumbuhkan pada media agar padat akan tumbuh membentuk miselium dan miselium tersebut dapat dilihat dengan mata biasa tanpa menggunakan mikroskop.  Pada saat lingkungan menguntungkan, setiap spora atau potongan dari miselium dapat tumbuh memanjang dan membentuk cendawan baru.  Pada saat lingkungan tidak menguntungkan, cendawan dapat membentuk spora istirahat.  Spora ini bisa bertahan dalam dalam benih, dalam saluran pencernaan ternak sehingga dapat juga bertahan hidup pada pupuk kandang (contoh Plasmodiophora brassicae penyebab penyakit akar gada pada kubis), di dalam tanah dan sisa-sisa tanaman yang sakit sampai beberapa lama, contohnya klamidospora (spora istirahat dari cendawan Fusarium oxysporum) dapat bertahan dalam tanah lebih dari 10 tahun. Spora cendwan ini masuk ke dalam jaringan tanaman melalui stomata daun, menembus kutikula langsung atau melalui jaringan yang luka. Luka ini bisa terjadi karena sayatan alat-alat pertanian ketika penyiangan atau pembunbunan, bekas  gigitan atau tusukan serangga atau nematoda. Spora cendawan ini dapat disebarkan oleh air irigasi, air hujan, alat-alat pertanian, angin, benih atau bibit  yang terinfeksi, pupuk kandang dan manusia.  Cendawan ini bersifat merugikan karena bisa menimbulkan penyakit pada tanaman, juga bisa bersifat menguntungkan.

Cendawan yang merugikan tanaman adalah Plasmodiophora brassicae. Cendawan ini menyebabkan penyakit akar bengkak (akar gada).  Tanaman yang biasanya diserang adalah tanaman kubis.  Gejala penyakit yang terlihat adalah akar kubis mengalami pembesaran (pembengkakan). Hal ini menyebabkan rusaknya susunan jaringan akar dan mengakibatkan terganggunya pengangkutan air dan unsur hara tanah.   Tanaman yang terserang tampak merana dan layu.

Cendawan yang menguntungkan adalah Beauveria bassiana sejenis cendawan untuk mengendalikan ulat daun kubis (Plutella xylostella).

 

c). Virus

Virus adalah organisme yang memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.  Virus dikenal dengan sebutan partikel hidup, karena hanya bisa hidup dan berkembang biak dalam jaringan tanaman yang hidup. Virus hanya tidak bisa dilihat dengan mikroskop cahaya biasa, tetapi hanya bisa dlihat dengan mikroskop elektron.  Penularan virus ini dapat terjadi melalui biji, tepung sari, stek atau umbi, sambungan/okulasi, pemindahan secara bersinggungan, alat-alat pertanian dan serangga (vektor).  Virus ini ada yang bersifat merugikan dan ada juga yang menguntungkan.  Virus yang bersifat merugikan menimbulkan gejala kerusakan yang khas, diantaranya: klorose, nekrosis dan kerdil.

Virus yang bersifat menguntungkan antara lain Nucleopolyhedrovirus (NPV) yang merupakan agensi hayati ulat grayak Spodoptera exigua.

d). Nematoda

Nematoda adalah sejenis cacing yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa, tetapi hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Nematoda berbentuk benang, sepintas bentuknya mirip belut, karena itu sering disebut “cacing belut”.  Badannya silindris, meruncing pada kedua ujungnya, tidak beruas-ruas pada kulitnya.  Panjang nematoda rata-rata sekitar 1 milimeter.  Nematoda biasanya terdapat di dalam lapisan tanah bagian atas dan dapat berkembangbiak dengan baik pada tanah yang banyak porinya. Nematoda makan dengan cara menusukkan stilet pada sel tanaman, lalu menghisap cairan sel tanaman melalui stilet.  Penyebaran nematoda dapat terjadi melalui pengangkutan tanah, pupuk organik, biji, tanaman pesemaian (khususnya yang diangkut beserta tanahnya) atau alat-alat pertanian.  Nematoda ini bersifat merugikan tanaman tapi ada juga yang menguntungkan.  Nematoda yang merugikan tanaman menimbulkan gejala yang khas di bawah permukaan tanah dan gejala di atas permukaan tanah.

4). Gulma

Gulma adalah tumbuhan liar yang mudah beradaptasi dengan lingkungan tanah/lahan yang sudah terjamah atau telah ada campur tangan manusia.   Gulma juga didefinisikan sebagai tumbuhan yang mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang memungkinkannya untuk mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian dan gangguan.

Gulma yang tumbuh di lahan pertanian biasanya terdiri dari tiga golongan, yaitu:

a). Teki-tekian

Kelompok teki-tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan.  Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus).  Ciri-cirinya yang khusus adalah batangnya biasanya berisi dan berbentuk segitiga

b). Rumput-rumputan

Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian tetapi menghasilkan stolon, alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contoh alang-alang (Imperata cylindrica).  Ciri-cirinya yang khusus adalah batang seperti pipa (bulat berongga), daun panjang dan menyempit di bagian ujungnya

c). Gulma berdaun lebar

Gulma berdaun lebar, biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya.  Contoh Clidemia hirta  (akar kala),  kirinyuh (Chromolaena odorata), Mikania micrantha, Wedelia sp.  Ciri-cirinya yang khusus adalah daunnya terdiri dari berbagai bentuk dan susunan tulang daun, biasanya lebih lebar daripada rumput dan teki.

Sifat-sifat gulma adalah:

  • dapat tumbuh dengan cepat pada tanah yang tidak begitu subur,
  • mempunyai daya reproduksi yang tinggi tanpa campur tangan manusia,
  • biji gulma mempunyai sifat dormansi yang kuat memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam  kondisi yang kurang menguntungkan
  • Mempunyai toleransi besar pada keadaaan lingkungan yang tidak menguntungkan atau ekstrim
  • mempunyai daya saing yang kuat dengan tanaman yang dibudidayakan dalam  memperebutkan faktor-faktor kebutuhan hidupnya,
  • mempunyai daya berkembang biak yang besar  secara vegetatif dan atau generatif,
  • alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui  angin, air, maupun binatang.


2. Lembar Evaluasi

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan singkat

  1. 2 (dua) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah satunya faktor abiotik. Jelaskan mengapa faktor abiotik mempengaruhi pertumbuhan tanaman!
  2. Mengapa hormon pada tumbuhan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman?
  3. Serangga ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan tanaman. Mengapa serangga dapat merugikan tanaman? Beri 2 (dua) contoh serangga yang merugikan tanaman!
  4. Jelaskan 3 (tiga) patogen (penyebab penyakit) yang dapat menyerang tanaman!
  5. Tuliskan 7 (tujuh) sifat-sifat gulma!
  6. Jelaskan bahwa gulma tidak dikehendaki keberadaannya pada tanaman budidaya!


E. Kegiatan Pembelajaran 5

MENJELASKAN HUBUNGAN ANTARA TANAMAN DAN PERTUMBUHANNYA

1. Lembar Informasi

a. Klasifikasi Tanaman

1). Klasifikasi tanaman secara deskriptif

Klasifikasi secara deskriptif menggolongkan tanaman menurut kebiasaan tumbuh, struktur dan bentuk tanaman, kedudukan daun, adaptasi iklim, serta kegunaannya.

Menurut kebiasaan tumbuhnya, tanaman digolongkan menjadi :

a).Tanaman setahun atau semusim (annuals) yaitu tanaman yang melengkapi siklus hidupnya dalam satu musim tumbuh, dan dilestarikan dengan biji. Contohnya pada kebanyakan tanaman pertanian pokok di dunia, termasuk  serealia dan kacang-kacangan seperti kedelai, kapri dan buncis.

b).Tanaman dwi tahunan (biennials) yaitu tanaman yang memerlukan dua tahun atau dua musim untuk melengkapi siklus hidupnya. Biasanya pada tahun pertama tanaman menumpuk cadangan makanan dalam organ-organ penyimpan dan pada tahun kedua membentuk organ reproduktif (bunga) dan biji, yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya : wortel, biet, seledri, bawang, kubis serta beberapa jenis tanaman hias.

c).Tanaman tahunan (perennials) yaitu tanaman yang terus tumbuh tak terbatas dan dapat berupa tumbuhan kayu atau herba. Kebanyakan tanaman jenis ini menghasilkan pertumbuhan baru tiap tahun, dengan sedikit kerusakan di bagian atas permukaan tanah. Tanaman buah-buahan seperti mangga, durian, rambutan dan beberapa tanaman hutan  termasuk di antara jenis tanaman tahunan. Di daerah beriklim sedang, pucuk tumbuhan perenial herba mati pada setiap akhir musim tumbuh, tetapi masih ada akar atau batang di bawah tanah yang belum mati. Contohnya : asparagus, dahlia, gladiol.

Berdasarkan struktur dan bentuknya, tanaman digolongkan menjadi :

a). Tanaman terna (herbaceous) mempunyai struktur yang lunak dan sukulen dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali. Jenis tanaman terna berupa herba, vines, dan liana. Herba adalah suatu species kecil yang beraroma, mulanya untuk wangi-wangian dan rempah-rempah, misalnya nilam. Vines adalah tanaman menjalar atau merambat yang tak cukup berkayu untuk menopang dirinya misalnya : kangkung, ubi jalar. Sedangkan liana adalah jenis vines yang agak berkayu contohnya anggur dan bugenvil.

b). Tanaman berkayu (woodly) yaitu tanaman yang membentuk batang sekunder dan berxilem banyak. Tanaman ini biasanya digunakan sebagai bahan bangunan dan sumber selulosa, contohnya jati dan mahoni. Bentuk tanaman berkayu ada yang berupa pohon atau semak. Disebut sebagai pohon apabila mempunyai satu batang lurus, sedangkan semak berukuran lebih kecil dari pohon dengan beberapa batang yang timbul dari tanah.

Dilihat dari kedudukan daunnya, tanaman dapat digolongkan ke dalam tanaman selalu hijau (evergreen) dan tanaman meranggas (deciduous).

a). Tanaman evergreen adalah tanaman yang mempertahankan daun-daunan hijau sepanjang tahun, misalnya : pinus, cemara. rhododendron.

b). Tanaman deciduous, daun-daunnya berguguran untuk beberapa waktu pada musim tertentu sehingga pohon menjadi gundul. Misalnya pada pohon jati yang meranggas (menggugurkan daunnya) pada waktu musim kemarau dan bertunas kembali di musim hujan.

Termasuk ke dalam klasifikasi tanaman secara deskriptif adalah  menggolongkan tanaman berdasarkan pada adaptasi iklim.

a).Tanaman tropis tumbuh pada iklim panas dan jarang terdapat freezing (pembekuan). Kebanyakan menggugurkan daunnya sekali setahun karena perubahan iklim (jati, karet, mahoni) tetapi waktu pergantian daun tua dengan daun muda relatif singkat dan umumnya bersifat evergreen.

b).Tanaman beriklim sedang (temperate) tumbuh dimana ada musim winter yang nyata dengan freezing (pembekuan) yang berarti. Dapat bervariasi dari daerah subtropik sampai daerah boreal (dekat kutub). Tanaman temperate tidak hanya tahan dingin, tetapi juga membutuhkan cuaca winter untuk vigor penuh dan pembungaan.

Menurut kegunaannya tanaman dibedakan menjadi :

a).Tanaman pertanian (crops) adalah tanaman yang memberikan bahan-bahan yang dapat digunakan manusia.

b).Tanaman hias (ornamentals) adalah tanaman yang digunakan untuk kepuasan estetik

c).Tanaman makanan ternak (forages) adalah tanaman yang digunakan untuk penggembalaan ternak

2). Klasifikasi tanaman secara botani

Dasar utama dari klasifikasi ini adalah ciri morfologi berupa struktur vegetatif serta struktur reproduktif (bunga) suatu species. Struktur reproduktif akan memberikan bayangan yang lebih benar, lebih mantap dari kekerabatan yang lebih luas karena struktur bunga dasar dari suatu  spesies relatif konstan dan kurang mengalami variasi lingkungan dibandingkan struktur vegetatifnya. Contohnya antara lain ialah membandingkan bambu dengan rumput jarum, keduanya termasuk ke dalam famili rumput-rumputan (Poaceae) karena struktur bunganya memperlihatkan tanda-tanda yang sama. Tidak hanya struktur bunga, tetapi struktur buah dan biji juga digunakan terutama untuk membedakan species satu dengan lainnya.

Klasifikasi tanaman secara botani menggunakan metode penamaan tumbuhan yang dibuat oleh Carolus Linnaeus (1707-1778). Nama ilmiah suatu tumbuhan terdiri dari dua bagian (binomial) dan biasanya diikuti nama orang yang pertama kali menamakan tanaman tersebut. Bagian pertama adalah genus (marga) dan bagian kedua merupakan nama species. Misalnya Solanum tuberosum L. adalah nama ilmiah untuk tanaman kentang. Solanum merupakan nama genus , tuberosum adalah nama species dan L singkatan dari Linnaeus.

Kode Tatanama Botani Internasional menetapkan antara lain bahwa klasifikasi harus menetapkan spesies tertentu pada posisi tetap dalam dunia tumbuhan. Tingkat spesies merupakan dasar dari takson-takson yang jenjang tingkatnya berurutan. Menurut urutan naik, tingkat-tingkat takson utama adalah : species (spesies,jenis), genus (marga), familia (famili, suku), ordo (bangsa), classis (kelas), dan divisio (divisi).  Setiap individu tanaman dianggap termasuk dalam sejumlah takson yang tingkatnya berurutan.

Pada beberapa spesies terdapat katagori yang lebih kecil lagi yaitu varietas. Istilah varietas menunjuk pada suatu kelompok tanaman tertentu dalam suatu spesies budidaya tertentu yang dapat dibedakan dengan suatu sifat atau sekelompok sifat-sifat. Berdasarkan Peraturan  Menteri Pertanian  Nomor 01/Pert/SR.120/2/2006 yang dimaksud dengan varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Contoh varietas-varietas botani tanaman padi adalah var. japonica, var. indica, var. agglutinosa.

Penamaan terhadap tanaman budidaya dapat mengikuti peraturan yang diatur dalam Kode Internasional Tatanama Budidaya. Variasi takson di bawah tingkat jenis yang terjadi karena persilangan buatan, mutasi, seleksi atau usaha pemuliaan lainnya, dapat diberi penunjuk kultivar (cultivar = cultivated varieties). Kultivar biasanya disebut dalam bahasa daerah yang sangat berbeda dengan penunjuk-penunjuk spesies atau varietas dalam bahasa Latin. Contoh klasifikasi selengkapnya untuk ketan hitam adalah sebagai berikut :

Kingdom                          :  Plantae

Divisio                             :  Spermatophyta

Subdivisio                      :  Angiospermae

Classis                             :  Monocotyledoneae

Ordo                                :  Graminales

Familia                             :  Poaceae

Genus                             :  Oryza

Species                            :   sativa

Varietas                           :   glutinosa

Forma                              :   ketan hitam

Sebagian besar tanaman budidaya termasuk dalam divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), subdivisi angiospermae dengan ciri unik yaitu adanya pelindung bakal biji. Berdasarkan sejumlah perbedaan vegetatif, struktur bunga dan bijinya, angiospermae  dibagi menjadi dua kelas : monokotil (kotiledon atau daun biji hanya satu) dan dikotil (memiliki dua kotiledon).

Gambar 8. Perbandingan monokotil dan dikotil

Tanaman dari sub divisi angiospermae memiliki arti ekonomi penting sejak zaman dulu dan menjadi dasar pertanian modern terutama tumbuhan herba semusim. Faktor yang menyebabkan angiosperma sangat berarti dalam peradaban manusia diantaranya adalah kemampuannya untuk bertahan hidup dan berproduksi dalam hampir segala keadaan lingkungan serta pembentukan bunga, buah, dan biji.

b.  Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

Pertumbuhan pada tanaman merupakan suatu peningkatan ukuran yang prosesnya tidak dapat balik, dihasilkan dari pembelahan sel dan pembesaran sel. Tanaman dapat tumbuh tidak terbatas karena memiliki jaringan embrionik yang selalu tersedia, yang disebut meristem, pada daerah pertumbuhan. Sel-sel meristematik membelah terus untuk menghasilkan sel-sel baru. Sebagian sel-sel baru tetap berada pada daerah meristematik untuk menghasilkan lebih banyak lagi, sebagian lagi menjadi terspesialisasi  dan digabungkan ke dalam jaringan dan organ yang sedang tumbuh.

Pola pertumbuhan tanaman bergantung pada letak meristem. Meristem apikal, berada pada ujung akar dan pucuk tunas, menghasilkan sel-sel bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang yang disebut pertumbuhan primer. Pada tanaman berkayu terdapat pertumbuhan sekunder yaitu adanya aktivitas penebalan secara progresif pada akar dan tunas yang terbentuk sebelumnya oleh pertumbuhan primer. Pertumbuhan sekunder  adalah produk meristem lateral, yang menggantikan epidermis dengan jaringan dermis sekunder yang lebih tebal dan keras.

Di samping mengalami proses pertumbuhan, tanaman juga mengalami proses perkembangan yaitu adanya morfogenesis dan diferensiasi seluler.

Perkembangan mencakup diferensiasi, dan ditunjukkan oleh ordo perubahan-perubahan yang lebih tinggi, menyangkut spesialisasi secara anatomi dan fisiologi.

  1. Sistem Reproduksi Tanaman

Reproduksi pada tanaman bertujuan untuk mencapai pertambahan jumlah dan untuk memelihara sifat-sifat penting dari tanaman tersebut. Terdapat dua tipe reproduksi pada tanaman : seksual dan aseksual. Reproduksi seksual (secara kawin) adalah pembiakan tanaman dengan biji yang terbentuk dari persatuan dua gamet (sel kelamin). Reproduksi aseksual atau disebut juga reproduksi vegetatif adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan  bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun.

Bunga merupakan sebagian cara reproduksi seksual yang menghasilkan biji, dan akhirnya dari bijilah diperoleh tanaman baru. Pertumbuhan tanaman hingga mencapai saat berbunga terdiri dari tiga masa. Masa embrio dimulai sejak terjadinya pembuahan yang kemudian menghasilkan embrio. Masa juvenil diawali sejak perkecambahan biji sampai menjelang berbunga. Pada masa ini terlihat pertumbuhan vegetatif yang sangat dominan. Masa juvenil ini disertai dengan beberapa perubahan bentuk tanaman seperti bentuk daun, karakter pertumbuhan dan kadang-kadang tumbuhnya duri. Tetapi pada masa juvenil belum menunjukkan respon terhadap rangsangan pembungaan. Masa dewasa atau masa reproduksi menghasilkan bunga, dan di antara masa juvenil dan masa dewasa terdapat masa transisi. Pada masa transisi ini tanaman mengalami perubahan bentuk daun, kebiasaan tumbuh serta mulai menunjukkan respon terhadap rangsangan pembungaan.

Gambar 9. Siklus hidup angiosperma

Reproduksi aseksual atau reproduksi vegetatif merupakan suatu perluasan dari kapasitas tumbuhan untuk melakukan pertumbuhan tak terbatas. Sifat tumbuhan yang memiliki jaringan meristematik untuk pembelahan dapat mempertahankan atau memperbaharui pertumbuhan tanpa batas. Selain itu , sel-sel parenkima di seluruh tumbuhan dapat membelah dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel-sel terspesialisasi, yang memungkinkan tumbuhan menumbuhkan kembali bagian-bagian yang hilang.

Fragmentasi, yaitu pemisahan suatu tumbuhan induk menjadi bagian-bagian yang kemudian akan membentuk kembali sebuah tumbuhan utuh, merupakan salah satu cara reproduksi vegetatif yang paling umum.

d. Pembentukan Biji

Biji merupakan suatu struktur kompleks, yang terdiri dari embrio atau lembaga, kulit biji, dan cadangan makanan (endosperma). Embrio dikelilingi oleh kotiledonnya yang sudah membesar, oleh endosperma, atau oleh keduanya. Embrio dan persediaan makanannya terbungkus oleh suatu selaput biji yang terbentuk dari integumen bakal biji.

Gambar 10. struktur biji buncis (a), jarak (b)  dan  jagung (c)

Terbentuknya biji mencakup proses-proses perkembangan gametofit jantan (serbuk sari) dan gametofit betina (kantung embrio), pembuahan, perkembangan embrio, dan perkembangan endosperma. Organ dasar bunga yang terlibat dalam pembentukan biji adalah putik dan benang sari.

Putik membentuk bakal biji, tempat kantung embrio  yang mengandung sel telur. Sedangkan benang sari menghasilkan serbuk sari yang membentuk gametofit jantan.

Gambar 11. Perkembangan gametofit

1). Perkembangan gametofit jantan (serbuk sari) dan gametofit betina (kantung embrio)

Serbuk sari berkembang di dalam sporangia (kantung serbuk sari) pada kepala sari pada ujung serbuk sari. Pada masing-masing kantung terdapat banyak sekali mikrosporosit, yaitu sel-sel diploid yang akan menjadi serbuk sari. Meiosis akan membentuk empat mikrospora haploid dari masing-masing mikrosporosit. Masing-masing mikrospora kemudian mengalami suatu pembelahan mitosis, yang menjadi suatu butiran serbuk sari, suatu  gametofit jantan yang belum dewasa yang terdiri atas sel generatif dan sel pembuluh. Serbuk sari memiliki dinding tebal dan keras. Serbuk sari ini akan menjadi gametofit jantan dewasa ketika sel generatif membelah membentuk dua sperma.

Kantung embrio (gametofit betina) berkembang di dalam suatu bakal biji,                 yang dibungkus oleh ovarium pada pangkal putik. Di dalam sporangium bakal biji adalah suatu sel diploid besar yang disebut megasporosit. Sel inilah yang akan menjadi kantung embrio. Megasporosit membelah secara meiosis dan menjadi empat sel haploid, akan tetapi hanya satu yang bertahan hidup sebagai megaspora. Tiga pembelahan mitosis megaspora membentuk kantung embrio, suatu gametofit multiseluler betina. Pada satu ujung

2). Pembuahan

Pembuahan diawali dengan proses jatuhnya serbuk sari ke atas kepala putik yang disebut dengan penyerbukan. Selanjutnya tabung serbuk sari mulai tumbuh ke arah bawah tangkai putik sampai ke ovarium. Tabung itu akan membebaskan dua sel sperma ke dalam kantung embrio bakal biji. Satu sel sperma akan membuahi sel telur, yang membentuk zigot. Sperma yang lain akan menyatu dengan dua nukleus polar pada sel pusat yang besar pada kantung embrio dan membentuk satu sel triploid yang akan berkembang menjadi suatu jaringan nutritif yang disebut endosperma.

a                                       b

Gambar 12. Fertilisasi ganda (a) dan perkembangan embrio pada tumbuhan dikotil (b)

3). Perkembangan embrio

Pembelahan mitosis pertama yang dilakukan oleh zigot adalah pembelahan transversal, yang membagi sel sel telur yang dibuahi itu menjadi sebuah sel basal dan sebuah sel terminal. Sel terminal akhirnya akan membentuk sebagian besar embrio tersebut. Sel basal akan terus membelah diri secara transversal, menghasilkan suatu benang sel-sel yang disebut suspensor, yang akan menjaga agar embrio tetap berada di integumen bakal biji dan memindahkan zat-zat makanan ke embrio tersebut dari tanaman induk atau dari endospermanya. Sementara itu sel terminal akan membelah diri beberapa kali membentuk suatu proembrio yang berbentuk bola yang bertaut dengan suspensor tadi. Kotiledon mulai terbentuk sebagai benjolan pada proembrio tersebut. Dikotil, dengan dua kotiledonnya, berbentuk seperti jantung pada tahap ini. Pada monokotil hanya satu kotiledon saja yang berkembang.

Segera setelah kotiledon-kotiledon yang belum sempurna ini muncul, embrio akan memanjang. Di antara kotiledon terdapat meristem apikal dan tunas embrionik. Pada ujung berlawanan dari sumbu embrio tersebut, dimana suspensor akan bertaut, terdapat ujung dari kar embrionik, juga dengan sebuah meristem. Setelah biji berkecambah, meristem apikal yang terletak pada ujung tunas dan kar akan menyokong pertumbuhan primer selama tumbuhan itu hidup. Ketiga meristem primer—protoderm, meristem dasar, dan prokambium—juga ada pada embrio.

4). Perkembangan endosperma

Perkembangan endosperma umumnya dimulai sebelum perkembangan embrio. Setelah pembuahan ganda, nukleus triploid dari sel-tengah bakal biji tersebut akan membelah diri, membentuk suatu supersel berinti majemuk yang memiliki kekentalan seperti susu. Endosperma akan menjadi multiseluler dan lebih padat ketika sitokinesis membentuk membran dan dinding di antara nukleus-nukleus tersebut.

Endosperma tersebut kaya akan zat-zat makanan, yang disediakan oleh endosperma bagi embrio yang sedang berkembang. Pada sebagian besar monokotil, endosperma juga menumpuk zat-zat makanan yang dapat digunakan oleh biji setelah perkecambahan. Pada banyak dikotil, cadangan makanan endosperma diangkut ke kotiledon sebelum biji itu menyelesaikan perkembangannya, sehingga biji dewasa tidak mengandung endosperma.

e. Perkecambahan biji

Dalam tahap akhir pematangannya biji akan mengalami dehidrasi sampai kandungan airnya hanya sekitar 5% sampai 15% dari bobotnya. Embrio tersebut akan berhenti bertumbuh kembang sampai biji berkecambah. Perkecambahan adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan pucuk embrionik di dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Perkecambahan biji bergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya. Selain itu juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh.

Dalam proses perkecambahan terjadi dua aktivitas yaitu aktivitas morfologi dan aktivitas kimiawi. Aktivitas morfologi ditandai dengan pemunculan organ-organ tanaman seperti akar, daun, dan batang. Sedangkan aktivitas kimiawi diawali dengan aktivitas hormon dan enzim yang menyebabkan terjadinya perombakan zat cadangan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, dsb. Proses kimiawi berperanan sebagai penyedia energi yang akan digunakan dalam proses morfologi, sehingga kandungan bahan kimia yang terdapat dalam biji merupakan faktor yang sangat menentukan dalam perkecambahan biji.

Umumnya, struktur yang pertama kali keluar dari kulit biji pada proses perkecambahan adalah radikula, kemudian diikuti oleh keluarnya plumula. Pada tahap pertumbuhan selanjutnya radikula bertumbuh menjadi akar primer. Bersama dengan kotiledon, pada dikotil, plumula tumbuh membesar dan memanjang menembus permukaan tanah mencapai cahaya matahari. Sedangkan pada monokotil plumula terlebih dahulu menembus koleoptil sebelum melanjutkan pertumbuhannya.

Berdasarkan mekanisme munculnya tunas ke permukaan tanah, ada dua tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal. Pada tipe epigeal kotiledon terangkat ke permukaan tanah karena pertumbuhan dan pemanjangan hipokotil, sehingga bagian yang pertama kali terlihat di permukaan tanah adalah hipokotil. Contohnya pada kacang tanah dan pada kebanyakan tanaman dikotil. Sedangkan pada tipe hipogeal, kotiledon tetap tinggal di bawah permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya. Kebanyakan tanaman monokotil memiliki tipe perkecambahan hipogeal misalnya padi, jagung, dan gandum.

Gambar 13. Tipe Perkecambahan

Biji dari kebanyakan tanaman menghendaki beberapa syarat khusus untuk dapat memulai perkecambahan. Syarat luar utama yang dibutuhkan untuk dapat aktifnya kembali pertumbuhan pucuk embrionik adalah :

1. Adanya air yang cukup untuk melembabkan biji

2. Suhu yang pantas

3. Cukup oksigen

Kekurangan salah satu di antara ketiga syarat di atas, umumnya biji tidak akan berkecambah

4. Adanya cahaya, terutama ini adalah esensial untuk kebanyakan biji rumputan dan beberapa biji tanaman tertentu.

  1. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman

Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respon tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan tanaman. Hal ini dapat terlihat langsung pada vegetasi hutan bakau yang tumbuh di pantai berlumpur, bahkan mempunyai akar panas. Begitu pula tumbuhan yang tumbuh pada ekosistem rawa, mempunyai akar papan. Tumbuhanpun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan semacam zat kimia yang bersifat racun bagi jenis tertentu yang disebut allel. Pengaruh jenis tertentu dimana tumbuhan tersebut mempunyai sifat allelopati. Pengaruh tanaman sesama tanaman itu dapat dipelajari hubungan interaksi yang dapat saling menguntungkan sperti tanaman pelindung. Ada yang satu untung yang lain tidak, ada yang tidak memberikan pengaruh apa-apa.

2. Lembar Kerja

PERKEMBANGAN KECAMBAH DALAM GELAP & TERANG

a. Tujuan
Tujuannya untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap perkembangan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan kacang merah (Phaseolus vulgaris) dalam gelap dan terang.

  1. Keselamatan Kerja

–  Menggunakan pakaian praktik

–  Hati-hati dalam menggunakan alat dan bahan

–  Simpanlah alat-alat yang telah digunakan
c. Alat dan Bahan

–       nampan/wadah

–       biji kacang merah (Phaseolus vulgaris)

–       biji kacang hijau (Phaseolus radiatus)

–       air

–        kertas koran.
d. Prosedur Kerja

1). Merendam masing-masing 60 biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan kacang merah (Phaseolus vulgaris) selama beberapa menit di dalam air.

2). Memilih kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan kacang merah (Phaseolus vulgaris) yang mengapung di air yang menandakan kualitasnya baik dan cocok.

3). Menyiapkan 2 buah nampan yang telah diberi sobekan-sobekan kecil koran di dasarnya kemudian membasahi sobekan-sobekan koran tersebut.

4). Memasukkan masing-masing 25 buah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan kacang merah (Phaseolus vulgaris) pada kedua nampan.

5). Menempatkan nampan pertama di tempat yang terang dan nampan kedua di tempat yang gelap.

6). Melakukan pengamatan selama 1 minggu untuk melihat perkembangan tanaman dan mencatat hasilnya.


  1. Lembar Evaluasi

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan singkat

  1. Jelaskan perbedaan klasifikasi tanaman secara deskriptif, secara botani, dan klasifikasi tanaman menurut binaan Direktorat Jenderal Lingkup Departemen Pertanian!
  1. Tuliskan klasifikasi tanaman secara  botani untuk tanaman padi!
  1. Jelaskan perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan tanaman!
  1. Tubuh tanaman mengalami diferensiasi menjadi dua sistem utama yaitu sistem akar yang berada di bawah permukaan tanah dan sistem tunas yang ada di atas permukaan tanah terdiri dari batang, daun, dan bunga. Jelaskan kedua sistem tersebut!
  1. Pada proses perkecambahan terjadi dua aktivitas yaitu aktivitas morfologis dan aktivitas kimiawi. Jelaskan kedua aktivitas tersebut!


F. Kegiatan Pembelajaran 6

MENJELASKAN SUMBERDAYA SPESIFIK LOKASI

  1. Lembar Informasi

Sebagai langkah awal budidaya adalah pemilihan lokasi budidaya yang tepat, oleh karena itu, pemilihan dan penentuan lokasi budidaya harus didasarkan pertimbangan ekologis, teknis, higienis, sosio-ekonomis dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemilihan lokasi sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan gabungan beberapa faktor yang dikaji secara menyeluruh.

1). Persyartan teknis

Sesuai dengan sifatnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, lingkungan bagi kegiatan budidaya sangat menentukan keberhasilan usaha. Pemilihan lokasi yang baik harus memperhatikan aspek fisika, biologi, dan kimia tanah yang cocok. Selain itu pemilihan lokasi perlu juga mempertimbangkan aspek efisiensi biaya operasional budidaya.

2).  Persyaratan aspek sosio-ekonomis

Berikut beberapa aspek sosio-ekonomis yang perlu mendapat perhatian dalam pemilihan dan penentuan lokasi.

a). Keterjangkauan lokasi

Lokasi budidaya yang dipilih sebaiknya adalah lokasi yang mudah dijangkau

b). Tenaga kerja

Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang memiliki tempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya.

c). Sarana dan prasarana

Lokasi budidaya sebaiknya berdekatan dengan sarana dan prasarana perhubungan yang memadai untuk mempermudah pengangkutan bahan, benih, hasil, dll.

d). Kondisi masyarakat

Kondisi masyarakat yang lebih kondusif akan memungkinkan perkembangan usaha budidaya di daerah tersebut

3). Persyaratan non teknis

Persyaratan non teknis yang harus dipenuhi dalam pemilihan lokasi adalah:

a). Keterlindungan

Lokasi harus terlindung dari bahaya fisik yang dapat merusaknya

b). Keamanan lokasi

Masalah pencurian harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya agar proses budidaya aman dan tidak terganggu

c). Konflik kepentingan

Lokasi budidaya tidak boleh menimbulkan konflik kepentingan, misalnya antara kegiatan budidaya dengan non budidaya (pariwisata)

4). Aspek peraturan dan perundang-undangan

Pemilihan lokasi harus sesuai dan tidak melanggar peraturan agar budidaya dapat berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Sumeru. 2006. Hortikultura, Aspek Budidaya (edisi revisi). UI-Press, Jakarta

Campbell, Neil A.  Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 1.  Erlangga, Jakarta.

————————————————————————–. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Harjadi, M.M. Sri Setyati. Pengantar Agronomi. 2002. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih. Angkasa Raya, Padang.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2000. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum 1. Angkasa, Bandung

——————————-. 1983. Botani Umum 2. Angkasa, Bandung

Pracaya, 1991.  Hama dan Penyakit Tanaman.  Penebar Swadaya.  Jakarta.

Semangun, H.  (1989), Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia.  Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Semangun, H. (1996),  Pengantar ilmu penyakit tumbuhan,  Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.

Sinaga, M. S. (2003), Dasar-dasar ilmu penyakit tumbuhan.  PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Samsudin, 2008.  Pemanfaatan nematoda H. indicus sebagai pengendali hayati hama tanaman. http://www.pertaniansehat.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=75

Samsudin, 2008.  Virus Patogen Serangga: Bio-Insektisida Ramah Lingkungan.  http://www.pertaniansehat.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=75

M.M. Sri Setyadi Harjadi. 2002. Pengantar Agronomi. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

AAK. 1983. Dasar- Dasar Bercocok Tanam. Jogjakarta. Penerbit Yayasan Kanisius.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta. AgroMedia Pustaka

SILABUS

MENGIDENTIFIKASI TANAMAN DAN PERTUMBUHANNYA

No

Indikator Keberhasilan

Materi Pokok

Sub Materi Pokok

Metode

Alat Bantu Kerja

Estimasi Waktu

Referensi

1 –    Fungsi tanah dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Jenis tanah dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Sifat tanah dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Struktur tanah dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman –     Fungsi tanah

–     Jenis tanah

–     Sifat tanah

–     Struktur tanah

–     Ceramah

–     Diskusi

–     Praktik

–     Penugasan

–  Power  point

–  LCD

–  Alat dan bahan praktik

14,15,16
2 –    Fungsi air bagi tanaman dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Menentukan waktu pengairan dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Teknik mengairi tanaman dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Menjelaskan air sebagai unsur esensial bagi tanaman –    Fungsi air bagi tanaman

–    Menentukan waktu pengairan

–    Teknik mengairi tanaman

–     Ceramah

–     Diskusi

–     Praktik

–  Penugasan

–  Power   point

–  LCD

– Alat dan bahan praktik

14,15,16
3 –    Unsur-unsur iklim dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Pengaruh iklim terhadap tanaman dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Menjelaskan cuaca sebagai faktor penting bagi tanaman –    Unsur-unsur iklim

–    Pengaruh iklim terhadap tanaman

–     Ceramah

–     Diskusi

–     Praktik

–  Penugasan

–  Power  point

–  LCD

– Alat dan bahan praktik

14,15,16
4 –  Faktor-faktor abiotik dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–  Faktor-faktor biaotik dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–  Interaksi … dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Menjelaskan biotik-biotik dan abiotik dengan biotik sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman –    Faktor-faktor abiotik

–    Faktor-faktor biotik

–    Interaksi …

–     Ceramah

–     Diskusi

–     Praktik

–   Penugasan

–     Power  point

–     LCD

–  Alat dan bahan praktik

8,9,10,11,12,13
5 –    Klasifikasi tanaman dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Pertumbuhan dan perkembangan dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Sistem reproduksi tanaman dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Pembentukan biji dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Perkecambahan biji dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Menjelaskan hubungan antara tanaman dan pertumbuhannya –    Klasifikasi tanaman

–    Pertumbuhan dan perkembangan

–    Sistem reproduksi tanaman

–    Pembentukan biji

–    Perkecambahan biji

–    Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

–     Ceramah

–     Diskusi

–     Praktik

–  Penugasan

–  Power  point

–  LCD

– Alat dan   bahan praktik

1,2,3,4,5,6,7
6 –    Pemilihan dan penentuan lokasi dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

–    Persyaratan lokasi dideskripsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Menjelaskan sumberdaya spesifik lokasi, misalnya budaya –    Pemilihan dan penentuan lokasi

–    Persyaratan lokasi

–     Ceramah

–     Diskusi

–     Praktik

–   Penugasan

–  Power  point

–  LCD

– Alat dan bahan praktik

14

PUPUK MIKRO ORGANIK

Published Mei 26, 2012 by nopriastor1111

angan pernah abaikan pupuk mikro organik karena selain untuk meningkatkan hasil pertanian dan memperbaiki hara tanah juga sebagai antibodi tanaman terhadap serangan penyakit.

 

Petani kita kebanyakan masih mengandalkan pupuk konvensional seperti urea, SP36, KCL maupun ZA, padahal pupuk tersebut hanya memenuhi sebagian unsur hara makro saja seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium(K) atau Sulfur(S).

Padahal setiap tanaman membutuhkan unsur hara makro dan mikro (ada 16 macam) yaitu Hara Makro C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S dan Hara Mikro Fe, Mn, Mo, B, Cu, Zn, dan Cl. Bila semua unsur tersebut tidak mencukupi maka tanaman akan tumbuh tidak normal dan hasil menjadi tidak ada alias gagal.

Hara Mikro walaupun dibutuhkan hanya sedikit tetapi keberadaannya sangat penting dan bila tidak diperhatikan maka dapat mempengaruhi hasil panen.

 

Ada tiga unsur yang sangat menentukan tingkat kesuburan tanah di lahan pertanian yaitu unsur biologi, fisika dan kimia, ketiga unsur ini saling terkait dan harus seimbang.

Ketimpangan unsur didalam kandungan tanah akan mematikan unsur biologi didalam tanah, tanah menjadi semakin keras dan tidak dapat menyimpan air.

Kalau sudah terjadi ketimpangan ini, pemulihannya akan memakan waktu lama dan memakan biaya yang besar.

Kekurangan unsur mikro biasanya dijumpai pada tanah masam (pH rendah), dan tanah basa (pH tinggi), tanah mineral berbahan induk masam atau berbahan organik rendah.

Tanah yang terus menerus diberi pupuk fosfat kalau sudah jenuh fosfat akan berubah menjadi asam dan semua unsur hara diendapkan menjadi garam fosfat yang tidak bisa diserap oleh tanaman dan tanah menjadi keras menggumpal. Tanah dalam kondisi asam unsur Mikro akan terikat oleh partikel tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

 

Tanah di Jawa sebagian besar cenderung telah jenuh fosfat, beberapa wilayah di Indonesia yang miskin unsur hara mikro terutama Fe, Zn, dan Mn adalah Sulawesi, Maluku, NTT dan NTB. Tanah-tanah diketinggian diatas 700m DPL adalah type latosol atau tanah ber PH rendah, biasanya kandungan unsur mikro juga rendah.

Tidak semua daerah dapat digeneralisir karena masing-masing memiliki karakteristik berbeda, didaerah tertentu kandungan mikronya rendah tetapi didaerah lain kandungan mikro tinggi.

 

Umumnya lahan yang terus menerus ditanami tanpa penambahan unsur mikro akan membuat tanah tereksploitasi karena unsur mikro biasanya turut terpanen bersama dengan tanaman, oleh karena itu pupuk mikro wajib ditambahkan disaat mulai persiapan penanaman tanaman dan masa pemeliharaan.  Tanaman umbi-umbian rakus menghisap hara mikro sehingga pemupukan ulang sangat diperlukan setelah panen, demikian pula tanah terbuka luas ditambah ada kemiringan tanah juga membuat hara mikro berkurang karena penguapan dan erosi tanah.

 

Sedikitnya ada 4 unsur mikro yang banyak dibutuhkan oleh tanaman yaitu Boron, Mangan(Mn), Besi(Fe) dan Tembaga(Cu), disamping itu diperlukan juga bakteri pengurai tanah untuk mempercepat mengembalikan kandungan tanah menjadi normal kembali.

 

Sisa daun kering, sampah rumah tangga dan kotoran hewan tidak serta merta dapat disebut pupuk organik karena itu masih bersifat kompos yang kandungan mikro masih rendah. Untuk dapat disebut PUPUK ORGANIK diperlukan pengolahan dan penambahan bahan-bahan lain untuk meningkatkan persentase unsur mikro yang berguna untuk pertumbuhan tanaman dan perbaikan struktur tanah.

 

NPK fermentasi GETOE contohnya, pupuk ini dari kotoran hewan yang dicampur dengan bahan bahan lain yang kemudian difermetasikan agar bakteri pengurai tanah berkembang biak sempurna, pupuk ini berguna untuk recovery tanah yang rusak akibat galian tambang dan unsur mikro tidak hilang walaupun tanaman habis dipanen.

Produk Pupuk Mikro Organik

Produk Pupuk Organik yang ada pada kami adalah :

Pupuk Organik & Suplemen produk GETOE

Pupuk Organik cair Nutrigrow dan Fertilegrow

Pupuk Alami.

 

Kami juga menyediakan pestisida organik dan fungisida yang biasa digunakan para petani.

 


angan pernah abaikan pupuk mikro organikkarena selain untuk meningkatkan hasil pertanian dan memperbaiki hara tanah juga sebagai antibodi tanaman terhadap serangan penyakit.

Petani kita kebanyakan masih mengandalkan pupuk konvensional seperti urea, SP36, KCL maupun ZA, padahal pupuk tersebut hanya memenuhi sebagian unsur hara makro saja seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium(K) atau Sulfur(S).

Padahal setiap tanaman membutuhkan unsur hara makro dan mikro (ada 16 macam) yaitu Hara Makro C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S dan Hara Mikro Fe, Mn, Mo, B, Cu, Zn, dan Cl. Bila semua unsur tersebut tidak mencukupi maka tanaman akan tumbuh tidak normal dan hasil menjadi tidak ada alias gagal.

Hara Mikro walaupun dibutuhkan hanya sedikit tetapi keberadaannya sangat penting dan bila tidak diperhatikan maka dapat mempengaruhi hasil panen.

Ada tiga unsur yang sangat menentukan tingkat kesuburan tanah di lahan pertanian yaitu unsur biologi, fisika dan kimia, ketiga unsur ini saling terkait dan harus seimbang.

Ketimpangan unsur didalam kandungan tanah akan mematikan unsur biologi didalam tanah, tanah menjadi semakin keras dan tidak dapat menyimpan air.

Kalau sudah terjadi ketimpangan ini, pemulihannya akan memakan waktu lama dan memakan biaya yang besar.

Kekurangan unsur mikro biasanya dijumpai pada tanah masam (pH rendah), dan tanah basa (pH tinggi), tanah mineral berbahan induk masam atau berbahan organik rendah.

Tanah yang terus menerus diberi pupuk fosfat kalau sudah jenuh fosfat akan berubah menjadi asam dan semua unsur hara diendapkan menjadi garam fosfat yang tidak bisa diserap oleh tanaman dan tanah menjadi keras menggumpal. Tanah dalam kondisi asam unsur Mikro akan terikat oleh partikel tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Tanah di Jawa sebagian besar cenderung telah jenuh fosfat, beberapa wilayah di Indonesia yang miskin unsur hara mikro terutama Fe, Zn, dan Mn adalah Sulawesi, Maluku, NTT dan NTB. Tanah-tanah diketinggian diatas 700m DPL adalah type latosol atau tanah ber PH rendah, biasanya kandungan unsur mikro juga rendah.

Tidak semua daerah dapat digeneralisir karena masing-masing memiliki karakteristik berbeda, didaerah tertentu kandungan mikronya rendah tetapi didaerah lain kandungan mikro tinggi.

Umumnya lahan yang terus menerus ditanami tanpa penambahan unsur mikro akan membuat tanah tereksploitasi karena unsur mikro biasanya turut terpanen bersama dengan tanaman, oleh karena itu pupuk mikro wajib ditambahkan disaat mulai persiapan penanaman tanaman dan masa pemeliharaan.  Tanaman umbi-umbian rakus menghisap hara mikro sehingga pemupukan ulang sangat diperlukan setelah panen, demikian pula tanah terbuka luas ditambah ada kemiringan tanah juga membuat hara mikro berkurang karena penguapan dan erosi tanah.

Sedikitnya ada 4 unsur mikro yang banyak dibutuhkan oleh tanaman yaitu Boron, Mangan(Mn), Besi(Fe) dan Tembaga(Cu), disamping itu diperlukan juga bakteri pengurai tanah untuk mempercepat mengembalikan kandungan tanah menjadi normal kembali.

Sisa daun kering, sampah rumah tangga dan kotoran hewan tidak serta merta dapat disebut pupuk organik karena itu masih bersifat kompos yang kandungan mikro masih rendah. Untuk dapat disebut PUPUK ORGANIK diperlukan pengolahan dan penambahan bahan-bahan lain untuk meningkatkan persentase unsur mikro yang berguna untuk pertumbuhan tanaman dan perbaikan struktur tanah.

NPK fermentasi GETOE contohnya, pupuk ini dari kotoran hewan yang dicampur dengan bahan bahan lain yang kemudian difermetasikan agar bakteri pengurai tanah berkembang biak sempurna, pupuk ini berguna untuk recovery tanah yang rusak akibat galian tambang dan unsur mikro tidak hilang walaupun tanaman habis dipanen.

Produk Pupuk Mikro Organik

Produk Pupuk Organik yang ada pada kami adalah :

Pupuk Organik & Suplemen produk GETOE

Pupuk Organik cair Nutrigrow dan Fertilegrow

Pupuk Alami.

Kami juga menyediakan pestisida organik dan fungisida yang biasa digunakan para petani.


Jose Mourinho Perpanjang Kontrak Di Real Madrid

Published Mei 25, 2012 by nopriastor1111

Jose Mourinho, Real Madrid

Manajemen Real Madrid telah mengumumkan melalui laman resmi klub, mereka telah memperpanjang kontrak Jose Mourinho menjadi pelatih los Blancos hingga 2016.

Kontrak Mourinho bersama Madrid sebelumnya bakal habis pada 2014. Namun sukses membawa Madrid meraih trofi La Liga Spanyol membuat manajemen memperpanjang kontraknya dua tahun lebih lama.

Mourinho bergabung dengan Madrid pada musim panas 2010 dari Inter Milan, dan memberikan trofi Copa del Rey di musim pertamanya.

Gelar La Liga yang kembali diperoleh sejak musim 2007/08 membuat petinggi Madrid puas. Bukan itu, Madrid dibawa memecahkan rekor 100 poin dari 38 pertandingan untuk menghapus dominasi Barcelona.

Mourinho merupakan pelatih pertama yang mampu membawa timnya meraih gelar juara di Portugal, Inggris, Italia dan Spanyol.

Published Mei 25, 2012 by nopriastor1111

https://i0.wp.com/u.goal.com/156400/156434hp2.jpg

GRUP A

Polandia Yunani Rusia Rep Ceko

8 Juni
23.00
Polandia vs Yunani National Stadium
Warsaw
9 Juni 01.45
 Rusia vs Rep Ceko  Municipal Stadium
Wroclaw
12 Juni
23.00 Yunani vs Rep Ceko  Municipal Stadium Wroclaw
13 Juni
01.45
Polandia vs  Rusia National Stadium Warsaw
17 Juni
01.45 Rep Ceko vs Polandia  Municipal Stadium Wroclaw
17 Juni
01.45 Yunani vs Rusia  National Stadium Warsaw

GRUP B

  Belanda Denmark Jerman Portugal

9 Juni
23.00
Belanda vs  Denmark  Metalist Stadium
Kharkiv
10 Juni
01.45  Jerman vs Portugal Arena Lviv
Lviv
13 Juni
23.00  Denmark vs Portugal  Arena Lviv Lviv
14 Juni
01.45 Belanda vs Jerman  Metalist Stadium Kharkiv
18 Juni
01.45  Portugal vs Belanda Metalist Stadium Kharkiv
18 Juni
01.45 Denmark vs Jerman Arena Lviv Lviv

GRUP C

  Spanyol Italia Rep Irlandia Kroasia

10 Juni
23.00
Spanyol vs  Italia  PGE Arena Gdansk
11 Juni
01.45 Rep Irlandia vs Kroasia  Municipal Stadium
Poznan
14 Juni
23.00 Italia  vs Kroasia   Municipal Stadium Poznan
15 Juni
01.45 Spanyol vs Rep Irlandia PGE Arena Gdansk
19 Juni
01.45  Kroasia vs Spanyol  PGE Arena Gdansk
19 Juni
01.45 Italia vs  Rep Irlandia  Municipal Stadium Poznan

GRUP D

Ukraina Swedia Prancis Inggris

11 Juni
23.00
 Prancis vs Inggris  Donbass Arena
Donetsk
12 Juni
01.45 Ukraina vs Swedia  Olympic Stadium Kiev
15 Juni
23.00 Swedia vs Inggris Olympic Stadium Kiev
16 Juni
01.45 Ukraina vs Prancis Donbass Arena Donetsk
20 Juni
01.45  Inggris vs Ukraina  Donbass Arena Donetsk
20 Juni
01.45 Swedia vs Prancis Olympic Stadium Kiev
PEREMPAT-FINAL
22 Juni
01.45
Juara Grup A vs
Runner-up Grup B (PF1)
National Stadium Warsaw
23 Juni
01.45
Juara Grup B vs
Runner-up Grup A (PF2)
PGE Arena
Gdansk
24 Juni
01.45
Juara Group C vs
Runner-up Grup D (PF3)
Donbass Arena Donetsk
25 Juni
01.45
Juara Grup D vs
Runner-up Grup C (PF4)
Olympic Stadium Kiev
SEMI-FINAL
28 Juni
01.45
Pemenang PF1 vs Pemenang PF3
Donbass Arena
Donetsk
29 Juni
01.45
Pemenang PF2 vs Pemenang PF4
National Stadium Warsaw
FINAL
2 Juli
01.45
Pemenang SF1 vs Pemenang SF2
Olympic Stadium Kiev
<


*) Ket.: Tanggal dan waktu kick-off pertandingan telah disesuaikan dengan WIB
.